Manggala Augustama

“Enak ya kalau jadi artis, bisa terkenal sana sini, bisa cepet kaya juga.”

Berdiri di antrian kasir, Manggala atau akrab disapa Angga menoleh setelah mendengar perbincangan kedua insan yang kini tengah ikut mengantri dibarisan belakang.

Perbincangan itu terdengar sampai ditelinganya. Yang lelaki Leo lihat sekarang, kedua pemuda itu tengah memandang layar televisi supermarket yang kini tengah menayangkan berita mengenai artis terkini yang disorot oleh banyak media

“Iya, gue juga pengen jadi artis biar terkenal sana sini. Sekarang jadi artis mah gampang, disini tinggal bikin skandal aja udah langsung terkenal. Diundang sana sini, ke acara sana sini,” ucap salah satu pemuda yang kini tengah melihat berita sesosok aktris yang terjebak skandal perselingkuhan.

Sejujurnya Angga merasa miris dengan dunia televisi negara ini, banyak aktris yang bertalenta tertimbun dengan berita tak bermutu. Membuat siapa saja seperti ingin terkenal dengan cara yang tidak sepatutnya.

“Nah sekarang kita kembali ke berita terkini. Kini sesosok Helios Gasternald kembali disorot media karena sukses membawa peran Abraham dalam film 'Lebih Baik Sampai Disini' wah usia masih muda sudah bertalenta ya.”

Suara sang reporter mengalihkan perhatian Angga. Si Leo dan beberapa orang yang ada di toko itu menoleh kearah televisi yang kini memperlihatkan layar sang aktris muda yang menjadi sorotan publik.

Keren, dia masih muda tapi udah sukses begitu. batin Angga yang mendengar sang reporter membacakan beberapa pencapaian si pemuda gemini.

“Mas?” Lamunan Angga buyar ketika kini gilirannya untuk membayar. “Oh ya mbak, sebentar ya,” ucapnya sambil menaruh barang belanjaannya diatas meja kasir.

Menunggu sang kasir yang menghitung total belanjaannya, Angga kembali mendengar berita sang aktor yang tadi sempat terpotong.

Ah Angga ingin menjadi sosok seperti dia, Helios sukses diusia muda dan bisa menghasilkan uangnya sendiri, itu impian Angga sejak kecil.

Angga sangat tahu bahwa kesuksesan harus diimbangi dengan kerja keras. Kesuksesan tidak akan datang dengan sendirinya, pasti ada keringat bahkan air mata untuk mendapatkannya. Dan Angga merasakan itu sekarang.

Hidup bersama dengan ibu dan adiknya tidaklah mudah. Semenjak kepergian sang ayah, Angga harus merelakan mimpinya untuk menempuh cita-cita di universitas impiannya agar tidak jauh dengan sang ibunda.

Berkali-kali bunda memaksa Angga untuk mengambil universitas jalur undangan, namun Angga menolaknya dengan keras.

“Kalau bunda kenapa kenapa gimana? Angga bakalan susah pulang kalau keterima disana, Angga gak mau ninggalin bunda sendiri.”

Kira-kira seperti itulah ucapan si Leo ketika berdebat dengan Ibunda. Yang akhirnya berakhir Angga mengikuti UTBK disalah satu universitas dekat rumahnya dan mengambil D3 ilmu ekonomi akutansi.

Sekarang Angga membantu ibunya menjalankan toko kue yang ada di Jalan Pondok Indah. Toko tersebut lumayan ramai pengunjung dan saat Angga lihat-lihat lagi, toko roti yang dibuka ibunya jarang sekali mengalami kerugian. Harganya yang terjangkau, rasanya yang enak, dan menggunakan bahan yang berkualitas membuat toko itu selalu ramai akan pengunjung.

Apalagi di toko kue tersebut disediakan meja dan kursi untuk pengunjung yang sekedar ingin duduk atau menongkrong dengan temannya.

“Ini mas belanjaannya,” ucap sang kasir sambil menyerahkan kantung belanjaan berisi barang-barang yang pemuda Leo itu beli.

“Makasih ya mbak.” Setelah membayar, pemuda kelahiran bulan Agustus itu beranjak menuju toko kue yang dibangun ibunya.

“Kayaknya harus buru-buru, nanti bunda nyariin,” gumamnya ketika mulai menggerakkan sepeda birunya dan mulai menjalankannya.

AESTEREID