the race

tw// mention of balapan , dan sedikit pukulan.

Waktu sudah menunjukan pukul 10.05 malam. Jalanan kini mulai terlihat sepi kendaraan, apalagi di jalan SMA 68 yang notabennya berada di ujung yang membuat tempat itu terlihat kosong dan menjadi tempat yang tepat untuk aksi balap liar.

Mahesa yang sudah sampai di jalanan beraspal itu mulai melihat kearah sekitar. Ia berusaha mencari keberadaan lelaki yang mengajaknya duel di malam hari seperti ini.

Mahesa akhirnya menjalankan motornya setelah berhasil melihat Ares berada di tengah jalanan yang kosong sedang duduk diatas motornya yang terparkir sempurna.

njing! cakep banget, batin Mahesa yang terperangah melihat penampilan Ares malam ini.

Lelaki berzodiak aries itu memakai kaus putih biasa yang dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam, dan juga celana berwarna senada dengan jaket kulitnya.

Memang terlihat sangat sederhana, tapi dimata Mahesa itu tampak sempurna.

Entah mengapa, lelaki itu selalu bisa membuat Mahesa merasa jatuh, jatuh, dan jatuh lebih dalam kepadanya.

Tingkahnya, senyumnya, penampilannya. Semua hal didalam diri Ares seperti magnet yang membuat Mahesa melekat kuat dan tidak bisa lepas dari diri seorang Ares Putra Sanjaya.

Mahesa berusaha menyadarkan dirinya. Ia harus tetap fokus untuk memenangkan perlombaan ini.

Mahesa sangat bertekad untuk menang, ini adalah satu-satunya cara untuk dekat dengan Ares saat ini.

Lelaki berzodiak leo itu menjalankan motornya pelan dan memakirkan motornya disamping Ares dengan sempurna.

Tidak ada siapa-siapa di jalanan yang berukuran lumayan besar ini. Disana Benar-benar hanya terdapat mereka berdua yang ditemani oleh bulan serta bintang yang menghiasi langit.

“Jadi gimana jagoan? should we start the race?” ucap Mahesa sambil menatap Ares yang masih cuek menanggapinya.

Ah, sepertinya lelaki itu masih kesal dengan kejadian tadi.

Tidak memedulikan ucapan sang kakak tingkat, Ares mulai menaikan standar motornya dan memposisikan tubuhnya untuk bersiap memulai balapan.

“Yang sampai duluan ke Jalan Graham, dia yang menang,” ucap Ares sambil fokus memandang kedepan.

Jalan Graham adalah salah satu jalan menuju SMA Andara. Biasanya di jam seperti ini jalanan itu sudah sepi dan kosong yang membuat jalan itu terkadang menjadi tempat beberapa remaja menongkrong entah untuk sekedar mengobrol atau merokok.

“Hitungan ketiga,” ucap Ares sedikit serak, membuat Mahesa bersiap untuk segera meluncurkan motornya.

“Satu.”

“Dua.”

“Tiga!”

Kedua motor itu meluncur dengan cepat setelah aba-aba hitungan ketiga dari Ares.

Knalpot dari kendaraan beroda dua itu terus menggebu-gebu mengeluarkan suara yang cukup nyaring dan keras.

Ares melajukan motornya dengan gila-gilaan, ia terus menekan pedal gas yang membuat laju motornya semakin kencang, meninggalkan Mahesa dibelakangnya.

Mahesa melajukan motornya meski kecepatannya tidak secepat si aries. Lelaki leo itu masih memikirkan keadaannya dibanding Ares yang sepertinya sudah sangat nekat.

Keduanya melewati kendaraan yang berlalu-lalang dengan cepat. Ares terus menyalip motor dan mobil yang lewat dengan kecepatan penuh yang membuat beberapa pengemudi mengeluh karenanya.

Entah Ares yang tidak sayang nyawa atau bagaimana, yang sekarang lelaki itu pikirkan hanya memenangkan perlombaan balap ini.

Ares merasa sangat percaya diri apalagi ketika melihat Mahesa dari kaca spionnya masih tertinggal dibelakang membuat Ares merasa optimis dan tersenyum kemenangan.

Ia sangat yakin bahkan bertaruh bahwa ia adalah pemenang perlombaan ini.

Karena laju motor keduanya yang sangat cepat membuat tubuh kedua lelaki itu diterpa oleh angin malam yang dingin. Mereka saling mempercepat kecepatan motor di jalanan yang sepi kendaraan.

Mahesa yang sudah mulai melihat Jalan Graham dari kejauhan mulai menaikan laju motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Motor hitam milik si leo melaju kencang membuat Mahesa mendadak sudah berada disamping Ares, yang membuat lelaki bermotor merah itu terkejut.

Mahesa terus menggerakan pedal gas yang membuatnya dapat menyalip motor Ares.

Sedikit lagi, sedikit lagi.

Mahesa terus menekan pedal gas, hingga akhirnya motor Mahesa berhasil sampai menuju Jalan Graham lebih dulu yang berarti Mahesa adalah pemenang dari perlombaan malam ini.

Mahesa menekan pedal remnya dengan perlahan. Hingga saat motornya berhenti sempurna, Mahesa kemudian berusaha mengatur napasnya yang berderu cepat.

Sepanjang hidup lelaki itu, sejujurnya Mahesa tidak pernah mengikuti perlombaan balap motor, ini adalah untuk pertama kalinya ia melakukannya dan rasanya sangat gila.

Mahesa sebenarnya malas melakukan hal seperti ini. Tapi karena Ares, pria itu rela melakukannya.

Mahesa menoleh kearah belakang, ia melihat Ares yang sudah memberhentikan motonya kini menundukkan kepala dan mengeratkan kepalan tangannya. Wajah Ares tampak memerah, lelaki maret itu tampak menahan amarah yang kini mulai membeludak.

“Anjing!” seru Ares sambil memukul motornya dengan cukup keras. Lelaki Aries itu mengusap rambutnya kasar. Ia tidak percaya bahwa ia kalah dalam perlombaan yang harusnya bisa ia kuasai.

Mahesa turun dari motor hitam miliknya dan berjalan kearah Ares dengan santai. “Jadi gimana jagoan? sesuai perjanjian 'kan?” ucap Mahesa yang membuat Ares semakin kesal.

Ares menoleh kearah Mahesa yang ada didekatnya dan melayangkan satu tinjuan yang cukup keras kearah wajah rupawan itu. Membuat Mahesa sedikit mudur karenanya.

“Bangsat,” maki Ares sambil menatap Mahesa tajam. Ia masih belum menerima kenyataan saat ini, bahwa orang yang ia benci memenangkan perlombaan yang ia buat. Bajingan sekali memang.

Mahesa terkekeh lalu menolehkan kepalanya kearah Ares yang saat ini berwajah seram.

I'm the winner, darl. Lo harus turutin permintaan gue sesuai janji,” ucap Mahesa yang membuat Ares ingin sekali meninju wajah menyebalkannya.

Ares lantas memukul wajah Mahesa lagi dengan keras hingga sudut bibir lelaki itu berdarah.

Tanpa berbicara apapun, Ares menaiki motornya lalu menyalakannya. Si maret itupun melajukan motornya dan meninggalkan Mahesa yang masih berada di jalanan sepi itu sendirian.

Mahesa memegangi sudut bibirnya yang berdarah, lelaki leo itu lalu melihat kepergian Ares yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri.

Anehnya lelaki itu malah tersenyum, senyumnya terlihat manis padahal ia baru saja dipukuli dan dituduh hari ini.

Mahesa merasa senang karena akhirnya ia bisa dekat dengan Ares meski dengan cara seperti ini. Sangat aneh bukan?

Lelaki itu bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat ini meski bibirnya terasa perih sekarang.

Kini celah untuk dekat dengan seseorang ia sukai semakin terbuka lebar.

• AESTEREID