AESTEREID

Di tengah gelapnya langit hitam yang menyelimuti malam, sebuah pagar terdengar terbuka disusul oleh suara mobil yang berjalan masuk kedalam pekarangan rumah.

Ini sudah pukul sebelas malam, dan Jaehyun baru bisa pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk seperti gunung yang menjulang tinggi.

Matanya terlihat sedikit sayu, lelaki itu benar-benar merasa kelelahan. Bermodalkan kopi pahit sebagai amunisi agar tetap terjaga, Jaehyun akhirnya selesai membereskan pekerjaannya dalam sehari semalam.

Ia ingin cepat-cepat bermanjaan dengan suaminya dengan bebas, tanpa memikirkan pekerjaan esok hari yang akan menumpuk jika ia menundanya.

Karena hal itu, Jaehyun bertekad untuk menyelesaikan pekerjaannya malam ini meski resikonya ia akan diomeli karena bangun siang oleh sang suami.

Pintu rumah berwarna putih itu terbuka. Jaehyun segera melangkahkan kakinya untuk masuk dan melepaskan jas berwarna hitam yang melekat ditubuhnya. Pria itu melonggarkan dasinya dengan kasar. Ia ingin segera mandi dan beristirahat.

“Sayang, udah pulang?” Suara lembut itu membuat Jaehyun berbalik. Ah, suaminya belum tidur rupanya.

“Kamu engga tidur?” tanya Jaehyun yang dibalas dengan gelengan si Manis yang kini berjalan mendekat.

Renjun berhenti tepat dihadapan si Aquarius dan melepaskan dasi yang melingkar dileher suaminya. “Kerjaan udah selesai belum?” ujar Renjun sambil melepas simpul dasi yang mengikat.

“Udah, aku selesaiin hari ini juga. Aku mau cepet-cepet manja-manja sama kamu,” ujar Jaehyun membuat Renjun terkekeh.

Setelah selesai melepaskan dasi hitam suaminya, Renjun segera menggantungkannya di gantungan yang berada di samping pintu.

Si Aries terkejut ketika tanpa aba-aba Jaehyun memeluk tubuhnya dengan erat. Lelaki itu menenggelamkan kepalanya di bahunya yang seputih susu. Renjun dapat dengan jelas merasakan pergerakan suaminya yang kini mendusal di lehernya.

Hal itu membuat Renjun tersenyum. Di malam yang dingin ini kedua insan itu tampak saling menyalurkan kehangatan. Mereka berbagi kenyamanan lewat sentuhan lembut yang membuat mereka nyaman dalam posisi seperti ini.

Si Manis tersentak ketika tangan kekar sang suami mulai masuk kedalam bajunya, menyentuh dan mengusap punggungnya dengan pelan membuat Renjun merasa seperti ada aliran listrik yang mengalir di darahnya.

Hembusan napas suaminya menerpa leher jenjangnya. Renjun tanpa sadar sudah meremat bahu Jaehyun yang masih terbalut dengan kemeja berwarna putih.

Jaehyun menjauhkan wajahnya dari leher si Aries. Ia kini menatap wajah Renjun yang mulai memerah.

Seolah tau apa yang diinginkan suaminya, Renjun membiarkan Jaehyun mencium bibir merahnya dengan lembut. Ciuman itu tidak terkesan bernafsu maupun terburu-buru. Renjun membalas ciuman itu dengan sama lembutnya.

Dua insan itu saling memberikan afeksi yang selama ini terpaksa terpendam. Memberikan kehangatan lewat sentuhan yang membuat pasangannya mabuk karenanya.

Malam ini, Renjun memberikan apa yang suaminya inginkan sekarang.


Ruangan bernuansa remang kini menjadi saksi bisu sepasang insan yang kini tengah saling menjalin kasih.

Ac yang bertemperatur dingin pun tak kuasa menahan hawa panas yang menyelimuti keduanya. Lampu kamar yang dimatikan, menyisakan lampu tidur yang kini tengah menyala sendirian memperkuat suasana memabukkan yang terjalin antar keduanya.

Jaehyun mengecup-ngecupi seluruh tubuh Si Aries yang kini wajahnya merah. Wajah, tangan, perut hingga paha di jamah oleh si Aquarius yang kini mengakhirinya dengan kecupan cinta diperut ratanya.

Jaehyun menegakan kepalanya. Ia menatap kearah Renjun yang kini terlihat berantakan.

Tubuhnya berkeringat, rambutnya mulai lembab dan lepek, hembusan napas berderu cepat membuat dadanya terlihat naik-turun dengan jelas. Tak lupa beberapa tanda kemerahan yang menghiasi leher cantik si manis membuat Jaehyun merasa ini adalah pemandangan indah yang ia lihat.

Jaehyun mulai melepaskan satu persatu pakaiannya. Ia membuang sembarangan kemeja dan celananya. Badannya mendekat.

Tangan kekar itu mulai melingkar di pinggul si submissive yang ramping. Ia membuka paha Renjun dengan perlahan. Menyesuaikan posisi dengan lembut agar Renjun tidak terlalu kesakitan ketika miliknya mulai masuk kedalam.

“Cakar punggung aku kalau kamu kesakitan,” ucapnya yang dibalas oleh anggukan dari si Aries.

Sebelum memulai Jaehyun mengecup dahi Renjun lembut. Ia tersenyum menghadap Renjun seolah meyakinkan si Maret agar rileks.

Meski ini bukan pertama kalinya tetap saja Jaehyun tidak ingin suaminya merasa kesakitan saat ia melakukannya.

Jaehyun mulai memasukan miliknya kedalam lubang Renjun dengan perlahan.

Si Aries yang merasakan sesuatu mulai masuk ke dalam dirinya lantas menjambak rambut suaminya dengan erat.

“Eungh!” Erangan keluar dari ranum kemerahan itu. Kepalanya mendongak, merasakan sesuatu menerobos masuk kedalam dirinya.

Jaehyun berusaha bergerak dengan pelan saat miliknya sudah masuk sepenuhnya didalamnya. Pinggulnya mulai bergerak, membuat Si Maret yang kini terbaring di bawahnya juga ikut terhentak-hentak.

Suara bercinta sekaligus erangan dan desahan keduanya bercampur membuat ruangan ini seolah ikut merasa panas melihat keduanya.

Tubuh mungil Renjun terus terhentak-hentak. Yang awalnya ia merasa kesakitan kini terganti dengan rasa nikmat dan panas yang menyelimuti dirinya.

Ia membiarkan suaminya terus menghentak-hentakan dirinya. Renjun membuka matanya, ia bisa melihat suaminya kini tengah berkeringat diatasnya.

Karena kamar yang gelap, dan menyisakan lampu tidur yang menyala membuat Renjun bisa melihat dengan jelas kondisi sang suami yang begitu tampan dimatanya.

Otot yang terukir ditubuh suaminya terlihat mengilap karena keringat yang terus keluar, rambutnya hitamnya yang lepek dan lembab dan geraman rendah yang di keluar seolah membuat Renjun gila karenanya.

Jaehyun mencengkram kedua lengan Renjun. Sambil terus menghentak-hentakan tubuhnya, Jaehyun menautkan kedua tangannya dengan tangan Renjun yang berukuran lebih kecil darinya.

Mereka saling bercengkraman, tautan keduanya saling mengencang apalagi ketika suasana sedang panas-panasnya.

Jaehyun melumat bibir Renjun yang langsung dibalas oleh sang empunya. Mereka memperdalam ciuman mereka ditengah suasana yang menggairahkan.

Benang saliva terjuntai ketika keduanya melepas ciuman tersebut. Dua insan itu kini saling menatap wajah mereka yang memerah.

Jaehyun menggeram rendah ketika ia akan memuntahkan laharnya. Pria Aquarius itu mempercepat tempo hentakannya, membuat Renjun mendesah kencang karenanya.

Hingga di sepuluh tusukan terakhir cairan cinta itu keluar dan memenuhi perut Si Aries yang membuat lelaki manis itu merasa hangat diarea perutnya.

Kedua saling berusaha mengatur napas. Jaehyun bergerak pelan untuk tidur disamping Renjun dan memeluk tubuhnya.

Jaehyun mengecup pelan dahi Renjun dengan lama. Ia membiarkan Renjun beristirahat setelah selesai tiga jam lamanya mereka bercinta.

Sekarang sudah pukul dua dini hari. Dan Renjun kini sudah terlelap di pelukan Jaehyun karena kelelahan memberikan dirinya kepada suaminya.

Jaehyun tersenyum menatap Renjun yang kini terlelap. Bibir merah itu terlihat sedikit terbuka, perutnya naik-turun dengan perlahan yang menandakan bahwa kini si Aries sudah tertidur lelap.

Jaehyun mengecup kembali kening si Aries sebelum mengambil selimut dan menyelimuti suaminya agar tidak kedinginan.

“I love you, my lovely husband,” ucapnya pelan sebelum memeluk Renjun dan memejamkan kedua matanya.

“Res? Ares?” Mahesa mengguncang-guncangkan tubuh Ares dengan pelan. Kalau boleh jujur sebetulnya Mahesa tidak tega membangunkan Ares yang kini terlihat tertidur pulas.

Namun hari sudah semakin sore, Mahesa juga tidak membawa mobil yang berarti Mahesa tidak bisa mengantar si Maret sampai kerumah di kondisi Ares tengah tertidur.

Mau tak mau Mahesa harus membangunkannya meski sejujurnya ia tidak ingin.

“Arees?” ujar Mahesa dengan suara lembut, berharap sang pemilik nama akan segera bangun dari bunga mimpinya. Namun sayangnya lelaki tampan itu tampak belum kunjung membuka matanya.

Penampakkan Ares yang masih tertidur membuat Mahesa tersenyum melihatnya. Wajah lelaki itu terlihat sangat tenang, gerak perutnya nampak naik turun secara teratur membuat Mahesa ikut merasa tenang melihatnya.

Mahesa merasa senang melihat Ares yang tampak seperti ini, Mahesa merasa senang melihat alasannya bertahan bisa tertidur pulas seolah tidak ada masalah yang menghampirinya.

Karena hal itu, Mahesa bertekad untuk membuat Ares selalu tampak seperti ini. Tampak tenang dan damai, tampak senang dan tersenyum.

Mahesa bertekad untuk membuat lelaki itu selalu merasa aman, entah saat bersamanya maupun tidak. Mahesa akan melakukan berbagai cara agar lelaki yang ia sukai terlindungi dari segala sesuatu yang membuatnya terluka.

Entah dari jarak yang jauh maupun dekat, Mahesa akan melindungi Ares dengan segenap usahanya.

Mahesa tak peduli apa yang terjadi dengan dirinya, asal Ares bahagia maka Mahesa akan ikut berbahagia.

Tangan Mahesa terulur untuk mengusap dan menepuk-nepuk pelan kepala si Aries. Usapan lembut dikepala ia berikan, Memberikan rasa nyaman dan menciptakan kehangatan yang disalurkan yang didukung oleh suasana sekolah yang kian terasa sejuk dan sepi.

Mata rubah itu mulai terbuka perlahan, Ares berusaha memfokuskan penglihatannya masih agak buram. Melihat Ares yang bangun membuat Mahesa lantas menjauhkan tangannya dari kepala si Aries. Sepertinya lelaki itu terbangun karena sentuhannya.

“Udah bangun? Ayo pulang, udah mau maghrib,” ucap Mahesa dengan suara pelan. Si Leo kemudian beranjak bangkit untuk berdiri. Namun dirinya tertahan ketika Ares tiba-tiba meletakkan kepalanya diatas bahu miliknya.

Lelaki Aries itu tampak masih lemas. Ia bersandar di bahu Mahesa sambil sedikit mendusalkan wajahnya, membuat Mahesa menahan mati-matian dirinya yang kini tengah meledak-ledak layaknya kembang api.

“Kayak gini dulu, sebentar,” ucap Ares serak khas orang bangun tidur.

Sialan! Perlakuan Ares membuat Mahesa menahan napasnya. Ia merasa kupu-kupu berterbangan didalam perutnya. Menciptakan euphoria yang dirasakan ketika orang jatuh cinta. Membuat Mahesa tidak bisa berpikir selain perbuatan Ares padanya.

Si Maret mulai menenggelamkan kepalanya. Mahesa bersumpah dapat merasakan hembusan napas Ares yang kini menerpa lehernya. Di tengah euphoria yang Mahesa rasakan. Ares menegakkan wajahnya dan berkata.

“Ayo kita makan, kita makan bareng aja.”

Ares benar-benar bisa membuat Mahesa jatuh lebih dalam kepadanya.

• AESTEREID

Hari kian menggelap, waktu sudah mulai mengarah ke pukul 17.00 sore. Para anggota organisasi yang tadinya berdiskusi dan berdebat di aula, akhirnya bisa keluar dari ruangan ber-ac itu.

“Pegel banget asuuuu.” Yasa merenggangkan tubuhnya yang kaku lantaran duduk selama hampir satu setengah jam. Badannya terasa pegal, ingin sekali ia cepat-cepat pulang dan merebahkan diri di kasurnya yang empuk dan hangat.

Mahesa menyusul Yasa yang keluar dari ruangan itu. Si Leo tampak menepuk-nepuk punggungnya pelan. Sesekali pria kelahiran agustus itu merenggangkan lehernya yang kaku karena pegal. “Sama anying, kaku banget,” ucapnya.

Sembari meregangkan tubuhnya, Mahesa melihat-lihat kearah sekitar. Matanya memperhatikan satu persatu bagian sekolah, mencari keberadaan sesosok yang selama ini menyita pikirannya.

“Bro, gue duluan ya. Hendri udah nungguin didepan nih. Bye!” Yasa menepuk pundak Mahesa pelan sebelum akhirnya berjalan menuju pintu keluar. Merespon hal itu, Mahesa tersenyum. “Dah bro, Hati-hati dijalan!” ucapnya yang dibalas oleh teriakan “IYA!” dari si lelaki Virgo.

Mahesa menoleh-nolehkan kepalanya. Pria itu berusaha mencari si Aries yang katanya menunggu didepan ruang aula.

'Ares udah pulang?' batin Mahesa ketika belum kunjung menemukan keberadaan lelaki berperawakan agak pendek itu.

Gerakan pria itu terhenti ketika melihat siluet seseorang tengah duduk diujung lorong yang menuju perpustakaan. Mahesa berjalan mendekat, memastikan bahwa sesosok lelaki yang duduk ditempat itu adalah sesosok yang ia cari.

Dan benar dugaannya, siluet itu adalah sosok Ares yang kini tengah tertidur dengan posisi tangannya yang tengah menahan kepalanya.

“Cil!” Panggilan itu terdengar lumayan kencang, membuat Ares menoleh karenanya.

Lelaki dengan jaket berwarna hijau itu melihat dengan jelas Mahesa yang kini tengah berlari menuju kearahnya. Lelaki kelahiran agustus itu berlari sambil menenteng jas osis di lengan kanannya.

“Lo pulang duluan aja, gue ada rapat hari ini kapan-kapan aja lo nemenin gue.” Mahesa menatap Ares yang berdiri didepannya. Pria itu terlihat sedikit ngos-ngosan. Berlari menuju Ares membuat keringat bercucuran keluar dari wajahnya yang rupawan apalagi cuaca saat ini yang bisa dibilang cukup panas meski sudah sore.

“Gue duluan ya, dah Cil,” ucap Mahesa mengakhiri. Pria Agustus itu berpikir 'paling Ares hanya mengangguk dan berjalan pulang meninggalkannya', jadi daripada membuang sedikit waktu lebih baik ia cepat-cepat pergi keruang osis sebelum anggota yang lain mulai berkumpul.

Namun saat hendak berbalik sebuah sautan membuat tubuh Mahesa membeku. Ia terdiam, si Agustus berusaha memastikan bahwa indra pendengarannya sedang baik-baik saja sekarang.

“Gue ikut,” ucap Ares yang membuat Mahesa menoleh. Si Aries tampak sedikit menunduk sebelum ia kembali menegakan kepalanya untuk menatap kearah si Leo.

“Gue tungguin lo sampai selesai,” ucap Ares yang membuat Mahesa diam menatap dirinya.

Kepalanya terasa berputar-putar, penglihatannya mulai memburam. Lelaki kelahiran agustus yang terbaring di aspal itu dapat melihat dalam ambang kesadarannya ketiga laki-laki yang mengelilinginya kini tengah tertawa dan menjarah dompetnya.

Uangnya untuk bertahan hidup kini habis diambil menyisakan kartu-kartu identitas berserta dompet berwarna coklat yang kini sudah kosong melompong.

“Pecundang!” ucap Matt sambil melempar dompet itu tepat ke wajah Agam yang kini penuh dengan luka lebam keunguan.

Oh, hidup yang malang. Apakah tidak ada karma bagi mereka yang menindas manusia tak berdaya seperti Agam sekarang?

Disunyinya ruangan toilet pria lantai dua, Ares terlihat keluar dari salah satu bilik ruangan yang berada di ruangan itu. Si Aries membenarkan seragamnya yang agak berantakan, setelah itu lelaki itu berjalan menuju wastafel untuk mencuci kedua tangannya.

Ruang toilet sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung. Membuat Ares dapat menggunakan kesempatan ini untuk berlama-lama didalam karena sejujurnya Ares malas untuk mengikuti pelajaran sejarah minat yang kini tengah berlangsung.

Lelaki Maret itu terlihat beberapa kali mencuci wajahnya. Air segar yang mengalir dari dalam keran memberikan sensasi dingin menyegarkan yang membuat wajah rupawan itu terlihat lebih bersih dan bugar.

Sedari tadi didalam kelas, kalau boleh jujur Ares merasa ia berada didalam kuali panas. Disana sangat gerah, tidak ada angin yang berhembus, dan terasa pengap. Apalagi ia habis mengikuti pelajaran olahraga. Kau bisa membayangkan betapa tidak menyenangkannya berada diruang kelas itu.

Lama-lama gue bekep juga lo.

Make bibir.

Ares memberhentikan kegiatan tangannya secara mendadak. Lelaki itu terdiam. Perkataan Mahesa di aplikasi chatting online kembali melintas di benaknya.

Si Aries membiarkan air yang mengalir dari dalam kran membasahi tangannya. Ares melamun memikirkan kalimat yang berhasil mengganggunya sedari tadi.

Lelaki itu tidak tahu perkataan Mahesa termasuk kedalam konteks bercanda atau tidak. Namun masalahnya adalah Ares mulai membayangkan sesuatu sekarang.

“Bangsat!” umpat Ares dengan sedikit keras. Si Maret berusaha kembali sadar dan kembali mencuci wajahnya. Tapi kali ini ia mengusap wajah tampan miliknya sedikit kasar. Berharap bahwa pikiran tersebut hilang dan lenyap begitu saja

Sialan! Kenapa kepikiran dia terus? Batinnya memberontak. Ares terus terbayang akan ranum merah milik si lelaki berzodiak Leo. Tak bisa ia pungkiri bahwa bibir Mahesa memang terlihat seksi dan menggoda. Apalagi ketika lelaki itu selesai berlatih futsal.

Rambutnya yang acak-acakan, badannya yang berkeringat meski telah berganti pakaian, suaranya yang jadi agak memberat karena kelelahan. Ah, Ares merasa aneh ketika melihat Mahesa seperti. Rasanya Ares bisa berdebar dan mendadak salah tingkah jika terus-terusan melihat Mahesa seperti itu.

“Anjing! Jangan mikirin dia terus, goblok.” Ares memijit pelan dahinya sembari memejamkan mata. Sejujurnya ia takut pikirannya melayang kemana-mana.

“Emangnya lagi mikirin siapa?”

Ares tersentak. Lelaki itu menoleh dan menemukan sesosok yang terus berputar di otaknya tengah berdiri di hadapannya.

“Enggak,” ucap Ares dengan muka sedatar mungkin. Si yang lebih muda berusaha untuk mengatur ekspresi wajahnya. Ia berusaha terlihat biasa saja.

Bisa mampus Ares kalau Mahesa tau apa yang sebenarnya terjadi.

Si Leo mengerutkan dahinya ketika Ares mematikan kran dan berjalan cepat menuju pintu keluar. Ares terlihat sedikit aneh dan tidak seperti biasanya.

“Sebentar!” Langkah kaki Ares berhenti. Pemuda itu menoleh kearah Mahesa ketika pria itu berseru kearahnya. Lelaki itu terlihat berjalan mendekat. Ketika sudah berada dihadapan Ares, tanpa aba-aba Mahesa langsung merapihkan rambut hitam milik sang adik kelas.

Sialan, jantung Ares berdegup cepat sekarang.

“Soal yang tadi pagi, gue gak marah, cil. Gapapa lo berangkat sendiri tapi nanti abis pulang sekolah tetep keluar bareng gue ya? Lo tetep bisa pulang sendiri kalau lo mau.” Mahesa tersenyum setelah melihat tataannya pada rambut si Aries. Ia terkekeh kecil lalu mengusap-usap rambut Ares dengan pelan. Memberikan sentuhan yang membuat si Mares merasa nyaman dan aman.

Ares menahan napasnya ketika Mahesa mulai menepuk-nepuk kepalanya dengan pelan. Lelaki itu memilih untuk diam dan menikmati sentuhan yang Mahesa berikan.

“Belajar yang bener, jangan males-malesan apalagi tidur dikelas,” ucap Mahesa sambil tersenyum membuat Ares yang melihatnya harus mengontrol dirinya mati-matian.

Ia merasa aneh, entahlah Ares bingung bagaimana cara ia mendeskripsikan apa yang ia rasa saat ini. Namun bagaimanapun ia tetap harus berusaha mengontrol raut wajahnya. Ares tidak ingin diejek oleh Mahesa karena ia ketahuan salah tingkah.

“Iya, lo juga,” ucap Ares yang kemudian berjalan pergi dari toilet itu. Meninggalkan Mahesa yang sendirian menatap kepergiannya.


Ares berjalan dengan cepat meninggalkan toilet itu. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti. Ia menghela napasnya ketika ia sudah berjarak agak jauh dari toilet. Lelaki itu menolehkan kepalanya, melihat kearah toilet yang tadi ia tempati bersama Mahesa.

Ares kembali menghela napas, tangannya terkepal kuat. Ia mengusap wajahnya yang mulai memerah dengan kasar. Hatinya terasa gonjang-ganjing ketika Mahesa mengusap kepalanya.

Tak hanya itu, Ares juga mendadak terasa panas ketika tak sengaja memperhatikan bibir Mahesa yang bergerak ketika berbicara. Pikiran yang tadinya berangsur hilang mendadak kembali muncul. Membuat Ares rasanya ingin berteriak dan mengumpat dengan hal apa yang ia rasa.

“Bangsat!” gumam Ares dengan jantung yang terus berdebar.

• AESTEREID

“Kamu janji sama aku bakal akhiri hubungan kamu sama Raiden, kenapa sampai sekarang belum putus?” Arsen menghela napasnya.

Ditengah gang sepi yang lumayan gelap, kedua insan itu tengah berbicara mengenai hubungan mereka berdua.

Jevon menatap Arsen dalam. Ia sangat berharap Arsen akan menjawab pertanyaan yang selama ini mengendap di otaknya. Jevon muak, ia lelah.

Lelaki Taurus itu merasa sudah bersabar dengan semuanya. Ia berusaha sabar melihat Arsen berkencan dengan Raiden, ia berusaha menahan diri ketika Raiden terus menceritakan hal mengenai kekasihnya, ia berusaha untuk tidak cemburu saat melihat Arsen dan Rai mengumbar kemesraan.

Jevon pemilik hati Arsen satu-satunya. Tapi kenapa ia harus merasakan hal ini?

Ia tidak tahan, ia juga ingin seperti itu.

Ia juga ingin terus bersama Arsen tanpa harus bersembunyi seperti ini.

Arsen terdiam, lidahnya kaku untuk menjawab. Arsen bingung bukan main.

Lelaki Aries itu berpikir ini bukan waktu yang pas untuk mengakhiri hubungannya dengan Raiden. Apalagi untuk saat ini hubungannya dengan sang kekasih bisa terbilang sedang benar-benar baik-baik saja.

Tidak ada alasan yang pas untuk mengakhiri hubungan tersebut tanpa adanya sebuah kejanggalan.

“Maaf, untuk saat ini aku belum bisa putusin dia. Hubungan aku sama dia lagi baik-baiknya. Nanti yang ada aku dicurigain kalau tiba-tiba minta putus.” Arsen membalas tatapan yang Jevon berikan. Ia berusaha meyakinkan pria itu bahwa Jevon hanya pemilik hatinya seorang.

“Aku cuma sayang sama kamu. Aku gak pernah cinta sama raiden, aku pacaran sama dia cuma karena taruhan aku sama temen-temen aku. Aku cuma cinta sama kamu, Jevon.”

Arsen mengusap rahang Jevon dengan lembut. Hatinya hanya untuk Jevon, dan Raiden hanya seogok kesempatan yang akan dibuang ketika sudah terpakai.

Si Taurus menghela napas. Ia menatap Arsen yang kini tengah meyakinkannya. Lelaki April itu tersenyum kemudian mencubit hidung Arsen pelan. “Aku bakal tunggu janji kamu,” ucapnya.

Arsen tersenyum. Ia lantas merentangkan tangan dan memeluk Jevon dengan erat. Senyum mereka di wajah keduanya. Mereka saling mencintai dan mereka akan memperjuangkan cinta mereka.

“Aku sayang kamu, Jovan. Cuma sama kamu,” ucap Arsen sambil mengeratkan pelukannya.

Arsen mendongak, kini kedua mata itu saling bertatapan. Entah insting darimana, Jevon mulai mendekatkan wajahnya.

Mereka saling memejamkan mata ketika ranum merah mereka saling menempel dan melumat. Mereka sepasang insan yang saling mencintai dan akan memperjuangkan cinta mereka.

Ditengah malam yang indah bersinar, kini bintang menjadi saksi bisu akan cinta mereka.

Ah, tapi sepertinya tidak hanya bintang yang menjadi seorang saksi.

•AESTERIED

“Rai! Es krim aku jangan dimakan!” Arsen mengerucutkan bibirnya cemberut lantaran sang kekasih memakan es krim coklat miliknya tanpa persetujuannya.

Raiden terkekeh, melihat pacarnya yang kini terlihat seperti bebek. Itu membuatnya makin gemas.

Lelaki Leo itu lantas mencubit bibir Arsen dengan pelan membuat si empunya kesal dan memukul lengannya.

“RAI!” teriak Arsen sambil mengusap bibirnya yang sedikit sakit.

“Kamu gemes banget sih, pengen aku cubit-cubitin.” Satu pukulan kembali mengenai lengan si Agustus, membuat Raiden tertawa kecil karenanya.

Dengan senyum manis yang merekah diwajahnya, Raiden mengusap-usap rambut coklat kekasihnya dengan lembut. Menghantarkan rasa nyaman kepada Arsen meski lelaki manis itu sedang ngambek sekarang.

“Gemes banget sih pacarnya, Rai,” katanya sambil terus mengusap rambut sang kekasih.

Ah, Arsen jadi merasa tidak enak.

Setelah kejadian yang mampu membuat si Aries tegang tadi, Raiden dengan santainya bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Lelaki itu tampak tidak memikirkan rumor tentang pacar dan temannya yang beredar. Kekasihnya itu terlihat berpikir positif dengan hal yang ada. Ia tidak ingin menelan rumor tidak jelas bulat-bulat.

Padahal kenyataannya rumor brengsek itu benar adanya.

Arsen jadi merasa tidak enak. Namun hatinya tidak bisa berbohong kalau ia lebih memilih Jevon dibanding Raiden.

Bagi Arsen, Raiden adalah sebuah jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan. Ia bertaruh dengan teman-temannya, jika ia berhasil berpacaran dengan Raiden maka ia akan mendapatkan satu unit ponsel canggih dan apartemen dari para sahabatnya.

Dan sekarang lelaki manis itu sedang kebingungan untuk mengakhiri hubungan ini. Arsen awalnya berpikir Raiden akan bosan dengannya dan memilih untuk menyudahi hubungan ini. Jadi Arsen tanpa pikir panjang mengiyakan taruhan yang teman-temannya berikan.

Namun kenyataannya hubungan ini malah berlanjut hingga dua bulan.

Raiden selalu memperlakukan Arsen layaknya seorang pangeran. Arsen dimanja dan diperlakukan dengan sangat baik. Raiden selalu menjaganya sepenuh hati dan tanpa memikirkan tanggapan jelek orang-orang terhadap dirinya.

Raiden selalu berusaha ada untuk Arsen, ia selalu berusaha meluangkan waktu untuk sang kekasih. Ia bahkan rela bergadang demi menemani Arsen yang pada saat itu sedang sakit.

Raiden bagaikan malaikat yang sayangnya jatuh ke tangan iblis yang berwujud sesosok malaikat suci.

“Rai.” Raiden tersenyun menghadap Arsen yang tadi memanggilnya. “Apa sayang?”

“Kamu masih percaya sama aku 'kan? Maaf buat kejadian tadi pagi. Maaf kalau itu bikin kamu marah.” Arsen menatap Rai sedih. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa Raiden benar-benar tidak curiga atau marah kepadanya.

Lelaki manis itu berakting seolah ia adalah seorang korban disini.

“Kan aku udah bilang ke kamu, gapapa. Aku percaya sama kalian berdua. Jangan denger rumor dari mereka. Mereka cuma mau bikin kita jadi regang,” ucap Raiden dengan senyum tulus di wajahnya.

“Aku percaya sama kamu, Arsen.”

Ah, Raiden. Bagaimana kabar lelaki itu jika mengetahui bahwa rumor bajingan itu adalah sebuah kenyataan?

“Aku sayang kamu,” ucap Arsen sambil menatap Raiden dalam.

Lelaki Aries ini pintar sekali membuat sebuah kebohongan yang manis.

Raiden tersenyum dan kembali mengusap kepala kekasihnya. Lelaki Leo itu terlihat sangat tulus kepada pacarnya yang nyatanya adalah seorang bajingan.

“Aku juga sayang kamu. Ayo kita pergi, kamu masih ada kelas 'kan? Ayo keburu telat,” ucap Raiden membuat Arsen lantas tersenyum lalu menganggukkan kepalanya senang.

“Ayo!”

• AESTEREID

Mark tidak tahu kenapa ia bisa berakhir disini, berakhir ditempat minim cahaya yang berukuran tidak terlalu besar maupun kecil. Ini terlihat seperti ruang bawah tanah, tidak ada cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan ini.

Entahlah, Mark tidak ingat. Yang ia ingat terakhir kali adalah ketika ia sedang berpesta dengan teman-temannya, Donghyuck datang dan memberikannya minuman bersoda. Beberapa menit setelah ia meminum soda itu kepalanya terasa pusing dan ia berakhir jatuh pingsan.

Mark berusaha memfokuskan pandangan, lelaki Leo itu meringis kala rasa pusing dan sakit menyerang kepalanya. Si Leo berusaha untuk menggerakkan tubuhnya namun ia terkejut ketika sadar bahwa ia diikat dengan kuat disebuah kursi dengan posisi tangan yang berada dibelakang.

“Oh, my little prince is awake.”

Mark menoleh kearah sumber suara, pupilnya membesar ketika melihat Renjun kekasihnya sedang merokok sambil menghampirinya.

Lelaki Aries itu tampak mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.

Renjun tampak berbeda 360 derajat dari biasanya.

“Renjun?” gumam Mark yang memastikan bahwa penglihatannya sekarang tidak salah.

Renjun dihadapannya tampak sangat berbeda dari Renjun biasanya. Renjun yang biasa terlihat manis dan lugu berubah menjadi sosok yang sedikit menyeramkan dan mendominasi.

“Yes, love?” Renjun tersenyum ketika melihat ekspresi terkejut yang pria Leo itu tampilkan.

Kini waktunya untuk mengeluarkan sisinya yang lain.

Sisi iblis yang selama ini terpendam dalam jiwa seorang Huang Renjun.

“Renjun? Itu lo? Gue sekarang dimana anjing?!” umpat Mark yang masih shock dengan keadaannya sekarang.

Mark berusaha untuk melepaskan ikatan yang menjerat tubuhnya, bukannya bebas lelaki itu malah merasa sakit karena lengannya terasa kebas akibat ikatan yang terlalu kuat.

Renjun berhenti tepat didepan Mark yang berusaha untuk melepaskan diri. Ia menghembuskan napas, membuat asap rokok itu mengebul keatas dan perlahan lenyap di udara.

“In hell, little prince.” Tanpa aba-aba Renjun menekan paha Mark menggunakan ujung rokoknya yang berabu, membuat pemuda Agustus itu meringis karena rasa panas yang menjalar di pahanya.

Mark memberontak, ia berusaha untuk lepas dan lari dari ruangan ini. Namun nyatanya perbuatan itu membuat Renjun kesal dan lantas menampar pipinya dengan keras.

“Diam, love,” ucap si pemuda Huang ketika Mark terdiam seusai ditampar. “Kamu membuat kesabaranku menipis, dan sekarang waktunya kamu dihukum.”

Satu tamparan keras kembali dilayangkan. Mark meringis karena tamparan itu membuat pipinya terasa panas. Ia masih tidak percaya bahwa didepannya ini adalah kekasihnya.

Kekasihnya yang lugu dan polos.

Nyatanya tersimpan jiwa iblis didalamnya.

“Lepasin, Renjun,” ucap Mark dengan nada tegas, ia menatap Renjun dengan tajam. “Lo bakal dapet balasan dari apa yang lo lakuin sekarang, Renjun.”

“Oh really?” Renjun tersenyum mengejek, membuat Mark mendadak merasa ragu. Si Aries mengangkat dagu Mark agar lelaki itu menatapnya. Ia menatap penuh intimidasi membuat lelaki Leo itu meneguk ludahnya.

Ah sepertinya dia mulai takut sekarang.

“Katakan hal itu kepada orang yang mengaku dirinya seorang bajingan, little prince.”

Renjun menjambak rambut Mark kebelakang membuat lelaki itu meringis karena kepalanya pusing. Renjun menarik rambutnya kuat membuatnya harus mendongak keatas. Tak sampai situ si Maret kemudian menarik kepalanya kebawah membuatnya serasa ingin muntah.

“Jangan pingsan dulu, Love. Hukuman mu bahkan belum selesai.” Renjun berbicara seolah-olah yang ia lakukan bukan apa-apa. Lelaki itu akhirnya melepaskan cengkeramannya membuat Mark mengatur napasnya.

Belum sempat Mark bernapas lega, mendadak sebuah collar berbentuk kalung kucing melingkar di lehernya.

“You looks so cute with this, Love,” ucap Renjun sambil tersenyum melihat karya yang ia ciptakan.

“Dasar gila!” Mark berteriak. Orang didepannya ini benar-benar gila. Tidak waras.

Renjun mendekatkan wajahnya, membuat mereka saling bertatapan. Mark dengan tatapan tajamnya sementara Renjun dengan senyum menyeramkan merekah diwajahnya.

“I am.”

Collar itu ditarik membuat dengan kencang membuat Mark merasa tercekik. Ia mulai kesulitan bernapas karena kalung yang melingkar erat dilehernya.

“Berselingkuh, berbuat seenaknya, dan menjadikan aku bahan taruhan. Kamu pikir apa itu bukan tindakan yang gila, Mark lee?” ucap Renjun yang masih menarik tali collar dengan erat.

“Jawab bangsat!” satu tamparan kembali dilayangkan. Mark bersumpah jika tamparan itu bukan main-main kerasnya. Pipinya kebas, bibirnya mulai berdarah.

“Tidak mau menjawab, sayang?” ucap Renjun dengan tatapan menyeramkan.

“Lidahmu ingin ku potong?!” Mark menggeleng-gelengkan kepalanya. Badannya sedikit gemetar karena Renjun sekarang. Renjun tampak menyeramkan.

Lelaki itu tampak seperti psikopat yang akan mencincang tubuhnya.

“Oke kalau kamu gak mau.” Renjun melepaskan cengkramannya pada tali collar. Membuat si Agustus langsung meraup oksigen disekitarnya dengan rakus. Ia akhirnya bisa bernapas sekarang.

“Emh!”

Mark terkejut ketika Renjun mendadak melumat bibirnya dengan kasar. Lumatan itu terasa berantakan dan terkesan terburu-buru.

Rambutnya dicengkeram dengan kuat membuat Mark kewalahan karena otaknya mendadak berkinerja lamban.

“Balas ciumanku, Love,” kata Renjun ketika bibir Mark masih diam tak membalas.

“Aku bilang balas!” Renjun mulai menancapkan pisau lipat kearah paha Mark yang membuat darah mulai mengalir keluar.

“Akhh.” Mau tak mau Mark membalas ciuman Renjun meski terdapat rasa enggan didalamnya.

“Emhh! Renjun!” Mark panik ketika Renjun mulai mengarahkan pisaunya, menciptakan luka baret panjang yang menghiasi pahanya dan membuat celana yang ia kenakan robek tak berdaya.

Tak mengacuhkan perkataan Mark, si Aries malah menggigit bibir lelaki itu dengan kuat membuat si Leo meringis.

Darah mulai mengalir di bibirnya. Tak ingin melewati kesempatan itu, Renjun menghisap bibir bawah si Agustus dan menjilatinya.

Mark merasa tersiksa sekarang. Darah terus mengalir di pahanya. Bibirnya terasa perih. Belum lagi kepalanya masih terasa pusing akibat jambakkan yang Renjun berikan.

Ciuman itu turun menuju leher si Agustus. Renjun menciptakan banyak tanda kemerahan dileher jenjangnya. Ia menggigit dan menghisapnya dengan kasar membuat Mark meringis akibatnya.

“RENJUN!” Mark berteriak ketika Renjun dengan mudahnya merobek bajunya menggunakan pisau lipat yang ada ditangannya.

Melihat bahu Mark yang terbuka membuat Renjun menggigit dan menghisapnya dengan kuat.

Si Leo terus menggigit bibir bawahnya, menahan desahan dan teriakan yang keluar akibat ulah pemuda Huang padanya.

Mark bernapas lega ketika Renjun melepaskan gigitan pada bahunya.

Lelaki berperawakan sedikit pendek itu terlihat berjalan menuju lemari yang ditempatkan di ruangan itu. Tangannya terulur untuk mengambil sebuah cambuk yang berada didalam sana.

Mark yang melihat Renjun tengah menghampirinya kelabakan. Ia ketakutan ketika Renjun mencengkram erat cambuk itu ditangannya.

ctash!

“Akhh.” Mark meremas tangannya sendiri. Rasa panas menjalar punggungnya. Pria itu memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.

“Bajingan.” Renjun melayangkan cambuknya. “Kau pikir kau siapa berhadapan dengan ku, Mark lee?”

“Laki-laki sialan.”

ctash!

“Lelaki brengsek.”

ctash!

“Tukang selingkuh.”

ctash!

“Kamu hanya seorang manusia yang sok bertingkah seperti hewan liar, Mark Lee.” Renjun menatap Mark yang kesakitan datar lalu kembali melayangkan cambukannya.

ctash!

Tubuh Mark terasa sangat sakit. Ia meringis kala Renjun terus terusan melayangkan cambukan kearah badannya. Sudah dipastikan memar panjang akan membekas disekujur tubuhnya

“AKHH!” teriak Mark ketika Renjun mencekik lehernya kuat-kuat. Mark menatap Renjun dengan pandangan berkunang-kunang. Meski begitu ia bisa melihat Renjun menatapnya datar sekarang.

“T-tolong lepaskan,” ucap Mark yang sudah frustasi akan keadaan.

Tubuhnya lemas. Tali yang mengikat tubuhnya masih terjerat kuat. Luka ditubuhnya membekas, belum lagi darah yang masih mengalir dari pahanya.

“Good, Love. Now begging for me.” Renjun terus mengeratkan cekikannya. Memaksa Mark untuk memohon kepadanya agar ia dilepaskan.

“Ah! Renjun please! I beg you,” ucap Mark dengan lirih.

Melihat kesayangannya yang memohon membuat Renjun tersenyun dan mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk pelan pucuk kepala si Leo.

“Good boy,” ucapnya.

“Kamu macam-macam dengan orang yang salah, love.” Renjun melepaskan cengkramannya pada leher Mark membuat Mark langsung menarik napas.

Kepala Mark pusing, pandangannya mulai memudar apalagi ketika merasakan sebuah jarum suntik menusuk lehernya.

Penglihatannya menggelap, yang ia ingat terakhir kali adalah ketika melihat Renjun tersenyun puas dan mengecup bibirnya.

“Sleep well, little prince.”

Sebetulnya Renjun enggan membuka pintu ruangan apartemennya. Rasa kesal masih menyelimuti diri si aries, apalagi saat tahu bahwa sang kekasih pergi bersama orang lain tanpa sepengetahuannya.

Rasanya Renjun ingin ngambek seharian dan membiarkan pacarnya melakukan apapun sesukanya.

Tapi karena Mark terus-terusan mengetuk pintu apartemennya, menciptakan suara sedikit bising baginya dan tetangga membuat Renjun mau tidak mau membuka pintu berwarna putih itu untuk menghentikan aksi si agustus.

“Injunn!” ucap Mark ketika pintu tersebut terbuka dan memperlihatkan Renjun yang menatap datar kearahnya.

Tangannya ia rentangkan, ancang-ancang untuk memeluk sang kekasih yang masih merasa pundung.

Namun ketika ia sudah mulai mendekat dan ingin memeluk kesayangannya, Renjun memilih untuk menahan tubuh Mark, menciptakan jarak antara keduanya. Membuat si leo merasa sedih dan mengerucutkan bibirnya.

“Kenapa ditahan?” ucap Mark sambil menatap Renjun.

Ah sial, tatapan itu. Tatapan itu tampak menggemaskan dimata Renjun.

Inget, lo masih ngambek begoo, batin Renjun yang tengah berperang dengan dirinya sendiri.

Masih dengan wajah datarnya. Renjun berusaha menahan diri agar tidak mencubiti wajah kekasihnya yang kini tampak sangat manis.

Renjun membalikan badannya dan berjalan meninggalkan Mark yang sendirian didepan pintu yang sudah ditutup.

Grep!

“Mark!” pekik Renjun ketika Mark dengan cepat memeluknya dari belakang. Pelukan itu Mark eratkan hingga Renjun merasa tubuhnya sedikit remuk karena pelukan itu.

“Jangan marah,” ucap Mark dengan suara kecil sambil mendusalkan wajahnya dileher Renjun.

“Maaf, jangan marah. Janji engga gitu lagi.”

Ah yang benar saja, jantung si aries mulai berdegup gila sekarang.

“Renjun masih marah?” Ucapan tersebut membuat Renjun tak bisa lagi menahan senyumnya. Lelaki aries itu membalikan badannya dengan perlahan, dan memeluk Mark yang masih melingkarkan tangan dipinggangnya.

Kepala si leo ia sandarkan kearah dadanya, membuat Mark terus mendusalkan kepalanya didada si aries.

“Kalau masih gimana?” ucap Renjun yang membuat Mark menatapnya kearahnya.

“Jangannn, jangan marah. Mark gak bakal gitu lagi! I'm promise!”

Renjun tersenyum dan mengusap rambut hitam milik Mark. Melihat Mark yang menggemaskan seperti ini membuatnya tidak bisa marah berlama-lama. Ia diluluhkan hanya dengan perbuatan manis yang lelaki itu lakukan.

Renjun bucin Huang, harusnya nama itu yang disematkan padanya.

“Iya iya, engga marah,” ucap Renjun dengan nada tenang. Tangannya terus mengusap lembut kepala Mark, memberikan kenyamanan serta kehangatan yang membuat lelaki kelahiran agustus itu betah berlama-lama di posisi seperti ini.

“Mau sambil tiduran aja? Pegel kalau begini terus,” ucap Renjun yang membuat Mark langsung menoleh kearahnya.

“Ayo kita cuddle!”

“Mark!” Pekik Renjun lagi ketika Mark langsung mengangkat tubuhnya, menggendongnya dan berjalan menuju kasur.

Tubuh Renjun Mark baringkan pelan, setelah itu ia lantas membaringkan dirinya disamping Renjun sambil menarik selimut tebal untuk menyelimuti tubuhnya.

Mark mendekatkan dirinya kearah Renjun dan langsung menyandarkan kepalanya didada si aries.

“Ayoo pelukkkk,” ucapnya sambil menyamankan posisi.

Renjun tersenyum dan lantas memeluk kekasihnya yang manja.

Bisa-bisa Renjun diabetes jika Mark terus-terusan seperti ini.

“Renjun, jangan marah lagi ya? Markie minta maaf,” ucap Mark sambil menatap Renjun sedikit takut.

Lelaki kelahiran agustus itu takut jika Renjun masih marah padanya. Ia tidak ingin dihukum karena berbuat nakal. Ia tidak ingin Renjun menghukumnya malam ini.

“Engga, sayang. Renjun gak marah,” ucap Renjun membuat Mark merasa sedikit tenang.

“Tapi kalau mau keluar lagi sama orang lain bilang sama aku. I'm jealous, lion. Apalagi sama Jeno, kamu nempel banget sama dia.”

Lee Jeno, sebetulnya Renjun sudah tau Jeno milik orang lain tapi tetap saja ia merasa cemburu ketika lelaki taurus itu berdekatan dengan miliknya seorang.

Kau posesif, Huang Renjun.

“Aku sama dia cuma temen doang. Percaya sama aku, kita engga ada apa-apa. Renjun jangan mikir yang aneh-aneh ya?” Perkataan Mark membuat Renjun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Renjun mendekatkan wajahnya dan mengecup dahi Mark dengan waktu cukup lama.

Keduanya saling memejamkan mata, menikmati rasa hangat dan nyaman yang mereka salurkan. Membuat keduanya betah berlama-lama dalam posisi seperti ini.

Kecupan itu akhirnya dilepaskan. Renjun menyandarkan kembali kepala Mark ke dadanya dan memeluknya erat.

“Ayo tidur, udah malem. Good night lil lion,” ucap Renjun yang membuat Mark mulai memejamkan matanya.

Good night, Renjun. I love you.”

I love you too, lil lion,” ucap Renjun sebelum memejamkan matanya dan masuk kedalam alam mimpi bersama Mark kekasihnya.

• AESTEREID