Because of you

Sekolah sudah sepi karna para murid sudah pulang kerumahnya masing-masing. Menyisakan beberapa murid yang masih berada disekolah termasuk lelaki yang kini sedang menunggu seseorang di lapangan belakang sekolah.

Mahesa menyenderkan punggungnya didinding bangunan yang sudah mulai berumur itu. Matanya menerawang, berusaha mencari-cari sesosok yang selalu menyita pikirannya.

Ah, itu dia.

Renan akhirnya datang. Si mungil dengan wajah galaknya itu mendatangi Mahesa dengan langkah yang tergesa-gesa dan langsung melayangkan satu pukulan di wajah tampan pria yang kini dihadapannya.

Jadi ini orang yang membuat hubungannya renggang? Sialan memang!

“Gue peringati lo. Jangan. Deketin. Pacar. Gue,” ujarnya penuh penekanan. Matanya menatap tajam Mahesa yang kini memegang bibirnya yang sedikit berdarah. Ternyata pukulan Renan tak selemah yang Mahesa kira.

Mahesa mengangkat kepalanya dan membalas Renan. Pria mungil itu sepertinya akan meledak-ledak sekarang.

“Siapa juga yang deketin cewek lo?”

“Lo ternyata masih ngelak ya?” ujar Renan sambil mengepalkan satu tangannya.

“Lo suka 'kan sama cewek gue? Lo mau deketin dia 'kan?”

“Jangan banyak alasan, lo udah ketahuan.” Renan mengeraskan rahangnya. Menatap penuh amarah lelaki yang berada didepannya.

Karenanya perempuan yang ia sayang mulai menjauhinya. Karenanya pacarnya mulai tidak bisa membagi waktu untuknya. Karenanya gadis miliknya mulai berpaling darinya.

Mahesa menatap Renan dengan tatapan tenang. Berusaha mengendalikan emosi didalam dirinya. Meski tau Renan mungkin akan menghajarnya lagi, ia tetap tidak mau menyakiti orang yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta.

Dan juga jatuh terlalu dalam.

“Jauhin cewek gue, sialan!” ujarnya sebelum memukul lagi wajah Mahesa. Cowok itu kemudian memundurkan langkahnya dan berjalan pergi dari tempat itu. Ia sudah cukup memberikan peringatan kepada kakak kelasnya.

Masa bodo ia akan dijadikan bahan omongan angkatan. Presetan dengan hal itu. Ia tidak peduli.

“Siapa yang suka sama pacar lo?” Teriakan itu membuat Renan menghentikan kakinya. Cowok itu mencengkram tali strap tasnya. Kakak kelasnya ini memang ingin sekali cari ribut.

“Gue sukanya sama lo.”

Renan membeku. Ucapan tersebut berhasil membuat aliran darahnya seolah-oleh berhenti.

Ia tidak salah dengarkan Suka? Suka dengannya? Lelaki itu menyukainya??

Renan perlahan menoleh kebelakang. Melihat wajah lelaki yang sedikit babak belur karena pukulan tadi.

Mahesa membalas tatapan Renan. Suasana hening seketika meliputi keduanya. Mereka berdua terdiam. Berusaha mencerna apa yang sedang terjadi sekarang.

“Apa-apaan,” gumam Renan. Ia masih tidak percaya dengan hal yang ia dengar.

“Lo ga denger? Gue suka sama lo,” ucap Mahesa lantang.

dan jatuh terlalu dalam sama lo, lanjutnya dalam hati.

Kali ini Renan mendengarnya dengan jelas. Dia masih mematung. Lelaki itu baru saja menyatakan perasannya?!

Seketika Renan tersadar dari pikirannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tidak, tidak, tidak. Ini tidak mungkin benarkan?

Renan mengepalkan kedua tangannya dan berteriak.

“DASAR GILA!”

Kemudian ia berjalan cepat menuju gerbang sekolah sembari berusaha melupakan hal yang terjadi di lapangan.

Yeah, i'm crazy. Because of you,” gumam Mahesa ketika punggung Renan sudah tak terlihat lagi.

I hope you will fall in love with me, seperti yang gue rasakan saat pertama kali ketemu lo.” Mahesa menghela napas kemudian menatap lagi ketempat Renan berjalan pergi sebelum meninggalkan lapangan yang menjadi saksi bisu awal mula kisah mereka.

• AESTEREID