Narasi
“Ayo kita pergi.”
Celetukan Mark membuat Renjun mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud dari kekasihnya yang kini tengah memeluk tubuhnya diatas kasur yang hangat.
“Maksud kamu? Pergi kemana?” tanya Renjun sambil menatap kekasihnya bingung.
Mark menatap Renjun kemudian tersenyum, ia menyandarkan kepalanya diatas dada Renjun dan menyamankan posisinya.
Melihat tingkah sang kekasih membuat Renjun mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut surai hitam si leo.
“Kita pergi dari sini. Kita pergi ketempat yang baru, tempat yang aman buat kamu.”
Renjun menghentikan pergerakan tangannya. Dadanya mendadak terasa sedikit sesak, ia berusaha mencerna maksud Mark yang tadi ia dengar. Berusaha untuk memahami perkataan yang baru saja keluar dari mulut sang kekasih.
“Buat apa pergi kalau kita bisa bertahan?” ucap Renjun sambil melanjutkan kembali usapannya.
“Dunianya jahat sama kamu.”
Sesak, Renjun merasa ingin menangis sekarang.
“Kalau kamu gak kuat sama dunia bilang aku, seenggaknya aku bisa bikin dunia baru buat kamu.”
Mark menatap Renjun dengan dalam. Mengeratkan pelukannya lebih erat agar Renjun merasakan hangat yang tersalurkan.
Dada Renjun terasa sesak, tidak tau kenapa.
Ia ingin pergi, benar-benar ingin pergi. Ia lelah akan dunia yang tidak pernah membiarkannya merasa tenang.
Tapi Renjun tidak tahu harus pergi kemana.
Langkahnya seolah linglung. Matanya dibutakan oleh dunia yang selalu mempermainkannya.
Hatinya ingin mengiyakan perkataan Mark, tetapi mengapa otaknya tidak?
Otaknya terus berkata bahwa ia bisa melalui semua ini namun hatinya merasa lelah.
Renjun bingung, Renjun bingung dengan dirinya sendiri.
“Masih bisa ditahan kok, gapapa,” ucap Renjun sambil tersenyum meski dadanya kini terasa sesak.
Bohong, kebohongan apa-apaan itu, ucap hati Renjun yang terus berusaha memberontak.
“Kalau kamu gak kuat bilang aku, aku ada disini buat kamu. Aku bakal berusaha biar dunia engga jahat lagi sama kamu,” ucap Mark tulus meyakinkan.
Ia tahu bahwa kekasihnya sudah lelah, dan hampir berhenti.
Dan Mark tidak akan membiarkan itu terjadi.
“Gapapa, Mark. Aku gapapa,” ucap Renjun berusaha meyakinkan mark kalau dirinya sedang baik-baik saja.
“Udah, gak usah dibahas lagi. Kita tidur aja, udah malem.” Renjun mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepala Mark agar bersandar didadanya. Lelaki Aries itu menyamankan posisinya sebelum mulai memejamkan mata.
Ditengah kegelapan yang ia lihat, samar-samar ia mendengar perkataan Mark sebelum masuk kedalam alam bawah sadarnya.
“Aku cinta kamu Renjun.”