aku akan terus mencintaimu, huang renjun ku

tw// mention of knife, blood, dan kekerasan

Langkah kaki terdengar. Renjun yang sudah sadar berusaha melepaskan rantai sialan yang menjerat tangannya. Tubuhnya lemas, ia tak lagi bertenaga untuk melawan.

Jika ia melawan ia akan selalu dihukum. Mendapat hukuman perih yaitu pukulan ataupun cambukan. Renjun menangis. Ia ingin keluar dari neraka ini.

“Kau sudah bangun sayang?” ujar seseorang yang membuat Renjun melihat kearahnya. Renjun menatap orang itu takut. Tidak, ia tidak ingin dipukul lagi.

“Tolong, ku mohon lepaskan aku,” ucap Renjun lirih. Air matanya sudah berkumpul dan tinggal menunggunya jatuh. Lebih baik ia kesepian dibanding harus menjalani hidup seperti ini.

Dikurung dan diperlakukan layaknya seekor burung yang disangkar dan dijaga dengan 'aman' dan akan terus dimasukan kedalam sangkar jika ia mencoba untuk bebas.

“TOLONG KU MOHON!” Kesedihannya tak bisa ia bendung lagi. Lelaki manis itu terisak. Menangisi kehidupannya yang gelap dan makin kelam. Berusaha untuk menyusun kembali hidupnya namun takdir memporak-porandakannya.

“Kenapa kau menangis sayang?” Mark mencengkram dagu Renjun den mengarahkan kepala itu untuk menghadap kearahnya. Membuat Renjun mau tak mau harus melihat orang yang selalu membuat dirinya terasa hancur.

“Aku tidak akan melepaskan mu. Kau milik ku. Aku tidak boleh pergi dari ku,” ucap Mark sambil menatap dalam manik indah itu.

“Kau hanya obsesi, Mark! Kau tidak bisa terus membiarkan ku seperti ini! Aku membenci mu! Dasar orang tidak waras! Kau gila!” Dengan berani Renjun menyatakan apa yang selama ini ia rasakan.

Meski tau konsekuensi yang akan ia dapatkan.

“Aku tidak mau,” ucap Mark final. “Kau milik ku dan terus menjadi milik ku! Tak akan ku biarkan kau pergi!”

“KAU MILIKKU HUANG RENJUN! TIDAKKAH KAU MENGERTI SIALAN?!”

Bentakan Mark membuat badan pemuda manis itu bergetar. Matanya melotot ketika Mark mengeluarkan pisau kecil dari arah sakunya.

“TIDAK! KU MOHON! JANGAN!” teriak Renjun ketika pisau itu terarah ke tangannya yang dirantai.

“Aku gila karena mu, Huang. Kau membuat ku jatuh cinta pada mu.” Mark mulai menekan pisau itu kearah telapak tangan Renjun menciptakan luka sayatan panjang di telapak tangan yang putih dan mulus itu.

Renjun meringis kesakitan. Karena luka yang terbentang panjang itu membuat darah dari telapak tangannya bercucuran. Darah itu mulai menetes kebawah dan menciptakan sedikit genangan.

“Tangan ini. Tangan ini akan ku potong jika kau mencoba untuk kabur, Huang.” Pisau itu ia turunkan. Mengarah pada pergelangan kaki mungkin tak lagi mulus setelah ini.

Lelaki itu mulai menusuk pergelangan kaki itu dengan perlahan-lahan sampai lukanya mulai dalam.

“Aku akan memotong kaki mu, jika kau mencoba lari dari ku, sayang. Aku melalukan ini karena aku mencintaimu. Aku hanya tidak ingin kau kabur, kasih ku.”

Renjun terisak ketika mendengar perkataan Mark. Ia tidak bisa lagi kabur dari neraka yang sungguh menyiksakan. Si manis itu menghiraukan rasa sakit dari luka tangan dan kakinya. Yang ia pikirkan adalah keinginannya untuk bebas dari neraka ini.

Melihat Renjun yang menangis membuat Mark melepaskan pisaunya dan melemparnya sembarangan.

Pria kelahiran bulan agustus itu merentangkan tangan dan memeluk pujaan hatinya. Memberikan usapan penenang di kepala dan punggungnya yang malah membuat sang empunya makin menangis.

“Jangan menangis, sayang. Maafkan aku.” Mark terus menggumamkan kata penenang. Sembari memberi usapan lembut, Mark terus menerus menenangkan sang lelaki kelahiran maret.

Renjun merasa pusing. Tangisannya mulai berhenti. Darah terus menerus menetes dari telapak tangan dan pergelangan kakinya. Pria manis itu memejamkan mata. Membuat semuanya menjadi gelap seketika. Ia pingsan dan berharap ia tidak bangun lagi.

Merasa Renjun tertidur. Mark melepas kedua rantai yang mengikat tangan mungil itu. Tidak peduli pakaiannya yang kotor akan darah. Pria bertubuh tegap itu menggendong dan mengusap-usap punggung sang pujaan.

“Tidurlah sayang ku, aku akan terus menjagamu dan mengasihimu. Aku akan terus mencintaimu sampai kapan pun. Meski sampai jantung ini tak lagi berdetak,” bisik Mark tepat ditelinga pemuda manis yang tengah pingsan itu.

• AESTEREID