Berita pembunuhan yang tengah membombardir masyarakat membuat jalanan kota yang awalnya terasa hidup tak kenal waktu menjadi sunyi dan hening.

Biasanya masih ada beberapa warga yang berkumpul untuk sekedar bertemu, lalu mereka akan mengobrol hingga lupa waktu dan akhirnya pulang dengan kondisi tubuh yang ingin segera bertemu dengan kasur.

Berita dua insan yang mati membuat kota ikut terasa mati.

Menghindari terjadi musibah, para warga lebih memilih untuk tetap berlindung didalam rumah. Jam kantor yang biasanya para karyawannya pulang di jam 7 hingga jam 8 malam kini dipercepat menjadi jam 5 atau jam 6 sore.

Para pedagang toko yang biasanya masih membiarkan lampu toko menyala kini tutup ketika senja menyapa.

Bar yang biasanya terbuka untuk mereka yang ingin berpesta juga tutup karena tidak ingin adanya korban jiwa.

Suasana benar-benar sunyi, yang masih beroperasi sepanjang malam hanya rumah sakit dan kantor polisi. Sisanya memilih cari aman untuk terhindar dari hal yang tidak-tidak.

Namun kejadian mengerikan yang akhir-akhir ini menimpa kota kecil yang terletak diujung negara nampaknya tak membuat gentar lelaki yang kini sedang berjalan ditengah remangnya lampu jalan.

Marvin melangkahkan kakinya dengan santai, menyusuri tiap lekuk jalanan beraspal tanpa memikirkan tindak kriminal yang mungkin saja bisa menimpanya.

Untuk apa dipikirkan? Sebelum seseorang berbuat jahat padanya sudah dipastikan orang itu mati ditangannya.