Night in the forest

“Raska! Siapkan belati mu!” ucapan itu membuat Raska langsung mengantongi ponselnya dan menggenggam erat belati ditangannya.

Suasana merinding sekaligus mencekam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Pria mungil itu bersusah payah untuk menelan ludahnya. Menetralisir rasa takut dan khawatir yang berada dibenaknya.

Pemuda tinggi berbahu tegap didepannya kini sedang menatap pepohonan rindang yang begitu menyeramkan. Minimnya pencahayaan dan sepinya jalanan membuat suasana semakin menyeramkan. Ditambah lagi angin malam yang dingin membuat tubuh mungil itu sedikit merinding.

“Ada apa Marvin?” tanya Raska sambil berbisik. Lelaki manis itu berlindung dibalik punggung kokoh sang dominant. Jujur Ia tidak berani melihat hutan gelap itu.

Marvin menatap Raska lalu menunjuk pepohonan dengan dagunya. “Aku mendengar suara dibalik pepohonan.”

Raska kembali mengeratkan genggaman belatinya. Bersiap jika ada sesuatu muncul dibalik pohon-pohon rindang nan tinggi. Memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Apa itu hewan buas? Atau penjahat? Pembunuh yang berkeliaran? Atau mungkin, itu vampir yang mengincar mereka.

Tidak-tidak. Jangan sampai hal terakhir terjadi, ia tidak ingin itu menjadi kenyataan. Ia belum siap untuk bertarung melawan para vampir yang haus akan darah. Ia tidak bisa membayangkan seberapa mengerikannya jika hal itu benar terjadi.

Raksa berusaha mengatur nafasnya. Ia melihat Marvin yang sedang menatap tajam kearah hutan belantara. Matanya yang semula berwarna hitam berubah menjadi merah darah.

Raska menahan napas. Menurutnya Marvin menyeramkan jika sudah seperti ini, meski ia sudah tahu bahwa sang kekasih berhati lembut dan baik tapi tetap saja itu menyeramkan baginya.

Marvin berusaha memastikan bahwa tidak ada sesuatu dibalik kegelapan. Matanya melihat kesana kemari untuk memastikan keadaan.

Akhirnya matanya kembali berubah semula disaat ia yakin bahwa tidak ada sesuatu yang membahayakan.

“Sepertinya hanya angin. Kita harus bergerak cepat ke rumah, aku takut akan terjadi sesuatu jika kita terlalu lama berada disini.” Marvin menatap Raska yang masih merasa ketakutan. Rasa bersalah menyelimuti dirinya. Harusnya ia tidak membawa sang kekasih pergi disaat malam hari seperti ini. Terlalu berbahaya.

“Baiklah. Ayo cepat.” Raska lantas berjalan dan menarik lengan Marvin. Tapi Raska berhenti karena Marvin tidak mengikutinya. Dominant-nya itu hanya diam dan tidak bergerak sedikit pun.

“Ayo cepat.” Raska berusaha menarik lengan Marvin tetapi pria itu tetap saja tidak mau bergerak. Tubuh Marvin yang lebih besar dan tegap membuat dirinya kesusahan untuk menariknya.

“Kata mu kita harus bergerak cepat tapi kenapa kamu hanya diam saja?!” ujarnya kesal. Pemuda mungil itu menghentikan aksinya dan menatap tajam Marvin. Menyebalkannya Marvin hanya menatap datar kearahnya.

kekasihnya ini benar-benar mengesalkan! Sudah membawanya ke hutan ditengah malam, tidak membawakannya jaket atau penghangat karena udara dingin, ditambah lagi tidak berjalan cepat untuk sampai ke tujuan membuatnya ingin sekali menusukan belati ditangannya ke dada sang kekasih.

“MENYEBALKAN!” teriaknya lalu berbalik. Ia memilih berjalan sendiri dan meninggalkan Marvin.

Masa bodo. Yang penting ia sampai ke tujuan. Ia ingin sekali berbaring dikasur hangatnya dan menggulung dirinya dengan selimut nyaman. Kalau saja pacarnya ini tidak nemaksanya pergi ditengah malam pasti ia sudah tidur dengan aman dan nyenyak.

Suara derap langkah kaki terdengar. Suara itu terdengar seperti orang yang sedang berlari. Raska seketika terdiam. Ia merasa langkah kaki itu menuju kearahnya. Dengan perlahan ia berbalik dan

BRUKKKK

“MARVINNN!!” teriaknya lantang. Marvin tertawa melihat wajah panik sang kekasih. Cowok itu membetulkan posisi gendongannya. Saat ini Marvin tengah menggendong Raska dengan posisi ala bridal style

Raska memukul-mukul tubuh Marvin. Lelaki ini benar-benar ingin jantungnya copot. Ia panik karena ia berpikir bahwa yang berlari adalah vampir yang ingin menerkamnya.

“Kau mengagetkan ku sialan!!” ujarnya lantang. Beruntung Raska tidak langsung menusuknya dengan belati. Lelaki ini memang kurang ajar! Ingin sekali ia menendangnya.

Kecupan kupu-kupu hinggap di bibirnya. Raska langsung terdiam dan menatap Marvin sementara Marvin terkekeh melihatnya.

“Kau tampak menggemaskan saat sedang marah,” ujarnya sambil tersenyum. Gemas sekali ketika melihat miliknya ini marah dan kesal. Ingin sekali ia mencubit pipi tembab itu namun ia yakin sekali Raska akan mengamuk jika ia mencubitnya.

Raska menggembukan pipinya. Ia memilih untuk melihat kearah lain dibanding melihat wajah menjengkelkan sang kekasih.

Keduanya sama-sama hening, tidak ada yang membuka topik pembicaraan. Mereka memilih saling diam ditengah jalan gelap ini.

Lagipula ini sudah malam, yang berada di pikiran mereka berdua adalah cepat sampai ketempat tujuan.

Hingga pada akhirnya mereka sampai ketempat tujuan. Rumah kecil yang nyaman ditengah belantara hutan yang gelap. Dan sepertinya mereka akan tinggal di sana malam ini.

• AESTEREID