Sang rubah yang memangsa si singa

Raska berjalan cepat menuju gang gelap tadi. Ia menggenggam erat pisau tajam ditangannya. Bersiap melakukan tindakan pikiran gilanya.

aku harus membunuhnya, dia membahayakan batin Raska berusaha meyakinkan bahwa apa yang akan ia lakukan adalah tindakan yang benar.

Tanpa pikir panjang, lelaki itu berjalan masuk menuju gang dan melangkahkan kakinya dengan berani meski tau apa kosekuensinya.

Jika ia mati setidaknya ia akan membuat vampir itu juga ikut meregang nyawa.

Kakinya melangkah masuk namun sayangnya matanya tidak melihat siapa pun disana. Gang gelap itu kosong dan tidak ada siapapun disana.

“Sialan,” umpatnya. Apa ia terlalu lama pulang? Dimana vampir itu? Kenapa sepi sekali? Kemana perginya dia orang tadi?

Raska mencengkram erat gagang pisau. Rahang lelaki kelahiran maret itu tampak mengeras. Rencananya untuk membunuh vampir sialan itu sepertinya gagal.

Matanya rubahnya terbuka. Instingnya dengan kuat menyuruhnya untuk menghindar ke kiri.

SRASHH

Raska bergerak menghindar ke kiri sesuai instingnya. Tinjuan secepat angin datang dari arah kanan dan beruntung Raska bisa menghindarinya. Matanya melirik kearah tangan yang mengepal disamping wajahnya.

“Insting mu kuat juga ternyata.” Suara familiar itu terdengar jelas ditelinganya. Raska memegang erat pisaunya dan mencoba menghunuskan pisau tajam itu kearah seseorang yang berada disampingnya.

Orang itu menghindar sangat cepat dan berdiri dihadapan Raska. Pria yang sekarang bermata hitam itu melihat si aries yang menatap tajam dirinya.

“Wow, kau mencoba membunuh ku? Kau jahat sekali.” Marvin melirik pisau digenggaman Raska. Sepertinya si manis ini sedang emosi.

“Diam brengsek!” Rahang Raska mengeras. Emosinya bertambah ketika Marvin menatapnya santai seolah-olah ia adalah lawan yang mudah ditaklukkan. Tatapannya seperti tatapan merendahkan dan itu membuat Raska marah.

“Jangan gila, kau tau 'kan siapa diri ku? Sepertinya kau kemarin sangat ketakutan tapi kenapa sekarang-” ucapan Marvin terpotong ketika Raska menendang perutnya dengan kencang membuat pria kelahiran agustus mundur sedikit.

“Diam sialan!” Raska mencoba menghunuskan pisau ke dada Marvin namun pria itu dengan cepat menghindar.

Marvin menggenggam lengan Raska dan memelintir tangannya. Raska yang merasa kesakitan langsung menjatuhkan pisaunya dan berusaha lagi menendang perut Marvin.

Si leo bergerak cepat. Menjauh dan menciptakan jarak antar keduanya.

“Terlepas dari tubuh mungil mu. Ternyata kau lawan yang kuat.” Harus ia akui, si manis dihadapannya ini adalah lawan yang cukup kuat meski ia tidak merasakan sakit akibat tendangannya karena tubuhnya jauh lebih tahan daripada tubuh manusia biasa.

Ia pikir Raska akan langsung lengah dan menyerah melawannya. Namun pria manis ini melakukan sebaliknya, ia terus berusaha menyerang dengan tenaga yang bisa dibilang kuat untuk ukuran manusia.

“Jangan pernah melihat seseorang dari penampilannya, Marvin. Rubah yang terkadang terlihat manis saja bisa dengan ganas menghabisi mangsanya.” Raska mengambil pisau yang tadi terjatuh dan menatap tajam Marvin. Bersiap-siap dengan pertarungan besar yang akan terjadi.

“Kita lihat apakah sang rubah bisa melawan singa yang mengincar mangsanya.” Dengan pergerakannya yang cepat, Marvin menerkam tubuh Raska. Mendorong pria mungil itu hingga membuatnya terjatuh. Raska berusaha menggerakan kepalanya yang tertahan kuat. Tangannya yang bebas dengan cepat menghunuskan pisau itu kearah Marvin.

Marvin yang tadinya meniban tubuh Raksa menghindari pisau itu. Sedikit saja ia lengah, pisau tajam itu bisa tertancap ditubuhnya.

Marvin memutuskan menjauh ketika Raska dengan gila-gilaan menghunus-hunuskan pisaunya.

Si mata rubah itu berdiri dan tersenyum miring menatap Marvin dari kejauhan.

“Sudah ingin menyerah?” ejek Raska. Rahang Marvin mengeras, pertarungan ini tak seperti yang ia kira. Matanya melihat kesana kemari mencoba mencari cara agar bisa mengalahkan si rubah.

Dirinya kemudian tersenyum miring, menampilkan gigi taring tajam miliknya. “Sepertinya kau yang akan menyerah.”

Pemuda leo itu berlari cepat dan menahan tangan Raska. Menepis pisau tajam itu hingga terjatuh dan menendangnya agar menjauh.

Raska menatap Marvin dan memukul wajah pria itu. Serangan demi serangan ia lancarkan hingga akhirnya sebuah tangan memukul kepalanya dengan kencang. Sangat kencang hingga ia pingsan dan terjatuh.

Semuanya mendadak gelap. Pukulan itu terasa seperti sebuah bongkahan batu yang memukul kepalanya. Badannya terasa lemas dan kepalanya pusing. Hingga akhirnya yang ia ingat adalah tubuhnya terasa digendong dan dibawa ke suatu tempat yang tidak ia ketahui.

• AESTEREID