euphoria didepan aula

“Res? Ares?” Mahesa mengguncang-guncangkan tubuh Ares dengan pelan. Kalau boleh jujur sebetulnya Mahesa tidak tega membangunkan Ares yang kini terlihat tertidur pulas.

Namun hari sudah semakin sore, Mahesa juga tidak membawa mobil yang berarti Mahesa tidak bisa mengantar si Maret sampai kerumah di kondisi Ares tengah tertidur.

Mau tak mau Mahesa harus membangunkannya meski sejujurnya ia tidak ingin.

“Arees?” ujar Mahesa dengan suara lembut, berharap sang pemilik nama akan segera bangun dari bunga mimpinya. Namun sayangnya lelaki tampan itu tampak belum kunjung membuka matanya.

Penampakkan Ares yang masih tertidur membuat Mahesa tersenyum melihatnya. Wajah lelaki itu terlihat sangat tenang, gerak perutnya nampak naik turun secara teratur membuat Mahesa ikut merasa tenang melihatnya.

Mahesa merasa senang melihat Ares yang tampak seperti ini, Mahesa merasa senang melihat alasannya bertahan bisa tertidur pulas seolah tidak ada masalah yang menghampirinya.

Karena hal itu, Mahesa bertekad untuk membuat Ares selalu tampak seperti ini. Tampak tenang dan damai, tampak senang dan tersenyum.

Mahesa bertekad untuk membuat lelaki itu selalu merasa aman, entah saat bersamanya maupun tidak. Mahesa akan melakukan berbagai cara agar lelaki yang ia sukai terlindungi dari segala sesuatu yang membuatnya terluka.

Entah dari jarak yang jauh maupun dekat, Mahesa akan melindungi Ares dengan segenap usahanya.

Mahesa tak peduli apa yang terjadi dengan dirinya, asal Ares bahagia maka Mahesa akan ikut berbahagia.

Tangan Mahesa terulur untuk mengusap dan menepuk-nepuk pelan kepala si Aries. Usapan lembut dikepala ia berikan, Memberikan rasa nyaman dan menciptakan kehangatan yang disalurkan yang didukung oleh suasana sekolah yang kian terasa sejuk dan sepi.

Mata rubah itu mulai terbuka perlahan, Ares berusaha memfokuskan penglihatannya masih agak buram. Melihat Ares yang bangun membuat Mahesa lantas menjauhkan tangannya dari kepala si Aries. Sepertinya lelaki itu terbangun karena sentuhannya.

“Udah bangun? Ayo pulang, udah mau maghrib,” ucap Mahesa dengan suara pelan. Si Leo kemudian beranjak bangkit untuk berdiri. Namun dirinya tertahan ketika Ares tiba-tiba meletakkan kepalanya diatas bahu miliknya.

Lelaki Aries itu tampak masih lemas. Ia bersandar di bahu Mahesa sambil sedikit mendusalkan wajahnya, membuat Mahesa menahan mati-matian dirinya yang kini tengah meledak-ledak layaknya kembang api.

“Kayak gini dulu, sebentar,” ucap Ares serak khas orang bangun tidur.

Sialan! Perlakuan Ares membuat Mahesa menahan napasnya. Ia merasa kupu-kupu berterbangan didalam perutnya. Menciptakan euphoria yang dirasakan ketika orang jatuh cinta. Membuat Mahesa tidak bisa berpikir selain perbuatan Ares padanya.

Si Maret mulai menenggelamkan kepalanya. Mahesa bersumpah dapat merasakan hembusan napas Ares yang kini menerpa lehernya. Di tengah euphoria yang Mahesa rasakan. Ares menegakkan wajahnya dan berkata.

“Ayo kita makan, kita makan bareng aja.”

Ares benar-benar bisa membuat Mahesa jatuh lebih dalam kepadanya.

• AESTEREID