Jam 9 malam, di gedung si bos kecil
Sadam menghela napas, sembari merapikan kemeja kotak-kotak berwarna ungu yang dibelikan Rasi untuknya kemarin.
Sebetulnya saat ini harusnya ia masih berada di cafe tempatnya biasa nongkrong bersama Janu, sahabatnya. Namun karena pesan yang dikirimkan oleh Rasi membuatnya langsung pulang dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan sugar daddynya.
Lelaki tinggi itu memandang gedung besar pencakar langit yang akan ia masuki. Gedung itu tampak seperti gedung perkantoran pada umumnya namun gedung milik anak pertama dari keluarga Tenggara itu memiliki ukuran yang besar dan luas. Bahkan di gedung itu terdapat cafe untuk karyawan yang ingin beristirahat.
Kini jam sudah menunjuk pukul sembilan malam dan gedung itu masih ramai akan karyawan. Sadam merapihkan pakaiannya lagi, ia berusaha tampil lebih rapi karena sejujurnya sekarang ini ia merasa gugup untuk bertemu Rasi dibangunan yang megah dan luas itu.
Sadam berusaha meyakinkan dirinya. Setelah mengambil napas, akhirnya pria itu melangkahkan kakinya untuk berjalan masuk kedalam gedung itu.
Ini pertama kalinya Sadam memasuki gedung perkantoran Rasi. Sebelumnya ia tidak pernah masuk kedalam sana karena biasanya Rasi hanya akan memintanya untuk menunggu diluar bangunan atau ditempat yang sudah dijanjikan.
Sadam berjalan menuju ke arah resepsionis dan menanyakan dimana ruangan milik sang pemilik perusahaan.
“Maaf pak, apa bapak sudah membuat janji dengan tuan Rasi?” tanya sang Resepsionis.
“Sudah, tuan Rasi sendiri yang meminta saya untuk datang ke sini,” jawab Sadam dengan wajah meyakinkan.
“Baik, apa bapak boleh menunjukan bukti perjanjiannya?” tanya sang resepsionis yang membuat Sadam sedikit kelabakan.
Jika ia menunjukan bukti chatting-nya dengan Rasi maka nama baik Rasi bisa-bisa akan tercemar karena ia menyewa seorang untuk menjadi sugar baby.
“Saya dengan Rasi sudah membuat janji kemarin,” ucap Sadam mencari akal agar ia tidak menyerahkan bukti janji pertemuan.
“Maaf pak, jika anda tidak membuat janji maka-”
“Dia tamu saya,” ucap Rasi yang mendadak hadir membuat resepsionis mendadak terkejut lalu memberi hormat kearah sang pemegang perusahaan.
Sadam yang melihat sang resepsionis yang membungkuk lantas ikut membungkuk kearah Rasi meski gerakannya cenderung terlihat agak kaku.
“Selamat malam pak, baik pak saya akan arahkan pria ini menuju ruang bapak,” ucap resepsionis sopan setelah membungkuk hormat.
“Tidak perlu, biar saya sendiri,” ucap Rasi kepada sang resepsionis. Kepalanya kemudian menoleh kearah Sadam, lelaki berzodiak aries itu lantas memberikan kode agar lelaki tinggi itu mengikutinya.
“Ayo.” Rasi kemudian berjalan pergi meninggalkan tempat itu dengan Sadam yang mengekori dari belakang.
Sepanjang jalan menuju ruangan, mereka hanya diam saling membisu. Tidak ada yang membuka topik obrolan, yang membuat suasana saat ini menjadi sedikit terasa canggung.
“Masuklah,” ucap Rasi sambil membuka pintu ruang kerjanya.
Tempat kerja milik Rasi tampak luas, ruangan itu memiliki dua AC agar ruangan itu tidak pengap dan terasa gerah. Terdapat beberapa hiasan yang memperindah ruangan itu, yang membuat tempat kerja si aries tampak mewah dan elegan. Di tengah ruangan terdapat pula meja kecil panjang dan sofa empuk yang nyaman untuk tamu yang datang.
Sadam masuk kedalam ruangan itu sambil melihat sekelilingnya. Jujur saja, ia belum pernah memasuki tempat seperti ini. Paling mentok ia hanya pernah masuk kedalam ruangan bosnya di pekerjaannya yang lama, yang bahkan ruang tersebut sangat berbeda dengan ruangan milik Rasi.
“Duduk aja, jangan berdiri gitu.” Sadam menoleh kearah Rasi yang habis mengunci pintu.
Rasa gugup mulai menyergap, pikiran-pikiran aneh mulai menyerang kepalanya.
ia tidak akan di apa-apain kan?
“Sadam?” Lelaki leo itu sontak tersadar kala sang aries memanggil namanya. Sadam lantas berjalan mendekati Rasi yang sudah berada disofa dan mendudukan dirinya di sofa lain disebrang Rasi yang membuat Sadam duduk menghadap langsung kearah si aries.
“Bagaimana hari ini? apa semuanya baik?” ujar Rasi membuka topik obrolan.
“Baik, kalau kamu?” ucap Sadam sambil tersenyum, membuat si yang paling tua agak kelabakan melihatnya. Senyum itu memang terlihat sederhana tapi entah kenapa hanya dengan senyuman manis itu Rasi bisa menjadi sedikit salah tingkah.
“Mungkin buruk? Saya capek banget akhir-akhir ini. Urusan kantor buat saya pusing bahkan saya akhir-akhir ini enggak bisa tidur yang berujung membuat saya selalu bergadang.” Rasi menghela napas, tubuhnya kelelahan menerima semua aktivitas ini, ia kerja lembur dari pagi hingga malam tanpa jeda. Membuatnya merasa butuh peralihan dari urusan perusahaan yang membuatnya pusing tujuh keliling.
“Enggak apa-apa. Kamu bisa istirahat dulu hari ini. Jangan paksain tubuh kamu buat kerja terlalu keras, nanti berujung sakit dan kerjaan kamu bakal berujung berantakan,” ucap Sadam yang agak khawatir dengan kondisi Rasi hari ini.
Pria itu tampak kelelahan. Kantung matanya mulai terlihat, rambutnya sedikit acak-acakan, kemeja berwarna putih yang semula tampak mulus dan rapi tampak mulai kusut dan berantakan membuat penampilan Rasi agak mengkhawatirkan.
Rasi menghela napas. Benar, ia harus istirahat sekarang.
“Sadam,” panggil Rasi membuat yang dipanggil melihat kearahnya.
Lelaki berbadan sedikit kecil itu kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Sadam. Sadam yang melihat Rasi sudah berdiri dihadapannya berusaha mengontrol degup jantungnya yang berdetak gila-gilaan. Lelaki itu meneguk ludah kala melihat penampilan Rasi yang tampak sangat ekhem seksi dimatanya.
Rasi kemudian bergerak untuk duduk diatas paha si yang lebih muda. Setelah mendudukan tubuhnya diatas paha Sadam, Rasi mulai menyamankan posisi duduknya kemudian melingkarkan tangannya ke leher lelaki yang kini didudukinya. Membuat kondisi hati pria leo itu terasa berantakan.
Mereka saling bertatapan sebentar. Rasi menatap Sadam dengan jarak yang dekat. Matanya terlihat sayu karena kelelahan, membuat Sadam yang membalas tatapannya menahan napas dan meneguk ludah.
Waktu terus berlalu, hingga pada akhirnya Rasi menggerakkan kepalanya untuk bersandar di dada bidang si agustus untuk mengistirahatkan kepalanya.
“Tolong seperti ini sebentar,” ucap Rasi yang kemudian sedikit mendusalkan wajahnya dan mulai memejamkan mata.
Sadam yang masih sedikit shock akan kejadian ini hanya bisa diam dan menuruti perintah si bos kecil. Otaknya masih mencerna peristiwa yang terjadi sekarang, ia mendadak membeku karena tingkah Rasi yang membuat kupu-kupu diperutnya terasa berterbangan kesana kemari.
Oh tuhan, Sadam sangat berharap Rasi tidak mendengar degup jantungnya yang berdegup kencang seperti sedang menaiki roller coaster.
Tiga puluh menit telah berlalu, kini jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam namun Rasi belum menunjukan tanda-tanda pergerakkan.
Nafas si aries itu terlihat teratur. Matanya masih terpejam dan belum kunjung terbuka.
Sepertinya Rasi sedang tertidur.
Sadam yang melihat Rasi tertidur di pangkuannya tersenyum kecil. Rasi terlihat menggemaskan saat tidur seperti ini. Matanya yang terpejam lucu, punggung kecilnya yang naik-turun teratur, dan tubuh si maret yang lumayan kecil membuat Sadam merasa gemas dan ingin memeluk erat orang yang notabennya adalah sugar daddynya.
Namun Sadam mengurungkan niat itu. Si leo akhirnya memilih untuk menyamankan posisi dudukannya dan menyamankan posisi si bos kecil yang masih tertidur pulas di pangkuannya.
Tangan Sadam kemudian terulur dan mengelus lembut rambut Rasi. Dirinya kemudian mengelus punggung kecil itu yang membuat sang empunya terasa nyaman dan sedikit menggeliat.
Sadam tersenyum melihat Rasi yang tertidur pulas. Dirinya kemudian memeluk tubuh si maret dengan sambil sesekali mengusap punggung kecil dengan lembut supaya Rasi semakin merasa nyaman di pangkuannya.
“Selamat tidur, Rasi,” ucapnya sebelum memejamkan mata dan menyusul Rasi menuju alam mimpi.
• AESTEREID