When i met you for the first time
Angga tau bahwa tindakan yang ia buat malam ini termasuk tindakan yang nekat. Mengendarai sepeda selama satu jam untuk bisa sampai ke gedung yang telah keluarga Mikael booking untuk ulang tahun sang kepala keluarga. Bukankah itu tindakan yang menguji diri?
Bunda sudah memaksa Angga untuk memesan ojek online namun si sulung menolak. Entah karena ia memang suka berkendara dengan sepeda ontel kesayangannya atau ia memang ingin merepotkan diri sendir.
Kini sudah pukul 8 malam. Entah sesi acara apa yang telah ia lewatkan, Angga tidak tahu.
Setelah mengabari mantan kakak kelasnya, lelaki leo itu segera menuju toilet yang berada di lobi dan berganti pakaian.
Daripada ambil resiko badan bau keringat, Angga lebih memilih untuk membawa baju ganti yang akan ia gunakan untuk menghadiri acara itu.
Dengan setelan kemeja putih dan celana hitam panjang, lelaki kelahiran Agustus itu keluar dan menyemprotkan parfum yang ia bawa untuk menyamarkan bau badan karena sudah mengayuh sepeda sepanjang waktu.
Ah, pria ini. Ia sudah merepotkan dirinya dua kali.
Sambil membawa tas yang berisi baju kotor, Angga berjalan menuju tempat ia memarkirkan sepedanya. Pria itu memarkirkan kendaraan beroda dua miliknya tepat dibelakang gedung.
Gedung yang keluarga mikael pesan memiliki halaman luas, memudahkan para teman sesama pebisnis dan teman-teman mikael yang datang bisa dengan leluasa memarkirkan kendaraannya.
Angga tau kendaraan yang ia pakai tidak mampu bersaing dengan kendaraan-kendaraan dengan nilai tinggi yang mengisi halaman parkir, yang membuat si Leo akhirnya memutuskan untuk memberhentikan sepedanya di tempat yang sepi akan orang.
Daripada sepedanya dipindahkan dan menghilang lebih baik ia tempatkan di halaman belakang bangunan megah itu.
Kakinya terus melangkah hingga pada akhirnya ia sampai berada didepan sepeda berwarna birunya, ia mengambil kue yang ibunya titipkan dari keranjang lalu menaruh tas baju kotornya.
“Halo?”
Panggilan itu membuat si Agustus terlonjak sehingga tak sengaja ia mengenai sepedanya yang membuat kendaraan roda dua itu terjatuh dan menimbulkan suara sedikit keras.
Ia merasa kikuk, apalagi ketika melihat sesosok pria berbadan tinggi kini tengah menatapnya dengan penuh tanda tanya.
Helios menatap lelaki yang berada di sebrangnya sambil mengerutkan dahi. Berniat untuk mencari udara segar karena merasa pengap didalam, ia malah menemukan seorang laki-laki yang kini terlihat sedikit gelagapan seperti habis tertangkap basah mencuri.
Kalau boleh jujur Helios sempat mengira pria ini adalah seorang penyusup yang ingin menerobos masuk gedung ini. Kejahatan bisa saja terjadi bukan? Apalagi yang menghadiri acara ini termasuk kalangan menengah keatas. Tingkat kewaspadaan si Gemini meningkat apalagi ketika melihat orang ini sendirian di belakang.
Pria itu kini terlihat mengangkat dan menempatkan sepedanya ketempat semula. “Halo,” balas laki-laki itu setelah menyelesaikan urusan sepeda.
“Kamu ngapain disini?” tanya si Gemini yang entah mengapa membuat Angga merasa sedikit terintimidasi.
“Lagi naro baju mas. Maaf, saya ganggu ya?” ucap si Leo sambil memeluk kotak kue ditangannya.
“Enggak. Kamu gak masuk kedalam? Jangan diluar begini, yang ada kamu dikira yang aneh-aneh sama orang,” ucap Helios yang membuat Angga segera berjalan masuk kedalam gedung. Ia tidak ingin ada orang yang berprasangka buruk tentangnya. Bisa-bisa tamat riwayatnya jika orang menuduhnya yang tidak-tida.
“Ah iya, mas. Saya permisi dulu ya. Malam, mas,” ucap Angga ramah tepat dihadapan si Gemini sebelum beranjak pergi meninggalkan Helios sendiri.
“Malam,” gumam Si Juni sambil melihat punggung pria itu yang berangsur menghilang.
AESTEREID