Where's my yellow?
Renan mengusap wajahnya kasar. Lalu membanting dirinya ke kasur yang empuk dan hangat. Lelaki itu menghela napas panjang. Semenjak kejadian Mahesa yang menyatakan perasaannya, Renan merasa pusing.
Harusnya ia tidak memikirkan perkataan Mahesa, toh ini urusan orang lain bukan urusannya. Tapi entah mengapa Renan terus memikirkannya.
“Kenapa begini!” teriaknya lantang. Ia ingin sekali mengeluarkan semua emosi yang berada didalam dirinya. Ingin sekali ia menghancurkan barang disekitarnya untuk meluap emosinya.
Hubungannya yang semakin renggang, Mahesa yang menyatakan perasaannya, dan kondisi keluarganya yang tak seharmonis dulu membuat kepalanya pusing.
Kenapa hal ini selalu terjadi padanya? Kenapa tidak ada hal membahagiakan yang datang? Hidupnya seolah penuh dengan kesialan.
Keluarganya, percintaannya, bahkan pertemanannya tidak ada yang beres.
Jika kalian mengira Renan memiliki banyak sekali teman maka kalian salah. Renan hanya punya dua teman yang selalu ada bersamanya.
Yang lain? Ah, Tidak ada yang mau berdekatan dengannya. Renan yang malas bersosialisasi juga menjadi alasan mengapa ia hanya memiliki dua teman.
Renan tidak ingin terus-terusan membebani sahabatnya. Ia merasa tidak enak sehingga ia harus memendam semua ini sendiri.
Sepertinya tidak ada yang beres dalam hidupnya.
Renan bangkit dan berjalan kearah dapur. Ia butuh air dingin untuk memadamkan emosinya. Ia berjalan melewati lorong sepi rumah. Rumahnya tampak kosong bahkan jika dilihat dari depan seperti tidak ada yang menempati rumah itu.
sendiri lagi sendiri lagi, batin Renan.
Renan berpikir ia tidak membutuhkan semua ini. Untuk apa rumah besar ini jika hanya ada satu orang yang menempatinya?
Untuk apa ruang keluarga yang luas jika tidak ada canda tawa yang mengisinya?
Renan iri sekali dengan temannya yang memiliki keluarga yang hangat. Tidak perlu hal mewah, keluarga kecil yang sederhana saja sudah membuatnya iri.
Ayahnya yang gila kerja dan kakak laki-lakinya yang berkuliah jauh dari rumahnya membuat Renan harus menerima kenyataan pahit bahwa ia harus tinggal sendirian.
Ia merasa seperti tidak punya keluarga. Ia merasa seperti tidak akan ada orang yang datang dan memberikannya kebahagiaan.
Dimana kebahagiaannya? Ia membutuhkannya. Tolong berikan ia kebahagiaan meski sebentar saja.
• AESTEREID