Tidur dalam kondisi lelah seharusnya membuat tidurmu menjadi lebih nyenyak karena akhirnya tubuh dapat merasakan hangatnya kasur yang dinantikan.

Tapi tidak bagi Raska. Tidak-tidak, tidurnya yang sebelumnya terasa amat nyenyak sampai pada akhirnya ia mendengar suara kerikil kecil yang dilemparkan kearah jendela rumahnya.

Sialan.

Raska bangun dengan muka kusut serta jengkelnya. Dengan mata yang masih setengah tertutup, pemuda kelahiran maret itu berjalan lalu membuka gorden kamarnya dengan kasar.

“HEI! APA KAU TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN?! INI SUDAH MALAM BODOH! JANGAN GANGGU JAM TIDURKU!” teriak Raska begitu melihat siluet bayangan seseorang di depan rumahnya. Pria itu geram. Brengsek, ia jadi tidak bisa tidur karena ulah orang ini.

“KAU TIDAK MENDENGARKU SIALAN?” Kekesalannya memuncak. Orang yang berdiri di depan rumahnya hanya diam sambil melihat kearahnya.

Oh tuhan, tolong Raska hanya ingin tidur nyenyak malam ini.

“Bajing-” Kalimat Si Aries terputus. Sesosok bertopi hitam itu mendadak hilang dari pandangannya berangsur dengan munculnya suara ketukan di pintu rumah yang terdengar cukup keras.

tok tok tok

“Apa-apaan.” Raska tidak tahu apakah ia sedang bermimpi atau berhalusinasi. Ia bersumpah tadi ia melihat seseorang berdiri tepat di depan rumahnya. Namun anehnya orang tersebut mendadak hilang entah kemana.

Kenapa orang itu berlari cepat sekali? Jarak antara jendela kamar dan pintu rumah lumayan jauh. Apa ia sedang dikerjai?

Pikiran Raska melayang, ia sungguh kebingungan.

tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar mulai mengeras. Mengalihkan atensi Si Aries yang membuat lelaki itu bertekad untuk mencari tahu siapa yang berani mengerjainya di jam 1 subuh.

Berbekal keberanian, Raska berjalan pelan menuju pintu rumah, meninggalkan Haries yang masih tertidur lelap.

“Halo?” ucapnya saat sudah berada di lorong menuju pintu. Lelaki Aries itu menekan saklar lampu ruang tengah, kalau boleh jujur ia mulai merinding sekarang.

Suasana sunyi dan hening membuat jantung Raska berdegup keras. Lelaki itu bersumpah akan memberi pelajaran bagi orang yang mengerjainya di dini hari seperti ini.

Kakinya melangkah dengan pasti. Berjalan ke depan pintu berwarna putih yang kini mulai tidak diketuk lagi.

Ketika sudah tepat berada di depan pintu kayu itu, Raska mengintip lewat lubang intip yang ia pasang di pintunya. Mengecek keadaan apakah situasi berbahaya atau tidak.

Merah.

Yang ia lihat hanya merah.

“Apa?” Lelaki Aries itu memundurkan kepalanya. Kenapa yang ia lihat hanya warna merah? Apa lubang intipnya terkena noda? Tapi seingat Raska tidak ada noda apapun yang menempel di pintu.

Si Maret kembali mendekati lubang intip tersebut. Ia sedikit mengintip namun kali ini ia berusaha untuk memfokuskan pandangan serta penglihatannya.

Kali ini, yang ia lihat hanya pemandangan jalanan beralaskan aspal yang gelap karena lampu jalan yang menyala remang.

Si Maret bingung setengah mati. Ia yakin sekali ia melihat sesuatu berwarna merah saat mengintip tadi.

Suasana hening beberapa saat. Raska terdiam. Punggungnya terasa sangat dingin, bulu kuduknya berdiri tanda merinding.

BRAKK.

Ditengah keheningan yang menguasai, jendela rumah Raska didorong lumayan keras. Menciptakan suara nyaring yang mampu membuat jantung Raska mencelos saking kagetnya.

BRAK BRAK BRAK.

“Sialan!” Raska kalang kabut, lelaki itu yakin bahwa ia sedang tidak bermimpi. Suara serta ketukan itu terasa begitu nyata.

Dengan tubuh yang menegang, lelaki kelahiran maret itu segera berlari menuju kamar dan mengunci pintunya.

Masa bodo dengan suara atau oknum dibalik ini semua. Ia hanya ingin tidur dan segera melupakan kejadian menakutkan ini.

Disisi lain, Marvin tertawa. Lelaki itu terkekeh didepan rumah yang berwarna putih susu itu.

Mendengar derap langkah Si Aries ketika berlari serta pintu yang ditutup cukup keras, membuat lelaki itu membayangkan bagaimana wajah ketakutan serta tingkah panik si kelahiran maret.

“Rasakan itu, kerdil,” ucap Marvin di sela kekehannya.