punishment
Mark tidak tahu kenapa ia bisa berakhir disini, berakhir ditempat minim cahaya yang berukuran tidak terlalu besar maupun kecil. Ini terlihat seperti ruang bawah tanah, tidak ada cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan ini.
Entahlah, Mark tidak ingat. Yang ia ingat terakhir kali adalah ketika ia sedang berpesta dengan teman-temannya, Donghyuck datang dan memberikannya minuman bersoda. Beberapa menit setelah ia meminum soda itu kepalanya terasa pusing dan ia berakhir jatuh pingsan.
Mark berusaha memfokuskan pandangan, lelaki Leo itu meringis kala rasa pusing dan sakit menyerang kepalanya. Si Leo berusaha untuk menggerakkan tubuhnya namun ia terkejut ketika sadar bahwa ia diikat dengan kuat disebuah kursi dengan posisi tangan yang berada dibelakang.
“Oh, my little prince is awake.”
Mark menoleh kearah sumber suara, pupilnya membesar ketika melihat Renjun kekasihnya sedang merokok sambil menghampirinya.
Lelaki Aries itu tampak mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.
Renjun tampak berbeda 360 derajat dari biasanya.
“Renjun?” gumam Mark yang memastikan bahwa penglihatannya sekarang tidak salah.
Renjun dihadapannya tampak sangat berbeda dari Renjun biasanya. Renjun yang biasa terlihat manis dan lugu berubah menjadi sosok yang sedikit menyeramkan dan mendominasi.
“Yes, love?” Renjun tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut yang pria Leo itu tampilkan.
Kini waktunya untuk mengeluarkan sisinya yang lain.
Sisi iblis yang selama ini terpendam dalam jiwa seorang Huang Renjun.
“Renjun? Itu lo? Gue sekarang dimana anjing?!” umpat Mark yang masih shock dengan keadaannya sekarang.
Mark berusaha untuk melepaskan ikatan yang menjerat tubuhnya, bukannya bebas lelaki itu malah merasa sakit karena lengannya terasa kebas akibat ikatan yang terlalu kuat.
Renjun berhenti tepat didepan Mark yang berusaha untuk melepaskan diri. Ia menghembuskan napas, membuat asap rokok itu mengebul keatas dan perlahan lenyap di udara.
“In hell, little prince.” Tanpa aba-aba Renjun menekan paha Mark menggunakan ujung rokoknya yang berabu, membuat pemuda Agustus itu meringis karena rasa panas yang menjalar di pahanya.
Mark memberontak, ia berusaha untuk lepas dan lari dari ruangan ini. Namun nyatanya perbuatan itu membuat Renjun kesal dan lantas menampar pipinya dengan keras.
“Diam, love,” ucap si pemuda Huang ketika Mark terdiam seusai ditampar. “Kamu membuat kesabaranku menipis, dan sekarang waktunya kamu dihukum.”
Satu tamparan keras kembali dilayangkan. Mark meringis karena tamparan itu membuat pipinya terasa panas. Ia masih tidak percaya bahwa didepannya ini adalah kekasihnya.
Kekasihnya yang lugu dan polos.
Nyatanya tersimpan jiwa iblis didalamnya.
“Lepasin, Renjun,” ucap Mark dengan nada tegas, ia menatap Renjun dengan tajam. “Lo bakal dapet balasan dari apa yang lo lakuin sekarang, Renjun.”
“Oh really?” Renjun tersenyum mengejek, membuat Mark mendadak merasa ragu. Si Aries mengangkat dagu Mark agar lelaki itu menatapnya. Ia menatap penuh intimidasi membuat lelaki Leo itu meneguk ludahnya.
Ah sepertinya dia mulai takut sekarang.
“Katakan hal itu kepada orang yang mengaku dirinya seorang bajingan, little prince.”
Renjun menjambak rambut Mark kebelakang membuat lelaki itu meringis karena kepalanya pusing. Renjun menarik rambutnya kuat membuatnya harus mendongak keatas. Tak sampai situ si Maret kemudian menarik kepalanya kebawah membuatnya serasa ingin muntah.
“Jangan pingsan dulu, Love. Hukuman mu bahkan belum selesai.” Renjun berbicara seolah-olah yang ia lakukan bukan apa-apa. Lelaki itu akhirnya melepaskan cengkeramannya membuat Mark mengatur napasnya.
Belum sempat Mark bernapas lega, mendadak sebuah collar berbentuk kalung kucing melingkar di lehernya.
“You looks so cute with this, Love,” ucap Renjun sambil tersenyum melihat karya yang ia ciptakan.
“Dasar gila!” Mark berteriak. Orang didepannya ini benar-benar gila. Tidak waras.
Renjun mendekatkan wajahnya, membuat mereka saling bertatapan. Mark dengan tatapan tajamnya sementara Renjun dengan senyum menyeramkan merekah diwajahnya.
“I am.”
Collar itu ditarik membuat dengan kencang membuat Mark merasa tercekik. Ia mulai kesulitan bernapas karena kalung yang melingkar erat dilehernya.
“Berselingkuh, berbuat seenaknya, dan menjadikan aku bahan taruhan. Kamu pikir apa itu bukan tindakan yang gila, Mark lee?” ucap Renjun yang masih menarik tali collar dengan erat.
“Jawab bangsat!” satu tamparan kembali dilayangkan. Mark bersumpah jika tamparan itu bukan main-main kerasnya. Pipinya kebas, bibirnya mulai berdarah.
“Tidak mau menjawab, sayang?” ucap Renjun dengan tatapan menyeramkan.
“Lidahmu ingin ku potong?!” Mark menggeleng-gelengkan kepalanya. Badannya sedikit gemetar karena Renjun sekarang. Renjun tampak menyeramkan.
Lelaki itu tampak seperti psikopat yang akan mencincang tubuhnya.
“Oke kalau kamu gak mau.” Renjun melepaskan cengkramannya pada tali collar. Membuat si Agustus langsung meraup oksigen disekitarnya dengan rakus. Ia akhirnya bisa bernapas sekarang.
“Emh!”
Mark terkejut ketika Renjun mendadak melumat bibirnya dengan kasar. Lumatan itu terasa berantakan dan terkesan terburu-buru.
Rambutnya dicengkeram dengan kuat membuat Mark kewalahan karena otaknya mendadak berkinerja lamban.
“Balas ciumanku, Love,” kata Renjun ketika bibir Mark masih diam tak membalas.
“Aku bilang balas!” Renjun mulai menancapkan pisau lipat kearah paha Mark yang membuat darah mulai mengalir keluar.
“Akhh.” Mau tak mau Mark membalas ciuman Renjun meski terdapat rasa enggan didalamnya.
“Emhh! Renjun!” Mark panik ketika Renjun mulai mengarahkan pisaunya, menciptakan luka baret panjang yang menghiasi pahanya dan membuat celana yang ia kenakan robek tak berdaya.
Tak mengacuhkan perkataan Mark, si Aries malah menggigit bibir lelaki itu dengan kuat membuat si Leo meringis.
Darah mulai mengalir di bibirnya. Tak ingin melewati kesempatan itu, Renjun menghisap bibir bawah si Agustus dan menjilatinya.
Mark merasa tersiksa sekarang. Darah terus mengalir di pahanya. Bibirnya terasa perih. Belum lagi kepalanya masih terasa pusing akibat jambakkan yang Renjun berikan.
Ciuman itu turun menuju leher si Agustus. Renjun menciptakan banyak tanda kemerahan dileher jenjangnya. Ia menggigit dan menghisapnya dengan kasar membuat Mark meringis akibatnya.
“RENJUN!” Mark berteriak ketika Renjun dengan mudahnya merobek bajunya menggunakan pisau lipat yang ada ditangannya.
Melihat bahu Mark yang terbuka membuat Renjun menggigit dan menghisapnya dengan kuat.
Si Leo terus menggigit bibir bawahnya, menahan desahan dan teriakan yang keluar akibat ulah pemuda Huang padanya.
Mark bernapas lega ketika Renjun melepaskan gigitan pada bahunya.
Lelaki berperawakan sedikit pendek itu terlihat berjalan menuju lemari yang ditempatkan di ruangan itu. Tangannya terulur untuk mengambil sebuah cambuk yang berada didalam sana.
Mark yang melihat Renjun tengah menghampirinya kelabakan. Ia ketakutan ketika Renjun mencengkram erat cambuk itu ditangannya.
ctash!
“Akhh.” Mark meremas tangannya sendiri. Rasa panas menjalar punggungnya. Pria itu memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.
“Bajingan.” Renjun melayangkan cambuknya. “Kau pikir kau siapa berhadapan dengan ku, Mark lee?”
“Laki-laki sialan.”
ctash!
“Lelaki brengsek.”
ctash!
“Tukang selingkuh.”
ctash!
“Kamu hanya seorang manusia yang sok bertingkah seperti hewan liar, Mark Lee.” Renjun menatap Mark yang kesakitan datar lalu kembali melayangkan cambukannya.
ctash!
Tubuh Mark terasa sangat sakit. Ia meringis kala Renjun terus terusan melayangkan cambukan kearah badannya. Sudah dipastikan memar panjang akan membekas disekujur tubuhnya
“AKHH!” teriak Mark ketika Renjun mencekik lehernya kuat-kuat. Mark menatap Renjun dengan pandangan berkunang-kunang. Meski begitu ia bisa melihat Renjun menatapnya datar sekarang.
“T-tolong lepaskan,” ucap Mark yang sudah frustasi akan keadaan.
Tubuhnya lemas. Tali yang mengikat tubuhnya masih terjerat kuat. Luka ditubuhnya membekas, belum lagi darah yang masih mengalir dari pahanya.
“Good, Love. Now begging for me.” Renjun terus mengeratkan cekikannya. Memaksa Mark untuk memohon kepadanya agar ia dilepaskan.
“Ah! Renjun please! I beg you,” ucap Mark dengan lirih.
Melihat kesayangannya yang memohon membuat Renjun tersenyun dan mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk pelan pucuk kepala si Leo.
“Good boy,” ucapnya.
“Kamu macam-macam dengan orang yang salah, love.” Renjun melepaskan cengkramannya pada leher Mark membuat Mark langsung menarik napas.
Kepala Mark pusing, pandangannya mulai memudar apalagi ketika merasakan sebuah jarum suntik menusuk lehernya.
Penglihatannya menggelap, yang ia ingat terakhir kali adalah ketika melihat Renjun tersenyun puas dan mengecup bibirnya.
“Sleep well, little prince.”