selamat tidur, renjun
tw // mention of stalking , obsessed , harsh word
Bangsat.
Tubuh Renjun terasa sangat lemas sekarang. Badannya seolah meluruh ketika melihat berita kecelakaan yang kini sedang ditayangkan.
Itu bukan Jeno, Ren. Itu bukan Jeno. ITU BUKAN JENO ANJENG
“BANGSATTT.” Renjun mencengkram rambutnya kuat-kuat. Dia berteriak keras hingga tenggorokannya sakit. Ia sangat berharap bahwa mobil yang terlihat ringsek itu bukanlah milik Jeno.
“Tolong siapapun tolong,” ucap Renjun lirih. Lelaki aries itu mengusap wajahnya kasar. Dirinya ingin sekali menangis sekarang.
Ia menangisi nasibnya, ia menangisi dirinya sendiri.
Miris, Renjun tidak pernah mengira bahwa kejadian bangsat seperti ini akan menimpa dirinya.
Renjun berusaha untuk mengatur napasnya. Dadanya terasa sesak. Lelaki itu mencoba untuk menguatkan dirinya.
Lengannya yang merinding ia pijit pelan, punggungnya yang mendadak terasa dingin ia usapkan.
Renjun Aksara kini tengah berusaha untuk menenangkan dirinya yang terguncang hebat. Otaknya berusaha untuk menyangkal pikiran-pikiran negatif yang menyeruak dan berkata.
Tenang, Renjun. Itu bukan Jeno. Jeno pasti lagi jalan kesini, makanya dia enggak jawab pesannya.
Padahal pikiran negatif Renjun sudah mengatakan kebenarannya
Namun sayang Renjun tidak ingin mendengar mimpi buruk itu
Renjun memejamkan mata sambil menarik napas dalam. Ia menghirup oksigen dengan rakus lalu membuangnya dengan perlahan.
Renjun terus mengulang hal seperti itu beberapa kali hingga jantungnya kembali berdetak normal.
Gapapa, Renjun gapapa. Anggap saja kamu sedang tertidur dan ini hanya mimpi buruk. Ini semua hanya kebetulan.
Setelah merasa dan dirinya sudah mulai rileks dan tenang. Renjun membuka kembali matanya. Ia mencoba tersenyum dengan harap suasana hatinya akan membaik.
“Ini cuma kebetulan, Renjun,” ucapnya pada diri sendiri.
Renjun akhirnya memutuskan untuk mematikan tv dan membuat coklat hangat. Ia akan bersantai di kamarnya yang nyaman sembari menunggu Jeno yang akan datang.
Namun saat ia mematikan televisi Renjun terkejut bukan main. Badannya membeku, otaknya terasa kacau, jantungnya mencelos.
Ia melihat seseorang tengah berdiri didepan jendela rumahnya melalui pantulan layar tv
sialan
tok tok tok
Ketukkan di jendela membuat Renjun merinding bukan main. Bulu kuduknya berdiri sempurna. Punggungnya mendadak terasa sangat dingin.
Renjun menahan napas sambil menoleh kearah belakang dengan perlahan.
bangsat
Tanpa pikir panjang Renjun langsung berlari menuju lantai atas. Ia harus menyelamatkan diri sebelum memanggil bantuan.
Seseorang berjaket hitam didepan rumahnya itu tersenyum. Ia membuka pintu terkunci itu dengan kunci yang berada ditangannya.
cklek
Lelaki itu mengunci pintu rumah Renjun setelah masuk yang membuat Renjun otomatis terjebak didalam.
Kesayangannya kini tidak bisa pergi kemana-mana
Orang itu lantas berlari dan mengejar Renjun yang kini berusaha menutup pintu kamarnya.
Renjun berteriak histeris ketika sebuah tangan menahan pintunya yang hampir tertutup.
Tangan kekar itu mendorong pintu dengan kuat hingga ruangan tersebut terbuka lebar. Dengan cepat lelaki itu menarik kerah Renjun dan menyeretnya menuju lantai bawah.
Renjun berusaha memberontak. Ia mencakar, memukul hingga menendang-nendang agar terlepas dari cengkraman lelaki itu
Namun Renjun berhenti ketika lelaki itu berjalan menyeretnya melewati tangga. Kakinya terasa perih dan kebas karena terbentur tangga yang sedikit lancip, membuat kakinya memar.
Tubuh mungil itu terhempas begitu saja ke pojok ruangan. Renjun berusaha bangkit tetapi tenang seolah telah habis.
“JANGAN BUNUH AKU!” seru Renjun ketika lelaki itu berjalan mendekat. “AKU AKAN KASIH APAPUN ASAL JANGAN BUNUH AKU!”
Badan Renjun gemetar. Ia tidak siap mati sekarang.
Oh tuhan, ia masih ingin hidup.
Sesosok dibalik jaket hoodie itu terkekeh pelan membuat Renjun mengerutkan dahinya bingung.
Apakah orang didepannya ini psikopat?
Kekehan itu berhenti dan diganti oleh senyum yang terpampang diwajahnya.
“Kamu takut, Renjun?” ucap orang itu yang membuat Renjun melotot.
Tak hanya mengenali suara itu. Ia benar-benar hafal dengan suara lelaki yang kini berdiri dihadapannya.
Tudung hoodie itu dibuka. Menampilkan wajah tampan rupawan yang membuat Renjun terkejut setengah mati.
Idolanya, panutannya, dan kecintaanya.
Adalah dalang dari ini semua.
“M-mark?” ucap Renjun tak percaya. Ia merasa semua ini sangat tidak masuk akal.
Seorang Mark Maraka, rapper sekaligus idola semua orang adalah sesosok menyeramkan yang kini menatap dirinya dengan senyum yang membuat siapa saja merinding melihatnya.
“Kenapa? Kamu kaget?” ucap Mark seolah-olah bodoh tidak melihat kondisi Renjun saat ini.
Mark terkekeh lalu mendekat kearah Renjun yang gemetaran. “Kamu suka sama aku 'kan? Aku juga suka sama kamu, bahkan aku kirim hadiah spesial yang aku buat sendiri!”
Renjun bukannya merasa bahagia karena cintanya terbalas oleh sang pujaan malah terdiam. Lidahnya kelu, otaknya berkerja keras untuk mengingat hadiah apa yang Mark maksud.
jangan-jangan...
“Maksud kamu?” Renjun menggantungkan ucapannya. Ia merinding ketakutan ketika melihat Mark menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang.
“Aku bikin kadonya perjuangan banget tau, aku hampir ketahuan satpam gara-gara nyelinap masuk ke villa kamu, tangan aku juga luka gara-gara hiasin hadiahnya. Aku lakuin itu demi kamu, pasti kamu suka sama hadiahnya 'kan?”
Mendengar penuturan Mark membuat Renjun mengepalkan tangannya. “ORANG GILA!” teriaknya.
“GILA LO. GAK WARAS!” Renjun sudah tidak peduli lagi saat mengetahui kenyataan bahwa siapa sosok didepannya kini.
Idolanya, cintanya. Renjun rela melalukan apapun demi Mark yang berhasil merebut hatinya.
Renjun rela berebut tiket konser dan mengeluarkan uang senilai jutaan, memborong album dan brand yang agensi keluarkan, Renjun rela bergadang untuk update berita terkini mengenai Mark, ia rela harus mengikuti Mark kemana pun, rela menyelinap demi dekat dengan sesosok idola kesukaannya.
Lihatlah lelaki ini, ia tidak berkaca sama sekali.
Mark yang awalnya tersenyum cerah berangsur memasang wajah datar. Ia tak terima mendengar penuturan Renjun mengenai dirinya.
“Kamu enggak berkaca, Renjun?” tanya Mark dengan nada datar yang membuat Renjun terdiam.
“Kamu enggak sadar orang kayak kamu yang bikin aku jadi begini?” kata Mark lagi. “Orang-orang gila kayak kalian, ngikuti kami, foto kami diam-diam, menggangu privasi kami. Kamu pikir kami enggak dibuat gila karena digituin?”
Mark mengepalkan tangannya kuat. Wajahnya mulai memerah, urat-urat dilehernya terlihat menonjol. Ia merasa ingin meledak sekarang.
“Orang-orang kayak kamu cuma bisa bikin kita jadi gak waras. Kita ngerasa gak aman, ngerasa gak nyaman, mau kemana aja ngerasa bahaya. Dasar orang gila. Bangsat!” Mark berteriak marah.
Melihat teman dan rekan sesama artisnya yang khawatir akan fans-fans yang melebihi batas wajar membuat amarahnya melonjak naik.
Mark kesal dengan manusia seperti mereka, Mark marah dengan apa yang mereka lakukan.
Dan bagi Mark, sepertinya ia sudah cukup untuk menahan semua kesabarannya.
“Dan kamu tahu? Sepertinya aku lebih pilih melawan dibanding diam aja,” ucap Mark sambil tersenyum. Senyum itu, senyum simpel itu terlihat menyeramkan dimata Renjun.
“Aku mulai mencari siapa saja yang berani mengganggu privasiku, aku mencari para stalker yang tersembunyi diantara fansku. Ketika sudah ku temukan, maka aku akan mulai mengikuti mereka dan mencari tahu segala hal tentang mereka. Aku memfoto mereka diam-diam dan ku jadian foto mereka pajangan kamarku,” ucap Mark membuat badan Renjun merinding.
“Kamu tahu bagian paling menyenangkan? Bagian paling seru adalah ketika mulai merasa kehadiranku, mereka mulai ketakutan, mereka mulai merasa frustasi dan mulai menangis karena hadiah yang aku berikan. Mereka yang merasa marah karena seperti merasa dikerjai, mereka yang meminta ampun kepadaku saat aku ingin menyingkirkan mereka.”
Mark tersenyum kearah Renjun, ia mendekati pria mungil itu membuat Renjun mundur menjauh. Ia terus mundur sampai punggungnya terkena dinding yang menandakan bahwa ia terpojokkan sekarang.
Renjun ingin sekali memberontak dan berlari. Tapi sialan, kakinya masih terasa sakit. Ia tak kuat untuk berlari.
“Tapi kamu.” Mark mengusap lembut pipi Renjun yang membuat pria itu menahan napas. “Ada sesuatu didalam dirimu yang menarik, Renjun.”
“Kamu berhasil buat aku jatuh kepadamu. Entah bagaimana caranya, setiap aku ingin tahu sesuatu tentang kamu aku semakin tertarik bahkan jatuh cinta kepadamu.”
Usapan itu berubah menjadi cengkraman kuat di dagu Renjun yang membuat Renjun meringis. Ia menatap Mark memohon agar dia dibiarkan selamat.
“Jangan tatap aku kayak gitu itu, sayang. Aku gak bakal sakitin kamu.” Mark tersenyum, seolah meyakinkan Renjun agar tetap tenang.
“Mimpi indah, sayang.”
Dan sebuah pukulan kuat akhirnya menghantam kepala Renjun hingga membuat pemuda Aries itu kehilangan kesadarannya.
Gelap. Yang terakhir Renjun rasakan adalah ketika ia merasa diangkat dan dibawa ke suatu tempat yang sama sekali ia tidak ketahui.
• AESTEREID