Bersama kita bertahan. Aku mencintaimu.
Udara tengah malam benar-benar menyejukkan. Angin malam berhembus menerpa dua manusia yang kini tengah terduduk di pantai yang menyajikan pemandangan kota dari kejauhan yang sungguh indah.
Gedung gemerlap. Cahayanya bersinar terang hingga ketempat dua anak adam itu sedang duduk. Pasir pantai yang bertekstur halus mengenai kaki serta baju mereka. Namun keduanya tak peduli.
Yang mereka pikirkan kini hanyalah keindahan pantai di malam tahun baru yang mereka saksikan.
Yang paling tua menggenggam tangan orang disampingnya dengan erat. Mark menyamankan posisi sandarannya dibahu Renjun. Genggaman tangan itu mengerat diwaktu dimana dekatnya dengan awal tahun.
Renjun tersenyum. Meski udara malam sangatlah dingin namun ia merasa sangat hangat.
Tangannya terulur untuk mengelus pipi Mark secara perlahan. Membuat si lelaki agustus itu menoleh menghadapnya.
“Dingin?” tanya Mark yang khawatir pasangannya kedinginan.
“Tidak,” jawab Renjun. Wajahnya ia tolehkan. Ia menatap mata Mark dengan tatapan teduh. Bibirnya merekah sempurna menciptakan sebuah senyuman yang tak kalah sempurna. Manis, senyum itu terlihat manis dan sangat tulus.
“Aku mencintaimu, Mark.” Tak bisa dipungkiri seberapa rasa cinta yang ia berikan kepada seseorang yang kini menjadi pasangan hidupnya. Beratnya begitu luar biasa, bahkan hidupnya sudah terikat dengan lelaki yang berhasil menarik seluruh atensinya.
Mark tersenyum memandangi sang pujaan hatinya. Mengingat perjuangan apa saja yang mereka lalui bersama membuatnya terasa amat lega karena pada akhirnya mereka berhasil.
Mereka berhasil untuk bertahan dan bersama. Mereka mengarungi segala amukan dunia, menerjang ombak kehidupan, serta saling menggenggam untuk berlari dari segala hal yang menyakitkan didunia ini.
Mereka berhasil. Mereka bertahan.
“Aku juga mencintaimu, Renjun.” Kedua mata mereka kini berkaca, mereka berdua tersenyum lebar dan terkekeh bersama ketika menyadari bahwa mereka sudah saling jatuh terlalu dalam.
Renjun mulai mendekatkan wajahnya, Mark yang menyadari hal itu tersenyum dan juga mulai mendekatkan wajahnya.
Semakin dekat, semakin dekat, dan akhirnya kedua ranum itu saling bertemu dan menempel.
Mereka terdiam sementara untuk menyalurkan kehangatan lewat kedua bibir mereka. Hingga akhirnya Renjun menggerakkan bibirnya pelan untuk melumat lembut ranum milik Mark.
Mark yang merasa bibirnya terlumat tak mau kalah, ia balas lumatan itu dengan sama lembutnya. Ciuman itu sangat lembut, tidak kasar dan tidak ada hawa nafsu yang menyelimuti.
Ciuman itu murni karena cinta keduanya.
Ciuman itu semakin dalam, dan dalam. Renjun menahan kepala Mark agar ia bisa menyalurkan rasa hangat dengan perantara bibir.
Tinggal beberapa hitungan lagi waktupun bergilir.
Lima.
Empat.
Tiga.
Dua.
Satu.
Dan suara kembang api pun akhirnya terdengar.
Suara kembang api yang riuh dan juga menggelegar menjadi instrumen untuk kedua pasangan yang saling bercumbu ditengah pantai yang berlatarkan ombak serta bangunan kota yang terlihat megah dan gemerlap.
Keduanya menyalurkan cinta di awal tahun yang menjadi awal petualangan mereka bersama.
Renjun dan Mark saling melepas ciuman. Mereka saling menatap dengan tatapan yang sama dalamnya. Mereka tersenyum dan saling menempelkan dahi. Mereka saling menggenggam tangan.
Mereka berjanji akan tetap bersama dan dipisahkan karena dikebumikan.
Mereka berjanji.
“Terimakasih telah bertahan,” ucap Mark dengan suara pelan yang membuat air mata Renjun mengalir di pipinya.
“Terimakasih juga karena telah bertahan, dan memilih untuk tidak menyerah,” ucap Renjun sambil tersenyum meski air mata masih mengalir diwajah rupawannya.
Terimakasih telah bertahan. Selamat tahun baru, kamu hebat telah berhasil bertahan sampai sejauh ini.
tertanda, Aestereid.