narasi wby
Hari kian menggelap, waktu sudah mulai mengarah ke pukul 17.00 sore. Para anggota organisasi yang tadinya berdiskusi dan berdebat di aula, akhirnya bisa keluar dari ruangan ber-ac itu.
“Pegel banget asuuuu.” Yasa merenggangkan tubuhnya yang kaku lantaran duduk selama hampir satu setengah jam. Badannya terasa pegal, ingin sekali ia cepat-cepat pulang dan merebahkan diri di kasurnya yang empuk dan hangat.
Mahesa menyusul Yasa yang keluar dari ruangan itu. Si Leo tampak menepuk-nepuk punggungnya pelan. Sesekali pria kelahiran agustus itu merenggangkan lehernya yang kaku karena pegal. “Sama anying, kaku banget,” ucapnya.
Sembari meregangkan tubuhnya, Mahesa melihat-lihat kearah sekitar. Matanya memperhatikan satu persatu bagian sekolah, mencari keberadaan sesosok yang selama ini menyita pikirannya.
“Bro, gue duluan ya. Hendri udah nungguin didepan nih. Bye!” Yasa menepuk pundak Mahesa pelan sebelum akhirnya berjalan menuju pintu keluar. Merespon hal itu, Mahesa tersenyum. “Dah bro, Hati-hati dijalan!” ucapnya yang dibalas oleh teriakan “IYA!” dari si lelaki Virgo.
Mahesa menoleh-nolehkan kepalanya. Pria itu berusaha mencari si Aries yang katanya menunggu didepan ruang aula.
'Ares udah pulang?' batin Mahesa ketika belum kunjung menemukan keberadaan lelaki berperawakan agak pendek itu.
Gerakan pria itu terhenti ketika melihat siluet seseorang tengah duduk diujung lorong yang menuju perpustakaan. Mahesa berjalan mendekat, memastikan bahwa sesosok lelaki yang duduk ditempat itu adalah sesosok yang ia cari.
Dan benar dugaannya, siluet itu adalah sosok Ares yang kini tengah tertidur dengan posisi tangannya yang tengah menahan kepalanya.