Jam setengah enam pagi, dibelakang sekolah.
tw// mention of smoking , and family issue.
Tepat jam setengah enam pagi dibelakang gedung sekolah, seorang lelaki berparas tampan kini terlihat menyesap sebatang rokok di mulutnya.
Ares menghembuskan asap didalam mulutnya hingga asap tersebut terlihat mengebul di udara pagi yang masih dingin ini.
Entahlah Ares merasa sedikit kacau akhir-akhir ini. Ia merasa semua yang ia lakukan salah dimata orang yang tidak mengerti sudut pandang dirinya.
Padahal semua yang ia lakukan hanya sebuah pelarian.
Keluarganya yang terasa terpecah belah membuat Ares sedikit hilang arah. Ia tidak tau harus berbuat apa. Ia merasa dirinya dilepas begitu saja untuk menjalani hidup sendiri.
Ares menghela napas lalu kembali menyesap rokok ditangannya. Sudah ada dua batang rokok pendek yang diinjak disekitarnya. Ares tau bahwa keseringan merokok tidak baik untuk kesehatan tapi menurutnya rokok adalah hal yang ia perlukan pagi ini.
Rokok yang berada ditangannya kini sudah memendek. Lelaki aries itu kemudian menjatuhkan benda mengandung nikotin itu lalu menginjaknya.
Saat hendak ingin menyalakan rokok baru yang sudah berada di mulutnya mendadak ada seseorang yang dengan santainya mengambil benda berbentuk tabung tersebut dari bibirnya.
Ares menengadahkan kepalanya. Terlihat siluet seorang lelaki berparas tinggi kini berdiri dihadapannya. Ares berusaha memfokuskan penglihatannya ke wajah lelaki itu dan sepertinya Ares merasa familiar dengan wajahnya.
“Udah dibilang jangan ngerokok, ngeyel banget sih,” ucap lelaki itu sambil mengantongi sebatang rokok milik Ares yang tadi ia ambil.
Ares mengeraskan rahangnya.
Sialan, itu kakak kelas yang memergokinya merokok kemarin.
Ares menghela napas. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari Mahesa yang kini berdiri didepannya.
Ini masih pagi dan ia malas untuk berdebat dengan kakak tingkatnya ini. Ia malas membuat masalah.
Menghindari perdebatan, Ares bangkit berdiri dan berniat untuk pergi. Namun saat baru berjalan satu langkah mendadak Mahesa mencengkram lengannya dan mendorongnya pelan agar kembali ketempat si maret duduk tadi.
“Apaan sih lo?” ucap Ares sambil menatap tajam yang lebih tua.
Ini masih pagi ya tuhan, tolong jangan awali hari ini dengan kejadian buruk.
Mahesa menghela napas saat melihat tatapan Ares yang tertuju padanya. Lelaki yang memakai hoodie abu-abu itu kemudian melepaskan tasnya lalu mengambil suatu benda yang berada didalamnya.
Ares yang melihat tingkah kakak kelasnya hanya diam. Ia tidak tau apa yang akan laki-laki itu ambil, apakah Mahesa akan memberinya skors? Atau Mahesa akan mengambil buku untuk mencatat semua perbuatannya tadi?
Namun pikiran itu tertepis kala melihat Mahesa mengeluarkan sebotol parfum dari tasnya. Lelaki tinggi itu kemudian menyemprotkan parfum itu ke udara dan sedikit menyemprotkannya kearah Ares.
Parfum itu tidak berbau menyengat. Cenderung berbau ringan dan segar, cukup untuk menyarukan bau rokok yang menyelimuti si kecil.
“Ini.” Mahesa menyodorkan permen mint dari kantung celananya. Ares melihat Mahesa sebentar sebelum menerima permen itu dengan sedikit ragu-ragu.
Apa maksud dari perbuatan kakak kelasnya ini?
“Dimakan biar mulutnya seger. Jangan sampai ketahuan kalau lo ngerokok,” ucap Mahesa sambil memakai tasnya lagi.
Ares terdiam. Ia memandangi permen yang berada ditangannya. Ia masih berusaha mencerna apa yang terjadi di pagi ini, namun sebuah panggilan mendadak membuyarkan lamunannya.
“Ayo ke sekolah. Tinggal dikit lagi jam enam,” ucap Mahesa yang menunggu Ares untuk berjalan bersamanya. Ares diam sebentar kemudian mulai melangkahkan kakinya.
Disejuknya udara pagi ini, kedua lelaki itu berjalan beriringan menuju pagar sekolah. Mereka berdua hanya diam karena larut dalam pikirannya masing-masing.
Ares sesekali melirik Mahesa yang berada disampingnya. Masih memikirkan hal apa yang membuat lelaki itu bisa seperti tersambat dan berperilaku seperti tadi.
Sementara Mahesa? Ah lelaki itu kini berusaha keras untuk mengontrol gilanya degup jantung didadanya.
• AESTEREID