Narasi

“Rai! Es krim aku jangan dimakan!” Arsen mengerucutkan bibirnya cemberut lantaran sang kekasih memakan es krim coklat miliknya tanpa persetujuannya.

Raiden terkekeh, melihat pacarnya yang kini terlihat seperti bebek. Itu membuatnya makin gemas.

Lelaki Leo itu lantas mencubit bibir Arsen dengan pelan membuat si empunya kesal dan memukul lengannya.

“RAI!” teriak Arsen sambil mengusap bibirnya yang sedikit sakit.

“Kamu gemes banget sih, pengen aku cubit-cubitin.” Satu pukulan kembali mengenai lengan si Agustus, membuat Raiden tertawa kecil karenanya.

Dengan senyum manis yang merekah diwajahnya, Raiden mengusap-usap rambut coklat kekasihnya dengan lembut. Menghantarkan rasa nyaman kepada Arsen meski lelaki manis itu sedang ngambek sekarang.

“Gemes banget sih pacarnya, Rai,” katanya sambil terus mengusap rambut sang kekasih.

Ah, Arsen jadi merasa tidak enak.

Setelah kejadian yang mampu membuat si Aries tegang tadi, Raiden dengan santainya bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Lelaki itu tampak tidak memikirkan rumor tentang pacar dan temannya yang beredar. Kekasihnya itu terlihat berpikir positif dengan hal yang ada. Ia tidak ingin menelan rumor tidak jelas bulat-bulat.

Padahal kenyataannya rumor brengsek itu benar adanya.

Arsen jadi merasa tidak enak. Namun hatinya tidak bisa berbohong kalau ia lebih memilih Jevon dibanding Raiden.

Bagi Arsen, Raiden adalah sebuah jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan. Ia bertaruh dengan teman-temannya, jika ia berhasil berpacaran dengan Raiden maka ia akan mendapatkan satu unit ponsel canggih dan apartemen dari para sahabatnya.

Dan sekarang lelaki manis itu sedang kebingungan untuk mengakhiri hubungan ini. Arsen awalnya berpikir Raiden akan bosan dengannya dan memilih untuk menyudahi hubungan ini. Jadi Arsen tanpa pikir panjang mengiyakan taruhan yang teman-temannya berikan.

Namun kenyataannya hubungan ini malah berlanjut hingga dua bulan.

Raiden selalu memperlakukan Arsen layaknya seorang pangeran. Arsen dimanja dan diperlakukan dengan sangat baik. Raiden selalu menjaganya sepenuh hati dan tanpa memikirkan tanggapan jelek orang-orang terhadap dirinya.

Raiden selalu berusaha ada untuk Arsen, ia selalu berusaha meluangkan waktu untuk sang kekasih. Ia bahkan rela bergadang demi menemani Arsen yang pada saat itu sedang sakit.

Raiden bagaikan malaikat yang sayangnya jatuh ke tangan iblis yang berwujud sesosok malaikat suci.

“Rai.” Raiden tersenyun menghadap Arsen yang tadi memanggilnya. “Apa sayang?”

“Kamu masih percaya sama aku 'kan? Maaf buat kejadian tadi pagi. Maaf kalau itu bikin kamu marah.” Arsen menatap Rai sedih. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa Raiden benar-benar tidak curiga atau marah kepadanya.

Lelaki manis itu berakting seolah ia adalah seorang korban disini.

“Kan aku udah bilang ke kamu, gapapa. Aku percaya sama kalian berdua. Jangan denger rumor dari mereka. Mereka cuma mau bikin kita jadi regang,” ucap Raiden dengan senyum tulus di wajahnya.

“Aku percaya sama kamu, Arsen.”

Ah, Raiden. Bagaimana kabar lelaki itu jika mengetahui bahwa rumor bajingan itu adalah sebuah kenyataan?

“Aku sayang kamu,” ucap Arsen sambil menatap Raiden dalam.

Lelaki Aries ini pintar sekali membuat sebuah kebohongan yang manis.

Raiden tersenyum dan kembali mengusap kepala kekasihnya. Lelaki Leo itu terlihat sangat tulus kepada pacarnya yang nyatanya adalah seorang bajingan.

“Aku juga sayang kamu. Ayo kita pergi, kamu masih ada kelas 'kan? Ayo keburu telat,” ucap Raiden membuat Arsen lantas tersenyum lalu menganggukkan kepalanya senang.

“Ayo!”

• AESTEREID