AESTEREID

“Ayo kita pergi.”

Celetukan Mark membuat Renjun mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud dari kekasihnya yang kini tengah memeluk tubuhnya diatas kasur yang hangat.

“Maksud kamu? Pergi kemana?” tanya Renjun sambil menatap kekasihnya bingung.

Mark menatap Renjun kemudian tersenyum, ia menyandarkan kepalanya diatas dada Renjun dan menyamankan posisinya.

Melihat tingkah sang kekasih membuat Renjun mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut surai hitam si leo.

“Kita pergi dari sini. Kita pergi ketempat yang baru, tempat yang aman buat kamu.”

Renjun menghentikan pergerakan tangannya. Dadanya mendadak terasa sedikit sesak, ia berusaha mencerna maksud Mark yang tadi ia dengar. Berusaha untuk memahami perkataan yang baru saja keluar dari mulut sang kekasih.

“Buat apa pergi kalau kita bisa bertahan?” ucap Renjun sambil melanjutkan kembali usapannya.

“Dunianya jahat sama kamu.”

Sesak, Renjun merasa ingin menangis sekarang.

“Kalau kamu gak kuat sama dunia bilang aku, seenggaknya aku bisa bikin dunia baru buat kamu.”

Mark menatap Renjun dengan dalam. Mengeratkan pelukannya lebih erat agar Renjun merasakan hangat yang tersalurkan.

Dada Renjun terasa sesak, tidak tau kenapa.

Ia ingin pergi, benar-benar ingin pergi. Ia lelah akan dunia yang tidak pernah membiarkannya merasa tenang.

Tapi Renjun tidak tahu harus pergi kemana.

Langkahnya seolah linglung. Matanya dibutakan oleh dunia yang selalu mempermainkannya.

Hatinya ingin mengiyakan perkataan Mark, tetapi mengapa otaknya tidak?

Otaknya terus berkata bahwa ia bisa melalui semua ini namun hatinya merasa lelah.

Renjun bingung, Renjun bingung dengan dirinya sendiri.

“Masih bisa ditahan kok, gapapa,” ucap Renjun sambil tersenyum meski dadanya kini terasa sesak.

Bohong, kebohongan apa-apaan itu, ucap hati Renjun yang terus berusaha memberontak.

“Kalau kamu gak kuat bilang aku, aku ada disini buat kamu. Aku bakal berusaha biar dunia engga jahat lagi sama kamu,” ucap Mark tulus meyakinkan.

Ia tahu bahwa kekasihnya sudah lelah, dan hampir berhenti.

Dan Mark tidak akan membiarkan itu terjadi.

“Gapapa, Mark. Aku gapapa,” ucap Renjun berusaha meyakinkan mark kalau dirinya sedang baik-baik saja.

“Udah, gak usah dibahas lagi. Kita tidur aja, udah malem.” Renjun mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepala Mark agar bersandar didadanya. Lelaki Aries itu menyamankan posisinya sebelum mulai memejamkan mata.

Ditengah kegelapan yang ia lihat, samar-samar ia mendengar perkataan Mark sebelum masuk kedalam alam bawah sadarnya.

“Aku cinta kamu Renjun.”

Seorang lelaki berperawakan tinggi membuka pintu rumah dengan lemas. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari dan dia baru menginjakan kaki dirumah sekarang.

Mark berjalan kearah ruang tengah sembari sedikit menguap. Mengurusi perusahaan membuatnya pusing tujuh keliling hingga pada akhirnya ia terpaksa lembur tiga hari untuk segera menyelesaikan semua pekerjaannya.

Dalam keadaan ruangan yang remamg, Mark mengerutkan dahinya ketika melihat gundukan selimut yang kini terlihat bergerak naik turun secara teratur diatas sofa.

Mark tersenyum dan langsung berjalan menghampiri gundukan tersebut ketika menyadari sesosok dibalik selimut yang kini tengah tertidur pulas.

Ah, ternyata sang suami menunggunya semalaman.

Setelah mendekat, lelaki tinggi itu langsung naik keatas sofa dengan pelan agar tidak mengganggu kesayangannya yang tengah terlelap.

Tangannya ia lingkarkan ke badan sang suami untuk memeluknya menuju dekapan.

Usapan kecil di punggungnya membuat Renjun sedikit menggeliat. Merasa badannya dihimpit sesuatu membuat lelaki aries itu mulai membuka kedua matanya.

“Udah pulang, sayang?” ucap Renjun sambil mengerjap matanya seperti orang yang baru bangun tidur.

Melihat tingkah Renjun membuat Mark tersenyum dan lantas mengeratkan pelukannya. Kecupan kupu kupu ia daratkan ke dahi suaminya membuat Renjun tersenyum dan menikmati kecupan yang diberikan.

Beban dibahunya serasa menghilang. Rasa lelah yang awalnya menyergap lantas menguap ketika sedang bersama Renjun miliknya.

Bersama Renjun membuat Mark melupakan dunia yang melelahkan. Seluruh atensinya hanya tertuju kepada Renjun ketika bersamanya. Fokusnya hanya kepada Renjun, suaminya.

“Sayanggg,” ucap Mark manja sambil menyandarkan kepalanya didada si maret.

Ah sepertinya mode bayi singanya mulai menyala

“Kenapa sayangkuuu?” ucap Renjun sambil mengusap rambut Mark dengan lembut.

“Mau pelukkk.” Mark mendusalkan wajahnya di dada si aries. Pelukan terus ia eratkan seolah tidak ingin kehilangan belahan jiwanya.

Mark terus mendusal seperti anak anjing membuat Renjun terkekeh kecil. Tingkah gemas suaminya membuat kupu-kupu yang berada diperutnya berterbangan kesana kemari. Suaminya sangat tahu apa saja yang membuatnya merasa berdebar-debar.

“Kan ini udah peluk sayanggg,” ucap Renjun membuat Mark menatap kearahnya dan mengerucutkan bibirnya lucu.

“Mau pelukkk, mau ciumm, mau puk-puk yang banyakkkkk!” Renjun terkekeh mendengar penuturan manja suaminya. Renjun mengerti bahwa Mark sangat lelah karena sudah terhitung sekitar 3 hari lelaki itu terus berkutat dengan laptop dan dokumennya.

Mark juga jarang sekali memakan bekal yang ia buatkan membuat Renjun khawatir akan kondisi lelaki berzodiak leo itu. Namun ketika melihat Mark yang manja seperti ini membuat hatinya menghangat, ia merasa aman tak khawatir meski kadang jantungnya berdetak seperti menaiki roller coaster melihat perilaku manis dari sang suami untuknya.

Renjun tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Ia lantas menangkup pipi Mark membuat mereka saling bertatapan, kemudian kecupan-kecupan ringan ia daratkan membuat Mark tersenyum sembari menikmati ciuman yang di sekujur wajahnya.

Kecupan itu berakhir di ujung hidung si leo. “Udah sayangg,” ucap Renjun setelah menjauhkan wajahnya.

“Ada yang belum tauu.” Ucapan Mark membuat Renjun bingung. “Apa?”

“Iniii!” Mark menunjuk bibirnya membuat Renjun terkekeh. Renjun lantas kembali menangkup pipi Mark, ancang-ancang untuk kembali mengecup suaminya yang manja.

“Gemes banget suaminya injunnn,” kata Renjun sambil sedikit menguyal pipi Mark.

Renjun mendekatkan wajahnya dan mendaratkan ranum merahnya diatas bibir milik si leo. Namun saat ingin menjauhkan wajahnya, kepalanya ditahan oleh Mark membuat bibir Renjun terus menempel dibibir sang leo yang kini mulai bergerak melumat.

Renjun memejamkan mata, ia mulai mengikuti arah ciuman sang dominan. Bibir mereka terus saling bergerak dan melumat. Tidak ada nafsu sama sekali yang terselubung diantaranya.

Mereka saling menyalurkan rasa hangat dan rindu yang terpendam. Membiarkan keduanya larut dalam suasana yang hangat ditengah pagi yang dingin ini.

Ciuman itu akhirnya terlepas, mereka saling mengambil napas. Wajah mereka sedikit memerah namun setelah itu senyuman mengembang di keduanya.

Mark menyandarkan kepalanya didada sang suami lalu sedikit mendusal. Ia mengeratkan pelukannya dan lantas memejamkan mata.

“Mark mau boboo,” ucap Mark sambil menyamankan posisi kepalanya didada si aries.

Renjun tersenyum dan kembali mengusap surai hitam suaminya. “Tidur sayang. Have a nice dream, love,” ucap Renjun yang kemudian mengecup kepala Mark dan ikut bersama masuk kedalam alam bawah sadar.


“Mark! Lepasin!” Renjun terus menerus berusaha melepaskan diri dari rangkulan Mark yang terus mendekap dirinya.

Sekarang sudah jam tujuh pagi dan Renjun berniat untuk menyiapkan sarapan.

“No! Gak mauu, maunya dipeluk terus.” Mark mengerucutkan bibirnya sambil menenggelamkan kepalanya didada Renjun.

Padahal Mark sudah rela bergadang demi menuntaskan pekerjaannya agar bisa memeluk Renjun seharian. Dan Renjun memintanya untuk melepaskan pelukannya? TIDAK IA TIDAK MAU!

“Mark aku harus menyiapkan sarapan,” ucap Renjun sambil terus mendorong tubuh Mark.

“Kita bisa pesan lewat online,” melas Mark agar Renjun tetap diam dipelukannya.

“Mark lepaskan!”

“GAMAU POKOKNYA GAK MAU!”

“Oh astaga,” ucap Renjun yang pasrah tubuhnya kecilnya terus diglayuti oleh singa yang kini sedang dalam mode bayi.

Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang, Renjun

• AESTEREID

tw // mention of stalking , obsessed , harsh word

Bangsat.

Tubuh Renjun terasa sangat lemas sekarang. Badannya seolah meluruh ketika melihat berita kecelakaan yang kini sedang ditayangkan.

Itu bukan Jeno, Ren. Itu bukan Jeno. ITU BUKAN JENO ANJENG

“BANGSATTT.” Renjun mencengkram rambutnya kuat-kuat. Dia berteriak keras hingga tenggorokannya sakit. Ia sangat berharap bahwa mobil yang terlihat ringsek itu bukanlah milik Jeno.

“Tolong siapapun tolong,” ucap Renjun lirih. Lelaki aries itu mengusap wajahnya kasar. Dirinya ingin sekali menangis sekarang.

Ia menangisi nasibnya, ia menangisi dirinya sendiri.

Miris, Renjun tidak pernah mengira bahwa kejadian bangsat seperti ini akan menimpa dirinya.

Renjun berusaha untuk mengatur napasnya. Dadanya terasa sesak. Lelaki itu mencoba untuk menguatkan dirinya.

Lengannya yang merinding ia pijit pelan, punggungnya yang mendadak terasa dingin ia usapkan.

Renjun Aksara kini tengah berusaha untuk menenangkan dirinya yang terguncang hebat. Otaknya berusaha untuk menyangkal pikiran-pikiran negatif yang menyeruak dan berkata.

Tenang, Renjun. Itu bukan Jeno. Jeno pasti lagi jalan kesini, makanya dia enggak jawab pesannya.

Padahal pikiran negatif Renjun sudah mengatakan kebenarannya

Namun sayang Renjun tidak ingin mendengar mimpi buruk itu

Renjun memejamkan mata sambil menarik napas dalam. Ia menghirup oksigen dengan rakus lalu membuangnya dengan perlahan.

Renjun terus mengulang hal seperti itu beberapa kali hingga jantungnya kembali berdetak normal.

Gapapa, Renjun gapapa. Anggap saja kamu sedang tertidur dan ini hanya mimpi buruk. Ini semua hanya kebetulan.

Setelah merasa dan dirinya sudah mulai rileks dan tenang. Renjun membuka kembali matanya. Ia mencoba tersenyum dengan harap suasana hatinya akan membaik.

“Ini cuma kebetulan, Renjun,” ucapnya pada diri sendiri.

Renjun akhirnya memutuskan untuk mematikan tv dan membuat coklat hangat. Ia akan bersantai di kamarnya yang nyaman sembari menunggu Jeno yang akan datang.

Namun saat ia mematikan televisi Renjun terkejut bukan main. Badannya membeku, otaknya terasa kacau, jantungnya mencelos.

Ia melihat seseorang tengah berdiri didepan jendela rumahnya melalui pantulan layar tv

sialan

tok tok tok

Ketukkan di jendela membuat Renjun merinding bukan main. Bulu kuduknya berdiri sempurna. Punggungnya mendadak terasa sangat dingin.

Renjun menahan napas sambil menoleh kearah belakang dengan perlahan.

bangsat

Tanpa pikir panjang Renjun langsung berlari menuju lantai atas. Ia harus menyelamatkan diri sebelum memanggil bantuan.

Seseorang berjaket hitam didepan rumahnya itu tersenyum. Ia membuka pintu terkunci itu dengan kunci yang berada ditangannya.

cklek

Lelaki itu mengunci pintu rumah Renjun setelah masuk yang membuat Renjun otomatis terjebak didalam.

Kesayangannya kini tidak bisa pergi kemana-mana

Orang itu lantas berlari dan mengejar Renjun yang kini berusaha menutup pintu kamarnya.

Renjun berteriak histeris ketika sebuah tangan menahan pintunya yang hampir tertutup.

Tangan kekar itu mendorong pintu dengan kuat hingga ruangan tersebut terbuka lebar. Dengan cepat lelaki itu menarik kerah Renjun dan menyeretnya menuju lantai bawah.

Renjun berusaha memberontak. Ia mencakar, memukul hingga menendang-nendang agar terlepas dari cengkraman lelaki itu

Namun Renjun berhenti ketika lelaki itu berjalan menyeretnya melewati tangga. Kakinya terasa perih dan kebas karena terbentur tangga yang sedikit lancip, membuat kakinya memar.

Tubuh mungil itu terhempas begitu saja ke pojok ruangan. Renjun berusaha bangkit tetapi tenang seolah telah habis.

“JANGAN BUNUH AKU!” seru Renjun ketika lelaki itu berjalan mendekat. “AKU AKAN KASIH APAPUN ASAL JANGAN BUNUH AKU!”

Badan Renjun gemetar. Ia tidak siap mati sekarang.

Oh tuhan, ia masih ingin hidup.

Sesosok dibalik jaket hoodie itu terkekeh pelan membuat Renjun mengerutkan dahinya bingung.

Apakah orang didepannya ini psikopat?

Kekehan itu berhenti dan diganti oleh senyum yang terpampang diwajahnya.

“Kamu takut, Renjun?” ucap orang itu yang membuat Renjun melotot.

Tak hanya mengenali suara itu. Ia benar-benar hafal dengan suara lelaki yang kini berdiri dihadapannya.

Tudung hoodie itu dibuka. Menampilkan wajah tampan rupawan yang membuat Renjun terkejut setengah mati.

Idolanya, panutannya, dan kecintaanya.

Adalah dalang dari ini semua.

“M-mark?” ucap Renjun tak percaya. Ia merasa semua ini sangat tidak masuk akal.

Seorang Mark Maraka, rapper sekaligus idola semua orang adalah sesosok menyeramkan yang kini menatap dirinya dengan senyum yang membuat siapa saja merinding melihatnya.

“Kenapa? Kamu kaget?” ucap Mark seolah-olah bodoh tidak melihat kondisi Renjun saat ini.

Mark terkekeh lalu mendekat kearah Renjun yang gemetaran. “Kamu suka sama aku 'kan? Aku juga suka sama kamu, bahkan aku kirim hadiah spesial yang aku buat sendiri!”

Renjun bukannya merasa bahagia karena cintanya terbalas oleh sang pujaan malah terdiam. Lidahnya kelu, otaknya berkerja keras untuk mengingat hadiah apa yang Mark maksud.

jangan-jangan...

“Maksud kamu?” Renjun menggantungkan ucapannya. Ia merinding ketakutan ketika melihat Mark menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang.

“Aku bikin kadonya perjuangan banget tau, aku hampir ketahuan satpam gara-gara nyelinap masuk ke villa kamu, tangan aku juga luka gara-gara hiasin hadiahnya. Aku lakuin itu demi kamu, pasti kamu suka sama hadiahnya 'kan?”

Mendengar penuturan Mark membuat Renjun mengepalkan tangannya. “ORANG GILA!” teriaknya.

“GILA LO. GAK WARAS!” Renjun sudah tidak peduli lagi saat mengetahui kenyataan bahwa siapa sosok didepannya kini.

Idolanya, cintanya. Renjun rela melalukan apapun demi Mark yang berhasil merebut hatinya.

Renjun rela berebut tiket konser dan mengeluarkan uang senilai jutaan, memborong album dan brand yang agensi keluarkan, Renjun rela bergadang untuk update berita terkini mengenai Mark, ia rela harus mengikuti Mark kemana pun, rela menyelinap demi dekat dengan sesosok idola kesukaannya.

Lihatlah lelaki ini, ia tidak berkaca sama sekali.

Mark yang awalnya tersenyum cerah berangsur memasang wajah datar. Ia tak terima mendengar penuturan Renjun mengenai dirinya.

“Kamu enggak berkaca, Renjun?” tanya Mark dengan nada datar yang membuat Renjun terdiam.

“Kamu enggak sadar orang kayak kamu yang bikin aku jadi begini?” kata Mark lagi. “Orang-orang gila kayak kalian, ngikuti kami, foto kami diam-diam, menggangu privasi kami. Kamu pikir kami enggak dibuat gila karena digituin?”

Mark mengepalkan tangannya kuat. Wajahnya mulai memerah, urat-urat dilehernya terlihat menonjol. Ia merasa ingin meledak sekarang.

“Orang-orang kayak kamu cuma bisa bikin kita jadi gak waras. Kita ngerasa gak aman, ngerasa gak nyaman, mau kemana aja ngerasa bahaya. Dasar orang gila. Bangsat!” Mark berteriak marah.

Melihat teman dan rekan sesama artisnya yang khawatir akan fans-fans yang melebihi batas wajar membuat amarahnya melonjak naik.

Mark kesal dengan manusia seperti mereka, Mark marah dengan apa yang mereka lakukan.

Dan bagi Mark, sepertinya ia sudah cukup untuk menahan semua kesabarannya.

“Dan kamu tahu? Sepertinya aku lebih pilih melawan dibanding diam aja,” ucap Mark sambil tersenyum. Senyum itu, senyum simpel itu terlihat menyeramkan dimata Renjun.

“Aku mulai mencari siapa saja yang berani mengganggu privasiku, aku mencari para stalker yang tersembunyi diantara fansku. Ketika sudah ku temukan, maka aku akan mulai mengikuti mereka dan mencari tahu segala hal tentang mereka. Aku memfoto mereka diam-diam dan ku jadian foto mereka pajangan kamarku,” ucap Mark membuat badan Renjun merinding.

“Kamu tahu bagian paling menyenangkan? Bagian paling seru adalah ketika mulai merasa kehadiranku, mereka mulai ketakutan, mereka mulai merasa frustasi dan mulai menangis karena hadiah yang aku berikan. Mereka yang merasa marah karena seperti merasa dikerjai, mereka yang meminta ampun kepadaku saat aku ingin menyingkirkan mereka.”

Mark tersenyum kearah Renjun, ia mendekati pria mungil itu membuat Renjun mundur menjauh. Ia terus mundur sampai punggungnya terkena dinding yang menandakan bahwa ia terpojokkan sekarang.

Renjun ingin sekali memberontak dan berlari. Tapi sialan, kakinya masih terasa sakit. Ia tak kuat untuk berlari.

“Tapi kamu.” Mark mengusap lembut pipi Renjun yang membuat pria itu menahan napas. “Ada sesuatu didalam dirimu yang menarik, Renjun.”

“Kamu berhasil buat aku jatuh kepadamu. Entah bagaimana caranya, setiap aku ingin tahu sesuatu tentang kamu aku semakin tertarik bahkan jatuh cinta kepadamu.”

Usapan itu berubah menjadi cengkraman kuat di dagu Renjun yang membuat Renjun meringis. Ia menatap Mark memohon agar dia dibiarkan selamat.

“Jangan tatap aku kayak gitu itu, sayang. Aku gak bakal sakitin kamu.” Mark tersenyum, seolah meyakinkan Renjun agar tetap tenang.

“Mimpi indah, sayang.”

Dan sebuah pukulan kuat akhirnya menghantam kepala Renjun hingga membuat pemuda Aries itu kehilangan kesadarannya.

Gelap. Yang terakhir Renjun rasakan adalah ketika ia merasa diangkat dan dibawa ke suatu tempat yang sama sekali ia tidak ketahui.

• AESTEREID

tw // mention of stalking , obsessed , harsh word

Bangsat.

Tubuh Renjun terasa sangat lemas sekarang. Badannya seolah meluruh ketika melihat berita kecelakaan yang kini sedang ditayangkan.

Itu bukan Jeno, Ren. Itu bukan Jeno. ITU BUKAN JENO ANJENG

“BANGSATTT.” Renjun mencengkram rambutnya kuat-kuat. Dia berteriak keras hingga tenggorokannya sakit. Ia sangat berharap bahwa mobil yang terlihat ringsek itu bukanlah milik Jeno.

“Tolong siapapun tolong,” ucap Renjun lirih. Lelaki aries itu mengusap wajahnya kasar. Dirinya ingin sekali menangis sekarang.

Ia menangisi nasibnya, ia menangisi dirinya sendiri.

Miris, Renjun tidak pernah mengira bahwa kejadian bangsat seperti ini akan menimpa dirinya.

Renjun berusaha untuk mengatur napasnya. Dadanya terasa sesak. Lelaki itu mencoba untuk menguatkan dirinya.

Lengannya yang merinding ia pijit pelan, punggungnya yang mendadak terasa dingin ia usapkan.

Renjun Aksara kini tengah berusaha untuk menenangkan dirinya yang terguncang hebat. Otaknya berusaha untuk menyangkal pikiran-pikiran negatif yang menyeruak dan berkata.

Tenang, Renjun. Itu bukan Jeno. Jeno pasti lagi jalan kesini, makanya dia enggak jawab pesannya.

Padahal pikiran negatif Renjun sudah mengatakan kebenarannya

Namun sayang Renjun tidak ingin mendengar mimpi buruk itu

Renjun memejamkan mata sambil menarik napas dalam. Ia menghirup oksigen dengan rakus lalu membuangnya dengan perlahan.

Renjun terus mengulang hal seperti itu beberapa kali hingga jantungnya kembali berdetak normal.

Gapapa, Renjun gapapa. Anggap saja kamu sedang tertidur dan ini hanya mimpi buruk. Ini semua hanya kebetulan.

Setelah merasa dan dirinya sudah mulai rileks dan tenang. Renjun membuka kembali matanya. Ia mencoba tersenyum dengan harap suasana hatinya akan membaik.

“Ini cuma kebetulan, Renjun,” ucapnya pada diri sendiri.

Renjun akhirnya memutuskan untuk mematikan tv dan membuat coklat hangat. Ia akan bersantai di kamarnya yang nyaman sembari menunggu Jeno yang akan datang.

Namun saat ia mematikan televisi Renjun terkejut bukan main. Badannya membeku, otaknya terasa kacau, jantungnya mencelos.

Ia melihat seseorang tengah berdiri didepan jendela rumahnya melalui pantulan layar tv

sialan

tok tok tok

Ketukkan di jendela membuat Renjun merinding bukan main. Bulu kuduknya berdiri sempurna. Punggungnya mendadak terasa sangat dingin.

Renjun menahan napas sambil menoleh kearah belakang dengan perlahan.

bangsat

Tanpa pikir panjang Renjun langsung berlari menuju lantai atas. Ia harus menyelamatkan diri sebelum memanggil bantuan.

Seseorang berjaket hitam didepan rumahnya itu tersenyum. Ia membuka pintu terkunci itu dengan kunci yang berada ditangannya.

cklek

Lelaki itu mengunci pintu rumah Renjun setelah masuk yang membuat Renjun otomatis terjebak didalam.

Kesayangannya kini tidak bisa pergi kemana-mana

Orang itu lantas berlari dan mengejar Renjun yang kini berusaha menutup pintu kamarnya.

Renjun berteriak histeris ketika sebuah tangan menahan pintunya yang hampir tertutup.

Tangan kekar itu mendorong pintu dengan kuat hingga ruangan tersebut terbuka lebar. Dengan cepat lelaki itu menarik kerah Renjun dan menyeretnya menuju lantai bawah.

Renjun berusaha memberontak. Ia mencakar, memukul hingga menendang-nendang agar terlepas dari cengkraman lelaki itu

Namun Renjun berhenti ketika lelaki itu berjalan menyeretnya melewati tangga. Kakinya terasa perih dan kebas karena terbentur tangga yang sedikit lancip, membuat kakinya memar.

Tubuh mungil itu terhempas begitu saja ke pojok ruangan. Renjun berusaha bangkit tetapi tenang seolah telah habis.

“JANGAN BUNUH AKU!” seru Renjun ketika lelaki itu berjalan mendekat. “AKU AKAN KASIH APAPUN ASAL JANGAN BUNUH AKU!”

Badan Renjun gemetar. Ia tidak siap mati sekarang.

Oh tuhan, ia masih ingin hidup.

Sesosok dibalik jaket hoodie itu terkekeh pelan membuat Renjun mengerutkan dahinya bingung.

Apakah orang didepannya ini psikopat?

Kekehan itu berhenti dan diganti oleh senyum yang terpampang diwajahnya.

“Kamu takut, Renjun?” ucap orang itu yang membuat Renjun melotot.

Tak hanya mengenali suara itu. Ia benar-benar hafal dengan suara lelaki yang kini berdiri dihadapannya.

Tudung hoodie itu dibuka. Menampilkan wajah tampan rupawan yang membuat Renjun terkejut setengah mati.

Idolanya, panutannya, dan kecintaanya.

Adalah dalang dari ini semua.

“M-mark?” ucap Renjun tak percaya. Ia merasa semua ini sangat tidak masuk akal.

Seorang Mark Maraka, rapper sekaligus idola semua orang adalah sesosok menyeramkan yang kini menatap dirinya dengan senyum yang membuat siapa saja merinding melihatnya.

“Kenapa? Kamu kaget?” ucap Mark seolah-olah bodoh tidak melihat kondisi Renjun saat ini.

Mark terkekeh lalu mendekat kearah Renjun yang gemetaran. “Kamu suka sama aku 'kan? Aku juga suka sama kamu, bahkan aku kirim hadiah spesial yang aku buat sendiri!”

Renjun bukannya merasa bahagia karena cintanya terbalas oleh sang pujaan malah terdiam. Lidahnya kelu, otaknya berkerja keras untuk mengingat hadiah apa yang Mark maksud.

jangan-jangan...

“Maksud kamu?” Renjun menggantungkan ucapannya. Ia merinding ketakutan ketika melihat Mark menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang.

“Aku bikin kadonya perjuangan banget tau, aku hampir ketahuan satpam gara-gara nyelinap masuk ke villa kamu, tangan aku juga luka gara-gara hiasin hadiahnya. Aku lakuin itu demi kamu, pasti kamu suka sama hadiahnya 'kan?”

Mendengar penuturan Mark membuat Renjun mengepalkan tangannya. “ORANG GILA!” teriaknya.

“GILA LO. GAK WARAS!” Renjun sudah tidak peduli lagi saat mengetahui kenyataan bahwa siapa sosok didepannya kini.

Idolanya, cintanya. Renjun rela melalukan apapun demi Mark yang berhasil merebut hatinya.

Renjun rela berebut tiket konser dan mengeluarkan uang senilai jutaan, memborong album dan brand yang agensi keluarkan, Renjun rela bergadang untuk update berita terkini mengenai Mark, ia rela harus mengikuti Mark kemana pun, rela menyelinap demi dekat dengan sesosok idola kesukaannya.

Lihatlah lelaki ini, ia tidak berkaca sama sekali.

Mark yang awalnya tersenyum cerah berangsur memasang wajah datar. Ia tak terima mendengar penuturan Renjun mengenai dirinya.

“Kamu enggak berkaca, Renjun?” tanya Mark dengan nada datar yang membuat Renjun terdiam.

“Kamu enggak sadar orang kayak kamu yang bikin aku jadi begini?” kata Mark lagi. “Orang-orang gila kayak kalian, ngikuti kami, foto kami diam-diam, menggangu privasi kami. Kamu pikir kami enggak dibuat gila karena digituin?”

Mark mengepalkan tangannya kuat. Wajahnya mulai memerah, urat-urat dilehernya terlihat menonjol. Ia merasa ingin meledak sekarang.

“Orang-orang kayak kamu cuma bisa bikin kita jadi gak waras. Kita ngerasa gak aman, ngerasa gak nyaman, mau kemana aja ngerasa bahaya. Dasar orang gila. Bangsat!” Mark berteriak marah.

Melihat teman dan rekan sesama artisnya yang khawatir akan fans-fans yang melebihi batas wajar membuat amarahnya melonjak naik.

Mark kesal dengan manusia seperti mereka, Mark marah dengan apa yang mereka lakukan.

Dan bagi Mark, sepertinya ia sudah cukup untuk menahan semua kesabarannya.

“Dan kamu tahu? Sepertinya aku lebih pilih melawan dibanding diam aja,” ucap Mark sambil tersenyum. Senyum itu, senyum simpel itu terlihat menyeramkan dimata Renjun.

“Aku mulai mencari siapa saja yang berani mengganggu privasiku, aku mencari para stalker yang tersembunyi diantara fansku. Ketika sudah ku temukan, maka aku akan mulai mengikuti mereka dan mencari tahu segala hal tentang mereka. Aku memfoto mereka diam-diam dan ku jadian foto mereka pajangan kamarku,” ucap Mark membuat badan Renjun merinding.

“Kamu tahu bagian paling menyenangkan? Bagian paling seru adalah ketika mulai merasa kehadiranku, mereka mulai ketakutan, mereka mulai merasa frustasi dan mulai menangis karena hadiah yang aku berikan. Mereka yang merasa marah karena seperti merasa dikerjai, mereka yang meminta ampun kepadaku saat aku ingin menyingkirkan mereka.”

Mark tersenyum kearah Renjun, ia mendekati pria mungil itu membuat Renjun mundur menjauh. Ia terus mundur sampai punggungnya terkena dinding yang menandakan bahwa ia terpojokkan sekarang.

Renjun ingin sekali memberontak dan berlari. Tapi sialan, kakinya masih terasa sakit. Ia tak kuat untuk berlari.

“Tapi kamu.” Mark mengusap lembut pipi Renjun yang membuat pria itu menahan napas. “Ada sesuatu didalam dirimu yang menarik, Renjun.”

“Kamu berhasil buat aku jatuh kepadamu. Entah bagaimana caranya, setiap aku ingin tahu sesuatu tentang kamu aku semakin tertarik bahkan jatuh cinta kepadamu.”

Usapan itu berubah menjadi cengkraman kuat di dagu Renjun yang membuat Renjun meringis. Ia menatap Mark memohon agar dia dibiarkan selamat.

“Jangan tatap aku kayak gitu itu, sayang. Aku gak bakal sakitin kamu.” Mark tersenyum, seolah meyakinkan Renjun agar tetap tenang.

“Mimpi indah, sayang.”

Dan sebuah pukulan kuat akhirnya menghantam kepala Renjun hingga membuat pemuda Aries itu kehilangan kesadarannya.

Gelap. Yang terakhir Renjun rasakan adalah ketika ia merasa diangkat dan dibawa ke suatu tempat yang sama sekali ia tidak ketahui.

• AESTEREID

tw // mention of obsessed , stalking , pancik attack , and knife

Kau tidak tau seberapa lemasnya tubuh seorang Renjun Aksara sekarang.

Jantungnya terasa seperti ditusuk oleh tombak. Kepalanya pusing, badannya lemas tak bisa bergerak.

itu bukan Jeno, Ren. Itu bukan Jeno. ITU BUKAN JENO ANJENG

“BANGSATTT.” Renjun mencengkram erat rambutnya. Ia berteriak keras. Dirinya sangat frustasi karena semua yang ia alami sekarang membuatnya gila.

Renjun menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya. Ia berusaha menenangkan dirinya yang panik terguncang.

Berita kecelakaan di televisi sangat membuatnya shock dan kaget.

Renjun memutuskan untuk mematikan tv itu. Ia tidak ingin mendengar sang reporter menjelaskan bahwa pengemudi atau penumpang kendaraan berwarna hitam itu hilang entah kemana.

Renjun memejamkan matanya. Ia berusaha berpikir positif, berpikir kalau kecelakaan yang tadi diberitakan bukan Jeno.

Itu bukan Jeno, Ren. Itu bukan Jeno.

Renjun mengambil napas panjang lalu menghembuskannya. Ia akhirnya membuka matanya saat dirinya sudah agak tenang.

Namun bukannya semakin merasa tenang, Renjun justru terkejut bukan main ketika melihat bayangan seseorang didepan jendela rumahnya terpantul dilayar televisi yang hitam karena dimatikan.

tok tok tok

Ketukan di jendela itu membuat tubuh Renjun membeku. Otaknya mendadak berkinerja lamban yang membuat dirinya tidak bisa mencerna keadaan yang saat ini terjadi.

Renjun menolehkan kepalanya kearah belakang perlahan. Dirinya benar-benar terdiam ketika melihat seseorang dengan jaket hoodie hitam berdiri tepat didepan rumahnya.

Setengah wajah dari pria itu terlihat dan menampilkan senyum yang membuat Renjun merinding ketakutan.

Renjun lantas berlari ketika orang itu berusaha membuka pintu rumahnya yang terkunci.

Renjun segera berlari menuju arah tangga. Ia berpikir dirinya akan aman karena pintu serta jendela rumah sudah terkunci erat.

Namun entah bagaimana bisa, Lelaki itu ternyata memiliki sebuah kunci yang mampu membuka pintu tersebut dengan gamblang. Orang itu pun masuk dan mengunci kembali rumah Renjun, membuat Renjun terkunci dalam.

Orang berjaket hitam itu lantas berlari berlari kearahnya dengan sangat cepat. Langkahnya yang panjang membuat orang itu dengan mudahnya dapat menangkap Renjun yang ingin berlari kearah kamar.

Ia menarik Renjun dengan cukup keras yang membuat si aries terjatuh lalu menyeretnya kebawah.

Kaki Renjun terasa perih dan memar karena terus bergesekan dengan tangga yang lumayan tajam.

Saat sudah mencapai lantai dasar, tubuh Renjun dihempaskan begitu saja, membuat kepala lelaki itu terbentur lantai cukup keras dan membuat Renjun sedikit merasa pusing.

“Tolong jangan!” ucap Renjun memundurkan tubuhnya ketika sesosok berhoodie hitam itu mendekat kearahnya.

“AKU AKAN MEMBERIKAN APAPUN TAPI TOLONG JANGAN BUNUH AKU!” Renjun berteriak histeris, ia sangat ketakutan sekarang. Apalagi orang itu terlihat sangat menyeramkan dimatanya.

Apa ia akan dibunuh?

Apa ia akan mati?

Tuhan tolong. Ia masih ingin hidup sekarang.

“Kamu takut?” ucap orang itu yang membuat Renjun terkejut.

Ia mengenali suara itu. Ia benar-benar mengenali suara itu.

“Kenapa kamu takut dengan seseorang yang sangat kamu cintai, Renjun?”

Tudung hoodie itu akhirnya dibuka. Memperlihatkan wajah rupawan yang membuat Renjun terbelalak dan terkejut bukan main.

Kejutan apalagi ini ya tuhan?

“M-mark?” ucap Renjun yang tak percaya.

Idolanya, panutannya, orang yang terus ia puja bahkan sampai ia rela mengikutinya kemana-mana.

Adalah dalang dari ini semua.

“Kenapa? Kamu terkejut?” ucap Mark ketika melihat Renjun gemetar ketakutan saat melihatnya.

“Kamu, kamu yang lakuin ini?” tanya Renjun terbata-bata.

Jantung si maret berdegup kencang, keringat mulai bercucuran. Kepalanya terasa sakit karena terbentur lantai dan mencerna hal-hal gila yang ia alami sekarang.

“Oh, kamu baru sadar ya?” Mark mulai terkekeh. “Kamu suka enggak sama hadiah aku? Aku bikinnya perjuangan banget loh. Aku hampir ketahuan satpam demi bikin hadiah buat kamu,” ucap Mark.

“Aku bahkan rela loh tangan aku luka buat hiasin kadonya. Gimana? Kamu suka enggak sama hiasannya?”

gila, pria itu sudah gila.

“DASAR GILA!” teriak Renjun keras yang membuat Mark yang awalnya terlihat antusias berubah menjadi datar. “LO GILA! GAK WARAS!”

Renjun terus menerus berteriak, ia tidak peduli kenyataan bahwa seseorang didepannya ini adalah sesosok yang sangat ia kagumi.

Ia cintai.

Ia kasihi.

Renjun melakukan apa saja demi dekat dengan sang idola. Ia berebut dan membayar tiket konser yang bernilai jutaan. Membeli semua album bahkan brand yang dikeluarkan. Rela bergadang dan hampir ketahuan demi mengikuti sang idola kemana-mana.

Ia rela menghabiskan uang dan tenaganya demi sesosok yang ia gila-gilai.

Dan nyatanya sang idola sama gila dengannya.

“Kamu gak berkaca, Renjun?” ucap Mark datar yang membuat Renjun diam.

“Kamu gak sadar, kalau orang-orang seperti kamu yang buat aku seperti ini?” Ucapan Mark membuat Renjun mulai berpikir.

“Mengikuti kami, memfoto kami diam-diam, menggangu privasi kami. Kamu pikir kami enggak dibuat gila karena digituin?” Mark menatap Renjun dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

“Kamu tahu? Aku udah muak dengan orang-orang seperti kalian! Kalian membuat kami ketakutan, membuat kami merasa terpojokkan, membuat kami tertekan karena perbuatan kalian. KALIAN SEMUA SIALAN!”

Mark berteriak kencang. Wajah rupawan itu terlihat memerah, urat-urat dilehernya mulai menonjol apalagi saat ingatan-ingatan mengenai perbuatan orang-orang seperti Renjun muncul di kepalanya membuat Mark semakin murka.

Orang-orang gila, orang-orang tidak waras, orang-orang yang selalu ingin ia singkirkan.

Pria itu menarik napas dan memejamkan mata. Ia berusaha menenangkan dirinya yang kini mulai meledak-ledak.

Melihat teman serta rekan sesama artisnya mengalami kejadian yang sama membuat amarahnya tiba-tiba melonjak naik.

Para fans yang melebihi batas kenormalan membuat mereka merasa tertekan, hampir merasa gila.

Dan bagi Mark, sepertinya ia sudah cukup untuk menahan semua kesabarannya.

“Dan akhirnya aku mulai berpikir,” ucap Mark yang kemudian membuka matanya. Lelaki itu menolehkan kepalanya dan menatap Renjun dengan intens yang membuat lelaki maret itu ketakutan.

“Kenapa aku tidak melawan saja?”

Mark kemudian tersenyum lebar ketika mengingat awal mula ia mulai “memberontak”.

Ia sedikit demi sedikit memberi pelajaran terhadap orang-orang yang selalu mengganggu privasinya.

Pertama-tama Ia akan mencari tahu diantara penggemarnya, siapa yang dengan berani mengusik dan menggangu kehidupannya.

Ia kemudian akan mengikuti orang itu kemana saja dan memfotonya secara diam-diam seperti apa yang orang itu lakukan kepadanya.

Kemudian Mark akan mencari segala informasi mengenai orang itu dan memberinya teror hingga membuat orang itu trauma dan berujung menyingkirkannya.

Mark merasa sangat senang ketika dendamnya terbalaskan. Orang yang tidak tahu aturan harus segera ia singkirkan. Membuat Mark satu-persatu menyingkirkan siapapun yang berani mengganggu dirinya dan kesayangannya.

“Kamu tahu? Seru banget liat mereka rasian apa yang aku rasa selama ini. Aku membuat para stalker ku merasa selalu dilihati, merasa tidak nyaman, dan merasa diikuti kemana-mana. Mereka semua harus tahu perasaan orang yang mereka perlakukan seperti itu,” ucap Mark yang membuat Renjun merasa tertusuk.

Sialan, ia termasuk orang-orang yang Mark maksud.

Melihat wajah Renjun yang seolah tahu peristiwa apa yang selanjutnya terjadi membuat Mark tersenyum.

“Jujur saja, awalnya aku juga mau menyingkirkan kamu. Tapi entah kenapa, kamu menarik di mataku, Renjun,” ucap Mark sembari mendekat kearah si aries.

“Semakin aku mencari tahu tentangmu, aku semakin merasa tertarik padamu. Kamu buat aku tidak bisa jauh darimu, Renjun. Aku merasa selalu ingin dekat denganmu, membuatku selalu ingin mengikutimu kemana-mana.”

Renjun meneguk ludahnya kasar. Dirinya memang ingin dicintai oleh idolanya, bahkan sangat ingin Mark mengetahui keberadaan dirinya.

Tapi setelah melihat sisi gelap Mark membuat Renjun menarik semua perkataannya mengenai lelaki berzodiak leo itu.

Orang dihadapannya ini tidak waras. Namun sayangnya Renjun tidak ingin berkaca.

“Untuk pertama kalinya aku merasa seperti ini. Untuk pertama kalinya aku merasa jatuh kepada mangsaku sendiri, Renjun.”

Renjun bersumpah jika hal yang baru saja ia dengar adalah hal paling mengerikan yang terjadi didalam hidupnya. Rasanya Renjun ingin berlari kencang untuk kabur dan keluar dari rumah. Namun kakinya yang sialnya memar dan sedikit pincang membuatnya kesulitan untuk bergerak.

Mark mulai mendekatkan tubuhnya kearah Renjun yang membuat lelaki aries itu terus memundurkan tubuhnya. Hingga akhirnya ia tidak bisa lari lagi karena punggungnya menyentuh tembok yang membuat Renjun terpojokkan sekarang.

Hembusan napas mulai terasa. Kini wajah sesosok yang ia idolakan tepat berada didepannya. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti yang membuat Renjun gugup sekaligus panik.

“Kamu menarik, kamu istimewa, kamu membuatku gila, Renjun,” ucap Mark pelan sambil mengusap pipi Renjun yang berisi.

“Kamu milikku, mulai dari sekarang.”

Dan sebuah pukulan keras berhasil mengenai kepala Renjun yang membuatnya berangsur kehilangan kesadarannya.

Matanya berangsur memberat apalagi saat sebuah pisau tertancap sempurna di pahanya yang membuat Renjun merasa kakinya perih dan mengeluarkan darah.

Kepalanya pusing, matanya buram. Hingga pada akhirnya yang bisa ia lihat hanya kegelapan total.

• AESTEREID

tw cw // mention of sex toys, anal sex , explicit content , gangbang , cambukan , and threesome

Renjun tidak tahu dosa apa yang ia lakukan di masa lampau yang membuatnya memiliki nasib naas seperti ini.

Hal pertama kali yang pemuda Huang itu rasakan ketika terbangun dari kesadarannya adalah rasa sakit dikepala yang begitu memusingkan. Rasanya seperti kepalamu dipukul oleh sebongkah kayu yang kokoh, membuat pusing tiba-tiba menyergap dan membuat kedua matamu berkunang-kunang.

Di ruangan minim cahaya, Renjun berusaha memfokuskan pandangannya terhadap ruangan tempat ia berada. Pandangannya yang semula terlihat buram berangsur jernih. Renjun kemudian mulai berusaha menggerakkan lengannya, namun sayang pergerakannya terkunci karena sebuah rantai yang mengikat kedua lengannya.

“Berusaha kabur lagi, love?”

Jantung Renjun mencelos ketika melihat Mark dan Donghyuck tersenyum menatapnya dari kejauhan. Tanpa pikir panjang, Renjun berusaha keras untuk melepaskan ikatan rantai ditangannya, Suara gemerincing rantai yang saling bergesekan memenuhi ruangan itu karena lelaki terus menarik tangannya kasar. Tak peduli dengan pergelangannya yang kian mulai memerah.

Sialan, bagaimana ia bisa kembali ketempat ini?! Kenapa ia kembali kedalam cengkraman para bajingan yang berhasil menyekap dirinya? Sial, sial, sial!

“Jangan seperti itu sayang, tanganmu akan memerah,” ucap Donghyuck sambil berjalan menghampiri Renjun yang masih berusaha untuk melepaskan rantai yang mengikatnya.

“Oh lihat luka kemerahan ini, kau membuat dirimu sendiri terluka, love.” Donghyuck mulai memegang pergelangan Renjun yang sudah terlihat memerah, kemudian tangan itu ia usap lembut memberikan Renjun sedikit sensasi tenang karenanya.

Namun sebuah usapan itu mendadak berubah menjadi cengkraman kuat yang membuat Renjun meringis kesakitan. Donghyuck mencengkram pergelangan Renjun seolah ia sedang mencengkram botol minuman. Cengkraman itu semakin erat membuat pergelangan Renjun berwarna sangat merah.

“Jadi ini bayaranmu atas perlakukan kami selama ini?” ucap Donghyuck dingin yang tidak melepaskan cengkeramannya.

“Kau masih beruntung dibiarkan hidup, Huang.”

Kepala Renjun mendadak ditarik keatas. Cengkraman seseorang pada rambutnya, memaksa kepalanya untuk menuruti hukum gravitasi dan mendongak keatas.

Kepalanya yang tadi masih sedikit pusing sekarang terasa begitu menyakitkan, membuat pemuda aries itu sekarang terasa mual dan ingin pingsan.

“Kau membuatku muak,” ucap Mark yang mengencangkan rahangnya. Urat-urat dileher pria itu terlihat, tangannya terus menjambak kepala Renjun kebawah membuat lelaki manis itu menjerit kesakitan.

“Lepaskan!” jerit Renjun yang menahan rasa sakit dikedua bagian tubuhnya. Ia merasa sangat pusing, kepalanya terasa ingin pecah. Matanya mulai buram. Luka akibat kabur dari mansion ini belum sembuh harus ditambah lagi dengan luka yang ia terima.

Melihat kondisi si manis milik mereka, membuat kedua pria itu akhirnya melepas cengkeraman.

Mereka tidak akan membiarkan si manis mereka pingsan sebelum hukuman dijalankan.

“Kenapa kau berusaha pergi, sayang?” tanya Mark yang mengangkat dagu Renjun untuk menatapnya. Renjun mulai gemetar ketakutan, Mark terlihat sangat marah dan mulai meledak.

“KAU TULI, HUANG?!” Mark mencengkram kuat dagu Renjun ketika lelaki itu tidak mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya. Renjun memejamkan mata, cengkraman Mark pada dagunya membuatnya sedikit sesak karena kesulitan bernapas. Mark terus mencengkram dagu Renjun dengan kuat hingga akhirnya ia melepasnya dengan kasar.

Badan Renjun mulai gemetar, terlebih lagi ia harus menghadapi dua pria tempramental yang semua hal mereka mau harus dituruti.

Mengingat kejadian kemarin, dimana ia mencoba kabur seperti ini berakhir dengan hukuman cambuk serta tidak diberi makan seharina membuat Renjun meneguk ludahnya takut.

“Lidahmu ingin ku potong?!” Mark menatap Renjun dengan tajam, lelaki manis itu masih saja belum kunjung membuka mulutnya. Pikiran Renjun mendadak membeku, ia tidak bisa berpikir jernih. Semua hak yang ia pikirkan mengebuk menjadi satu, menjadi asap yang membuat kinerja otaknya menjadi lamban.

Mark kemudian berjalan kearah lemari yang berada di ruangan itu, mengotak-atik isinya, lalu mengambil sebuah benda dari sana.

Renjun melihat Mark datang membawa sebuah ikat pinggang ditangannya lantas membuat Renjun panik dan kembali berusaha melepas rantai yang menjerat tangannya.

ctash

Satu cambukan berhasil membuat Renjun terdiam.

ctash ctash ctash

Cambukan-cambukan lain pun datang mengenai tubuh si mungil yang membuat Renjun merasa badannya terasa kebas. Bekas kemerahan yang panjang mulai terlihat ditubuh pemuda Huang itu.

Dapat terlihat dengan jelas bahwa punggung, paha, dan bokongnya kini dihiasi oleh memar-memar kemerahan.

Renjun rasanya ingin tertawa kencang diatas penderitaannya.

Lucu. Semua hal yang ia lakukan terasa tidak berguna. Kebebasan yang ia idam-idamkan tak kunjung tercapai. Setiap ia berusaha untuk lari menjauh pasti kedua sindikat gelap ini akan mengejarnya hingga dapat dan menyeretnya untuk kedalam belenggu kegelapan.

Semua tidak waras.

“Kau membuat kesabaranku habis, love,” ucap Mark ketika melayangkan satu cambukan ke punggung Renjun. “Kau harus menerima hukuman atas bayaran dari perbuatan nakalmu.”

Lelaki agustus itu kemudian menoleh kebelakang, menoleh kearah Donghyuck yang duduk di sofa sambil menyesap rokok tembakau ditangannya.

“Kau tidak ingin bergabung, Hyuck?”

Donghyuck mengeluarkan asap dari mulutnya, pria itu menggelengkan kepalanya lalu menghisap kembali batang nikotin itu. “Tidak, kau duluan saja.”

“Ayolah, Hyuck. Tidak akan seru jika kita menghukumnya sendiri-sendiri,” ucap Mark yang membuat Donghyuck terkekeh.

Partnernya itu memang gila, sama seperti dirinya. Mereka saling memiliki persamaan yang mungkin jika orang awam mendengarnya mereka akan langsung menganggap bahwa mereka adalah orang tidak waras.

Tapi memang seperti itulah mereka, orang tidak waras yang selalu ingin dituruti dan tidak dibantah. Mereka akan membuat siapa saja tunduk dalam genggamannya dan membuat mereka menjadi seseorang yang tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut dan berpasrah.

Donghyuck menyesap kembali rokoknya sebelum menjatuhkan batang tembakau itu lalu menginjaknya. Ia berjalan menghampiri Mark dan Renjun membuat Renjun kini tengah berhadapan dengan dua sindikat gelap yang berhasil memutar balikan hidupnya 360 derajat.

“Kenapa kau menatap kami seperti itu, love?” ucap Donghyuck saat Renjun menatap mereka dengan tajam, rubah kesayangannya ini memang sangat berani menantangnya.

“Bajingan,” gumam Renjun yang masih bisa didengar oleh kedua pria itu.

“Katakan sekali lagi.”

“Bajing- emh!” Ucapan Renjun terputus kala Donghyuck mencium ranum merahnya tiba-tiba. Pria itu menggerakkan bibirnya dengan kasar membuat Renjun menutup bibirnya erat.

Tangan kekar Donghyuck ia arahkan menuju bagian belakang kepala sang pemuda Huang untuk menahannya agar si manis tidak bergerak.

Tak kunjung mendapat balasan dari Renjun. Ranum merah itu ia gigit dengan keras membuat Renjun meringis dan membuka sedikit bibirnya.Bibirnya terasa perih dan sepertinya berdarah.

Mengambil kesempatan itu, Donghyuck lantas memasukkan lidahnya kedalam mulut si manis untuk mengabsen setiap giginya serta membelit dan menghisap lidah si aries.

“emh!” Renjun terkejut ketika sebuah lengan berurat melingkar dipinggangnya. Hembusan napas terasa di area lehernya yang sensitif.

Mark memberikan kecupan kupu-kupu disekitar area leher Renjun yang membuat si mungil berusaha bergerak untuk menghindar.

“Mmh!” erang Renjun ketika nipplenya dipelintir oleh Mark. Mark terkekeh lalu menahan dagu Renjun agar lelaki itu tidak bergerak.

Pria berzodiak leo itu mulai menggigit-gigit dan menghisap leher Renjun untuk memberi tanda kemerahan.

Tak mau kalah, Donghyuck lantas menurunkan ciumannya ke leher dan ikut memberi tanda di kulit seputih susu itu.

“emh! t-tolong hentikan mmmhh.” Renjun menggigit bibir bawahnya agar suara tidak senonoh itu tidak keluar dari mulutnya.

Ini terasa begitu menyiksa sekaligus nikmat? entahlah Renjun tidak pernah merasa tubuhnya berhawa panas seperti ini.

Melihat Renjun menggigit bibirnya dengan keras membuat Donghyuck menghentikan kegiatannya dan berjalan kearah lemari tadi.

Ia berjalan kembali kearah Renjun dengan tangannya yang sudah terdapat gagball, pria berkulit tan itu pun langsung memasangkan alat itu ke mulut Renjun yang membuat lelaki itu tidak bisa mendesah ataupun berbicara. Rahangnya terasa pegal karena gagball yang menyumpal mulutnya.

“EMH!” Renjun terkejut kala bokongnya diremas dengan kuat. Di waktu yang bersamaan sebuah tangan memainkan nipple miliknya.

Memelintir dan mencubit nipple itu hingga benda berwarna merah muda itu merah dan bengkak.

Donghyuck terus meremas bokong sintal milik Renjun. Bahkan sesekali si pria gemini menampar belahan empuk itu hingga membuatnya memerah.

Renjun membulatkan matanya ketika Donghyuck merobek celananya hingga terlepas. Dirinya juga terkejut dan mulai panik ketika Mark juga merobek kemeja putih yang ia pakai hingga membuat kulit putih dan lembutnya itu terlihat.

“EUNGH!”

Renjun menggeliatkan tubuhnya ketika merasa bahwa dua jari panjang Donghyuck mulai masuk kedalam lubangnya. Rasanya aneh dan perih. Dua jari itu kemudian bergerak secara menggunting, melebarkan anal si aries.

“Oh! Hentikan!” racau si aries ketika pergerakan di lubangnya makin cepat.

Donghyuck terus mengeluar-masukan jarinya di lubangnya yang membuat tubuh bagian bawah Renjun terasa sakit sekaligus nikmat.

Tangan Mark mulai meraba selangkangan Renjun hingga tangan itu berhenti di penisnya. Kemudian Mark mulai mengocok penis Renjun yang membuat Renjun menggenggam erat rantai ditangannya.

Keduanya tidak berhenti memberinya sentuhan. Dua pria itu terus memberi tanda di punggung serta dada si manis, mereka berdua juga tidak berhenti mengocok aset berharga Renjun yang membuat lelaki itu kewalahan karena tiap sentuhan yang diberikan.

Kakinya melemas, ia membiarkan tubuhnya tergantung pada rantai karena ia tidak memiliki cukup tenaga untuk terus berdiri.

Renjun mengeratkan pegangannya pada rantai saat ingin menjemput putihnya. Namun sayang dirinya tidak bisa mengeluarkan puncaknya karena tiba-tiba sebuah cincin berhasil melingkar diujung penisnya.

“Mmmh! Mmmhh!” Renjun merasa frustasi ketika ia tidak berhasil mencapai klimaksnya. Donghyuck dan Mark terkekeh bersamaan, melihat Renjun tersiksa seperti ini adalah hal yang mereka sukai.

Mark mulai menjilat area leher Renjun sementara Donghyuck menyusu didadanya. Pria berkulit tan itu mengecup, menjilat, serta mengemut benda berwarna merah mudah itu. Membuat Renjun terus membusungkan dada karenanya.

Badan Renjun melemas. Jika saja kedua pria dan rantai yang mengikat tangannya ini tidak ada, maka dipastikan tubuhnya sudah ambruk ke lantai.

“Memohonlah sayang,” bisik Mark langsung ditelinga aries yang membuat Renjun merinding.

Renjun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak sudi harus memohon kepada dua orang yang telah menghancurkan hidup sekaligus keluarganya.

“Kau tidak ingin memohon?” Mark mempercepat laju kocokannya. Penis Renjun terasa sakit karena tidak bisa menjemput putihnya, penisnya seperti membengkak karena area untuk keluar ditutupi oleh cincin sialan itu.

“Lihatlah rubah ini, tidak ingin menurut ya?” ucap Donghyuck sambil tersenyum miring.

Entah mengapa Donghyuck mulai memberhentikan aktifitasnya, ia kemudian mengeluarkan jarinya membuat Renjun merasa analnya kosong sekarang.

Renjun sempat bingung karena Donghyuck melangkahkan kakinya berjalan kearah belakangnya.

Beberapa detik kemudian tiba-tiba pinggulnya tersentak ketika sebuah benda berbentuk panjang menerobos masuk kedalam analnya secara paksa.

Benda itu masuk kedalam dan bergerak dengan kecepatan tinggi yang membuat tubuh Renjun menggelinjang.

“Mmmh! Eungh!” Renjun mulai mendesah tidak jelas. Gagball di mulutnya menutup akses yang membuat ia hanya bisa meracau tidak jelas dan air liur pemuda Huang itu menetes begitu saja.

“Kerja bagus, Hyuck,” ucap Mark ketika Donghyuck mengatur kecepatan vibrator yang tertanam di lubang si aries.

Vibrator itu mulai bergetar dengan kecepatan maksimal yang membuat Renjun terus mengeratkan cengkeramannya pada rantai hingga pergelangannya terasa kebas.

Badannya meliuk-liuk tak terarah, getaran vibrator yang tertanam ditubuhnya membuat Renjun merasa resah.

Mata indah itu kemudian ditutup oleh sebuah kain hitam yang membuatnya tidak bisa melihat apa-apa.

Renjun terlihat indah malan ini.

Donghyuck dan Mark tidak bisa berhenti terpesona melihat pemandangan indah yang mereka ciptakan.

Badan Renjun yang terus menggeliat, kulit yang dihiasi oleh keringat dan bekas luka kemerahan, rambutnya yang lepek menambah keindahan yang Renjun ciptakan. Membuat Donghyuck dan Mark semakin ingin menghancurkannya.

Donghyuck melepas gagball yang menyumpal mulut si manis, membuat Renjun mengatur napasnya dan sedikit bernapas lega karena bisa mengistirahatkan rahangnya yang pegal.

“We give you a chance, love.” Donghyuck mengusap dan mengecup pipi berisi Renjun. “Memohonlah.”

“Mmh K-ku mohon! Akh!” Renjun sudah tidak kuat dengan hukuman yang ia terima. Analnya sakit karena terus-terusan diisi, penisnya juga terasa perih karena membengkak akibat tidak mencapai puncaknya.

Donghyuck tersenyum miring lalu melirik Mark yang berada dibelakangnya. Mereka pun melepas satu persatu alat yang terpasang di tubuh indah yang lebih muda kecuali rantai yang terpasang.

Ketika cincin di penis Renjun dilepas, Mark lantas mengurut milik lelaki itu hingga mengeluarkan cairan putih yang cukup banyak.

Renjun mengatur napasnya. Ia membiarkan dirinya tergantung di rantai yang masih terikat. Kakinya lemas seperti jeli, punggungnya sudah tidak bisa tegak untuk menopang tubuhnya, kepalanya sangat pusing.

Hukuman yang ia dapatkan sekarang jauh lebih buruk dibanding hukuman cambuk yang ia dapatkan kemarin.

Seluruh tubuhnya terasa remuk. Rasanya sakit bercampur perih, Terlebih di area bawahnya.

Keringat tidak berhenti-hentinya menetes, Renjun mulai merasa mengantuk sekarang, matanya memberat, sedikit lagi dirinya akan tumbang.

Namun mendadak matanya melotot kaget, dirinya langsung meremat rantai ditangannya ketika merasa sesuatu menerobos masuk paksa lubang analnya.

“Aaahh! Lepaskan!” ucap Renjun kelabakan ketika penis Mark berhasil tertancap di lubangnya. Mark menggeram rendah ketika penisnya yang tegak dijepit oleh dinding anal Renjun.

Lubang Renjun lebih sempit dari yang ia duga. Terasa nikmat dan membuat Mark ingin sekali menghancurkannya.

“Hyuck,” ucap Mark sambil melirik kearah Donghyuck yang berada didepan Renjun.

Donghyuck tersenyum miring saat mengetahui kode dari partnernya. Lelaki itu lantas mendekati Renjun dan membuka resleting celananya.

Ia mengeluarkan penisnya yang berurat, penis itu tampak sudah menegang. Ia mengocoknya pelan, siap untuk menghancurkan lubang pemuda Huang malam ini.

Mark sedikit mengangkat tubuh Renjun lalu membuka belahan bokong lelaki itu. Memberikan akses agar Donghyuck bisa masuk membuat Renjun histeris mengetahui maksud keduanya.

“Jangan! Ku mo- AKHHH!” Renjun berteriak histeris ketika penis Donghyuck memaksa masuk lubangnya yang sudah terisi oleh milik Mark.

Kedua dominan itu menggeram rendah ketika milik keduanya berhasil masuk kedalam lubang sempit milik Renjun.

Padahal lubang itu sudah dilebarkan tapi mereka tetap merasa dinding anal si aries menghimpit milik keduanya. Memberikan rasa sesak di pensi mereka yang saling berhempit.

Badan kedua lelaki itu mulai bergerak membuat tubuh Renjun terhentak-hentak. Renjun mengeratkan ikatan rantainya ketika pergerakan itu semakin cepat.

“Engh, kenapa kau begitu indah, Renjun?” Donghyuck menggeram rendah. Ia begitu menikmati permainannya dan sepertinya partner kejahatannya juga merasa sama.

“Kau seperti ini membuat kami tidak rela melepasmu, sayang,” ucap Mark dengan suara rendahnya. Kedua pria itu mulai berkeringat, mereka terus-terusan menggerakkan pinggulnya yang membuat Renjun kewalahan.

Si aries merasa bahwa kini lubangnya benar-benar sobek, lubangnya digempur dan dihancurkan oleh kedua pria tidak beradab ini.

Donghyuck dan Mark tidak beri ampun saat menghukum si aries yang kini mulai menangis.

Desahan serta jeritan Renjun mengalun merdu seperti melodi yang membuat Mark dan Donghyuck semakin gencar untuk menggempur lubang yang kini mulai mengetat.

Renjun memejamkan matanya, dua benda yang berada di lubangnya membuatnya terisi penuh. Terasa perih bahkan darah mulai menetas dari pahanya.

Tak ingin hanya diam, Mark mengecup leher jenjang Renjun sementara Donghyuck mengecup dadanya.

Sentuhan yang dua orang itu berikan membuat Renjun pusing kewalahan. Ia hanya bisa diam saat tubuhnya dijamah, disentuh, dikecupi, dan dibelai. Ia masih ingin hidup untuk mencari kedua saudaranya yang lain.

“Ahhh!” Renjun yang tidak bisa menahan akhirnya berhasil mencapai puncaknya. Cairan itu mengenai baju Donghyuck yang membuat dasi hitamnya kini bercorak putih.

Mark dan Donghyuck mempercepat gerakannya. Menggempur lubang itu tanpa ampun untuk mencapai klimaks yang dinantikan.

Tubuh Renjun terus terhentak-hentak hingga pada akhirnya ia merasakan penis keduanya membesar dan menyemburkan cairan cinta didalamnya.

Mark dan Donghyuck menggeram rendah ketika mengeluarkan cairan putihnya. Keduanya melepaskan penis mereka yang tertanam di anal si aries. Cairan putih dan merah itupun menetes keluar karena terlalu penuh dan mengalir di pahanya.

Kepala Renjun terasa berat, perutnya mual karena banyaknya cairan yang masuk kedalam perutnya. Matanya memberat hingga pada akhirnya yang lelaki itu ingat, ia merasa bahwa rantai ditangannya dilepas dan ia jatuh di pelukan seseorang.

• AESTEREID

Renjun terus berlari sejauh mungkin dari tempat yang ia anggap sebagai neraka dunia.

Tidak memedulikan pakaiannya yang sudah compang-camping atau luka goresan ditubuhnya, yang lelaki aries itu pikirkan hanya kebebasan dari belenggu yang menyiksa raga serta jiwanya.

Kejadian tahun lalu, dimana orang tuanya berhasil ketahuan berkhianat terhadap sindikat gelap yang Mark serta Donghyuck pegang membuat hidup seorang Huang Renjun berhasil diputar 360 derajat.

Renjun terikat, ia terjerat dalam kadang serta dibelenggu oleh kegelapan yang membuatnya seolah buta akan cahaya yang dulu menyinarinya.

Keluarganya sekarang diporak-poranda. Ayah dan ibunya mati tertembak, kakak serta adiknya kini disekap oleh kedua iblis itu entah dimana. Membuat Renjun merasa kini semesta sedang sangat mempermainkannya.

Renjun terus berlari menulusuri jalanan untuk mencari kantor polisi atau setidaknya keramaian.

Mansion Mark dan Donghyuck berada sangat jauh dari perkotaan hingga membuat Renjun setidaknya menempuh satu setengah kilometer hanya untuk mencari seseorang yang ingin membantunya.

Dunia yang kini ia tinggali terasa gila, semua orang yang ia temui sekarang seperti tidak waras. Semenjak ia masuk dan terseret kedalam teritori yang Mark dan Donghyuck ciptakan, ia merasa bahwa dirinya juga ikut akan gila.


Sementara itu, disisi lain.

Kini Mark dan Donghyuck berpencar untuk mencari keberadaan kucing manis mereka yang hilang.

Terlanjur kesal dan marah terhadap penjaga dan para maid membuat Mark dan Donghyuck sendiri yang turun tangan untuk mencarinya.

Sampai saat ini, sudah terhitung dua kali si rubah manis itu kabur dari kandang, dan sudah dua kali pula keduanya memberikan hukuman agar Renjun terasa jera dan tidak berani untuk membantah perintah keduanya.

Tapi sepertinya sang rubah lebih menyukai pemberontakan dibandingkan harus menurut

Donghyuck melajukan motor hitamnya dengan cepat. Ia terus-terusan menyalip kendaraan yang menghalangi jalannya. Ia sudah menyusuri setiap area jalan serta perumahan namun hasilnya tetap nihil.

“Kau sudah menemukannya?” ucap Haechan setelah menyalakan alat komunikasi yang terpasang ditelinganya.

Alat itu akan langsung terhubung dengan Mark yang sekarang ini tengah berada entah dimana.

“Belum, kau?” ucap Mark yang mendengar suara Donghyuck dari radio mobilnya.

Mark sudah berkeliling mencari Renjun dengan mengendarai mobil sports berwarna hitamnya. Setiap area jalan raya sudah ia lewati tapi ia tidak mendapatkan hasil apa-apa.

“Sialan! Kalau begitu kita akan kehilangannya!” umpat Donghyuck merasa kesal.

Jika ia berada dirumah sekarang, mungkin ia sudah membantai para maid serta penjaga yang berkerja dirumahnya.

Mark mencengkram kemudi dengan erat. Ia bersumpah akan memberikan hukuman berat kepada Renjun karena dengan berani melawan perintahnya.

Mengerikan bukan? Tapi itulah sifat mereka berdua. Mereka seperti hewan liar yang buas. Sekalinya kau mengusik mereka, maka mereka akan menerkam mu hingga mati.

Tempramental dan tidak dapat dibantah. Mereka akan membuat siapa saja tunduk dan menurut kepada mereka.

Perintah mereka adalah mutlak, berani-beraninya kau melawan mereka maka siap-siap peluru akan bersarang di kepalamu.

Ditengah keputusasaan yang melanda, mendadak ponsel Mark memunculkan bunyi yang membuat pemiliknya menoleh dan langsung mengambil ponsel mahal itu.

Sambil menyetir kemudinya, lelaki berumur 27 tahunan itu menyalakan ponselnya dan melihat notifikasi yang berada didalamnya.

Pesan di berandanya muncul membuat Mark segera membuka ruang pesannya. Melihat sebuah pesan yang dikirim oleh sang pengirim membuat sebuah senyum merekah diwajahnya.

“Donghyuck,” ucap Mark yang didengar langsung oleh Donghyuck.

“Aku tau dimana rubah nakal kesayangan kita berada.”


Renjun berjalan pelan menyusuri jalan yang gelap. Tenaganya mulai habis, ia lelah untuk terus melanjutkan perjalanan. Tapi tekad dan keinginan untuk mencari kedua saudaranya sangat bulat, membuat Renjun menjadikan motivasi agar tidak menyerah.

Renjun mengawasi setiap jalan sebelum ia lewati. Ia takut jika jalan yang ia lewati malah membawanya menuju malapetaka atau lebih parahnya membawanya kembali menuju dua iblis menakutkan yang berhasil menyiksanya.

Setelah dirasa aman, Renjun segera berjalan dengan sedikit rilex di jalanan besar yang sepi itu.

Renjun menghela napas lega, ia masih belum tertangkap sampai saat ini.

Lelaki berperawakan agak mungil itu terus berjalan menyusuri jalanan gelap dan sepi. Ia sangat berharap bahwa akan ada pertolongan yang menjemputnya.

Sepanjang ia berjalan tadi, ia belum menemukan siapapun. Jalanan dan yang ia lewati selalu sepi. Sekalinya ramai, jalanan itu penuh dengan orang yang memiliki catatan kriminal yang membuat Renjun berpikir seribu kali untuk melewatinya.

Ditengah perjalanannya, Renjun mendengar sayup-sayup suara kendaraan dari kejauhan. Senyum bahagia pun terlihat diwajahnya.

Berhasil, ia berhasil bebas.

Renjun segera berlari menuju jalan raya yang sudah terlihat dimatanya. Tidak peduli tenaganya kian menipis, Renjun tetap tidak peduli.

Renjun sangat bahagia karena sedikit lagi perjuangannya untuk bebas akan selesai.

Namun sayangnya, sepertinya tuhan tidak merestui hal itu.

Mendadak terdapat sebuah mobil berwarna hitam yang menghalangi jalannya.

Membuat Renjun langsung melihat kearah pengemudi dan sialnya ia melihat Mark yang tengah menatap tajam kearahnya.

Renjun berusaha untuk berbalik arah. Ia tidak akan membiarkan dirinya kembali kedalam genggaman dua bajingan itu.

Ia berlari menjauhi mobil hitam itu namun sayangnya arahnya juga dihalangi oleh Donghyuck yang mengendarai motornya.

Kini ia sudah terkepung oleh dua bajingan yang tidak akan membiarkannya lolos. Renjun putus asa. Semua usahanya untuk kabur terasa sia-sia.

“Kau tidak akan bisa lari, sayang. Sejauh apapun kamu berlari, kita akan terus menemukanmu,” ucap Mark yang sudah keluar dari mobilnya.

Kedua pria itu berjalan mendekat membuat Renjun panik kelabakan. Pria berzodiak aries itu menatap nanar gedung-gedung bercahaya yang terlihat dari kejauhan. Ia ingin sekali berlari menuju kearah sana, meraih kebebasan yang selalu ia nanti-nantikan.

“Pergi dariku brengsek!” ucap Renjun yang memberontak ketika Mark menahan lengannya.

Renjun berusaha untuk kembali berlari menghindari dua orang berbadan tegap itu.

Mark mencengkeram pergelangan Renjun dengan kuat, namun si aries memberontak yang membuat Mark mendapat satu pukulan diwajahnya.

Melihat Mark yang terkena pukulannya membangkitkan semangat Renjun untuk terus melawan. Ia akhirnya melayangkan pukulan diperut Donghyuck yang menahan punggungnya, membuat pria itu meringis pelan.

“Dasar bajingan!” umpat Renjun dengan amarah yang membeludak. Namun sayangnya Renjun tidak tahu, bahwa hal yang baru saja ia lakukan membangkitkan sisi gelap milik Donghyuck sekaligus Mark.

Keduanya menatap Renjun dengan tajam membuat Renjun merasa terintimidasi.

“Kau keterlaluan, Renjun,” ucap Haechan dengan suara baritonnya.

Renjun tidak ingat apa yang terjadi berikutnya. Yang ia ingat hanyalah Mark menarik lengannya dengan kasar dan sebuah pukulan berhasil mengenai kepalanya yang membuat penglihatannya gelap dan kesadarannya berangsur memudar.

• AESTEREID

Di tempat orang-orang biasa berlatih futsal, Ares kini nampak menghela napasnya kasar.

Sekarang ia berada di lapangan futsal dekat sekolah yang menjadi tempat biasa Mahesa melatih skill menendangnya.

Wajah Ares terlihat masam. Lelaki itu berwajah sedikit menyeramkan sekarang. Penampilannya tampak dingin dan jutek membuat orang yang berada disekitarnya merasa seperti ada hawa yang tidak menyenangkan disekitar lelaki aries itu.

Mahesa yang berlatih sesekali melirik Ares yang tengah duduk ditempat yang disediakan. Pria itu jelas tau bahwa sekarang suasana hati Ares sedang tidak baik.

Saat bunyi peluit tanda istirahat akhirnya berbunyi, Mahesa lantas langsung berjalan menuju Ares yang duduk diujung. Tidak memedulikan beberapa temannya yang memanggilnya.

Ares merasa bahwa ada seseorang yang berdiri didepannya namun lelaki itu memilih tidak menoleh. Toh ia juga tau siapa yang kini berdiri dihadapannya.

“Kenapa?” tanya Mahesa yang tidak disahuti.

Mahesa menghela napas pelan, ia mengambil air mineral yang berada disamping Ares lalu meminumnya. Mahesa berpikir sepertinya Ares masih kesal karena kejadian kemarin.

Setelah meminum air mineralnya, tangan Mahesa mendadak terulur yang membuat Ares merasa bahwa rambutnya kini tengah diusap lembut.

Ia kemudian menoleh sedikit kearah Mahesa yang kini terlihat menarik sebuah senyum diwajahnya.

“Jangan marah gitu dong, mukanya jadi tambah jelek.” Ucapan pria itu membuat Ares kesal dan meninju paha Mahesa dengan cukup kencang.

Anehnya lelaki berzodiak leo itu malah terkekeh pelan.

“Makanya senyum, biar tambah cakep,” ucap Mahesa yang masih mengusap rambut berwarna hitam legam itu.

Jujur saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa usapan lembut yang Mahesa berikan membuat Ares merasa lebih tenang. Bahkan lelaki yang satu tahun lebih muda itu sudah terlihat anteng dan lebih rileks saat Mahesa mengusap kepalanya.

“Nah gitu, jangan cemberut terus. Kan adem diliatnya.”

Ares akhirnya sedikit menengadahkan kepalanya keatas.

Mahesa kini menggerakkan tangannya untuk menyisir pelan rambut Ares kebelakang. Yang membuat Ares dapat melihat dengan jelas penampilan si leo sekarang.

Penampilan Mahesa saat ini sangat mempesona. Wajahnya yang tampan rupawan, rambutnya yang sedikit acak, badannya yang berkeringat, serta tubuh yang terlihat bugar serta atletis menambah nilai plus ketampanan lelaki itu.

Tangan Mahesa kemudian bergerak untuk menepuk-nepuk pelan kepala Ares. Tepukan itu sangat menenangkan dan membuat Ares memejamkan matanya sebentar, menikmati setiap sentuhan yang Mahesa berikan padanya.

“Laper? Ditahan dulu ya. Sebentar lagi selesai kok, kalau udah selesai nanti gue beliin makan,” ucap Mahesa yang setelah itu terdengar aba-aba untuk kembali latihan.

Mahesa lantas menaruh kembali botol air mineralnya disamping Ares.

Sebelum benar-benar pergi. Lelaki agustus itu menyempatkan diri untuk mengusap rambut Ares sebentar.

“Tunggu gue ya cil,” ucap Mahesa sebelum berlari menuju lapangan yang disaksikan oleh Ares dari tempat duduknya.

• AESTEREID

tw// mention of balapan , dan sedikit pukulan.

Waktu sudah menunjukan pukul 10.05 malam. Jalanan kini mulai terlihat sepi kendaraan, apalagi di jalan SMA 68 yang notabennya berada di ujung yang membuat tempat itu terlihat kosong dan menjadi tempat yang tepat untuk aksi balap liar.

Mahesa yang sudah sampai di jalanan beraspal itu mulai melihat kearah sekitar. Ia berusaha mencari keberadaan lelaki yang mengajaknya duel di malam hari seperti ini.

Mahesa akhirnya menjalankan motornya setelah berhasil melihat Ares berada di tengah jalanan yang kosong sedang duduk diatas motornya yang terparkir sempurna.

njing! cakep banget, batin Mahesa yang terperangah melihat penampilan Ares malam ini.

Lelaki berzodiak aries itu memakai kaus putih biasa yang dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam, dan juga celana berwarna senada dengan jaket kulitnya.

Memang terlihat sangat sederhana, tapi dimata Mahesa itu tampak sempurna.

Entah mengapa, lelaki itu selalu bisa membuat Mahesa merasa jatuh, jatuh, dan jatuh lebih dalam kepadanya.

Tingkahnya, senyumnya, penampilannya. Semua hal didalam diri Ares seperti magnet yang membuat Mahesa melekat kuat dan tidak bisa lepas dari diri seorang Ares Putra Sanjaya.

Mahesa berusaha menyadarkan dirinya. Ia harus tetap fokus untuk memenangkan perlombaan ini.

Mahesa sangat bertekad untuk menang, ini adalah satu-satunya cara untuk dekat dengan Ares saat ini.

Lelaki berzodiak leo itu menjalankan motornya pelan dan memakirkan motornya disamping Ares dengan sempurna.

Tidak ada siapa-siapa di jalanan yang berukuran lumayan besar ini. Disana Benar-benar hanya terdapat mereka berdua yang ditemani oleh bulan serta bintang yang menghiasi langit.

“Jadi gimana jagoan? should we start the race?” ucap Mahesa sambil menatap Ares yang masih cuek menanggapinya.

Ah, sepertinya lelaki itu masih kesal dengan kejadian tadi.

Tidak memedulikan ucapan sang kakak tingkat, Ares mulai menaikan standar motornya dan memposisikan tubuhnya untuk bersiap memulai balapan.

“Yang sampai duluan ke Jalan Graham, dia yang menang,” ucap Ares sambil fokus memandang kedepan.

Jalan Graham adalah salah satu jalan menuju SMA Andara. Biasanya di jam seperti ini jalanan itu sudah sepi dan kosong yang membuat jalan itu terkadang menjadi tempat beberapa remaja menongkrong entah untuk sekedar mengobrol atau merokok.

“Hitungan ketiga,” ucap Ares sedikit serak, membuat Mahesa bersiap untuk segera meluncurkan motornya.

“Satu.”

“Dua.”

“Tiga!”

Kedua motor itu meluncur dengan cepat setelah aba-aba hitungan ketiga dari Ares.

Knalpot dari kendaraan beroda dua itu terus menggebu-gebu mengeluarkan suara yang cukup nyaring dan keras.

Ares melajukan motornya dengan gila-gilaan, ia terus menekan pedal gas yang membuat laju motornya semakin kencang, meninggalkan Mahesa dibelakangnya.

Mahesa melajukan motornya meski kecepatannya tidak secepat si aries. Lelaki leo itu masih memikirkan keadaannya dibanding Ares yang sepertinya sudah sangat nekat.

Keduanya melewati kendaraan yang berlalu-lalang dengan cepat. Ares terus menyalip motor dan mobil yang lewat dengan kecepatan penuh yang membuat beberapa pengemudi mengeluh karenanya.

Entah Ares yang tidak sayang nyawa atau bagaimana, yang sekarang lelaki itu pikirkan hanya memenangkan perlombaan balap ini.

Ares merasa sangat percaya diri apalagi ketika melihat Mahesa dari kaca spionnya masih tertinggal dibelakang membuat Ares merasa optimis dan tersenyum kemenangan.

Ia sangat yakin bahkan bertaruh bahwa ia adalah pemenang perlombaan ini.

Karena laju motor keduanya yang sangat cepat membuat tubuh kedua lelaki itu diterpa oleh angin malam yang dingin. Mereka saling mempercepat kecepatan motor di jalanan yang sepi kendaraan.

Mahesa yang sudah mulai melihat Jalan Graham dari kejauhan mulai menaikan laju motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Motor hitam milik si leo melaju kencang membuat Mahesa mendadak sudah berada disamping Ares, yang membuat lelaki bermotor merah itu terkejut.

Mahesa terus menggerakan pedal gas yang membuatnya dapat menyalip motor Ares.

Sedikit lagi, sedikit lagi.

Mahesa terus menekan pedal gas, hingga akhirnya motor Mahesa berhasil sampai menuju Jalan Graham lebih dulu yang berarti Mahesa adalah pemenang dari perlombaan malam ini.

Mahesa menekan pedal remnya dengan perlahan. Hingga saat motornya berhenti sempurna, Mahesa kemudian berusaha mengatur napasnya yang berderu cepat.

Sepanjang hidup lelaki itu, sejujurnya Mahesa tidak pernah mengikuti perlombaan balap motor, ini adalah untuk pertama kalinya ia melakukannya dan rasanya sangat gila.

Mahesa sebenarnya malas melakukan hal seperti ini. Tapi karena Ares, pria itu rela melakukannya.

Mahesa menoleh kearah belakang, ia melihat Ares yang sudah memberhentikan motonya kini menundukkan kepala dan mengeratkan kepalan tangannya. Wajah Ares tampak memerah, lelaki maret itu tampak menahan amarah yang kini mulai membeludak.

“Anjing!” seru Ares sambil memukul motornya dengan cukup keras. Lelaki Aries itu mengusap rambutnya kasar. Ia tidak percaya bahwa ia kalah dalam perlombaan yang harusnya bisa ia kuasai.

Mahesa turun dari motor hitam miliknya dan berjalan kearah Ares dengan santai. “Jadi gimana jagoan? sesuai perjanjian 'kan?” ucap Mahesa yang membuat Ares semakin kesal.

Ares menoleh kearah Mahesa yang ada didekatnya dan melayangkan satu tinjuan yang cukup keras kearah wajah rupawan itu. Membuat Mahesa sedikit mudur karenanya.

“Bangsat,” maki Ares sambil menatap Mahesa tajam. Ia masih belum menerima kenyataan saat ini, bahwa orang yang ia benci memenangkan perlombaan yang ia buat. Bajingan sekali memang.

Mahesa terkekeh lalu menolehkan kepalanya kearah Ares yang saat ini berwajah seram.

I'm the winner, darl. Lo harus turutin permintaan gue sesuai janji,” ucap Mahesa yang membuat Ares ingin sekali meninju wajah menyebalkannya.

Ares lantas memukul wajah Mahesa lagi dengan keras hingga sudut bibir lelaki itu berdarah.

Tanpa berbicara apapun, Ares menaiki motornya lalu menyalakannya. Si maret itupun melajukan motornya dan meninggalkan Mahesa yang masih berada di jalanan sepi itu sendirian.

Mahesa memegangi sudut bibirnya yang berdarah, lelaki leo itu lalu melihat kepergian Ares yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri.

Anehnya lelaki itu malah tersenyum, senyumnya terlihat manis padahal ia baru saja dipukuli dan dituduh hari ini.

Mahesa merasa senang karena akhirnya ia bisa dekat dengan Ares meski dengan cara seperti ini. Sangat aneh bukan?

Lelaki itu bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat ini meski bibirnya terasa perih sekarang.

Kini celah untuk dekat dengan seseorang ia sukai semakin terbuka lebar.

• AESTEREID

Sadam menghela napas, sembari merapikan kemeja kotak-kotak berwarna ungu yang dibelikan Rasi untuknya kemarin.

Sebetulnya saat ini harusnya ia masih berada di cafe tempatnya biasa nongkrong bersama Janu, sahabatnya. Namun karena pesan yang dikirimkan oleh Rasi membuatnya langsung pulang dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan sugar daddynya.

Lelaki tinggi itu memandang gedung besar pencakar langit yang akan ia masuki. Gedung itu tampak seperti gedung perkantoran pada umumnya namun gedung milik anak pertama dari keluarga Tenggara itu memiliki ukuran yang besar dan luas. Bahkan di gedung itu terdapat cafe untuk karyawan yang ingin beristirahat.

Kini jam sudah menunjuk pukul sembilan malam dan gedung itu masih ramai akan karyawan. Sadam merapihkan pakaiannya lagi, ia berusaha tampil lebih rapi karena sejujurnya sekarang ini ia merasa gugup untuk bertemu Rasi dibangunan yang megah dan luas itu.

Sadam berusaha meyakinkan dirinya. Setelah mengambil napas, akhirnya pria itu melangkahkan kakinya untuk berjalan masuk kedalam gedung itu.

Ini pertama kalinya Sadam memasuki gedung perkantoran Rasi. Sebelumnya ia tidak pernah masuk kedalam sana karena biasanya Rasi hanya akan memintanya untuk menunggu diluar bangunan atau ditempat yang sudah dijanjikan.

Sadam berjalan menuju ke arah resepsionis dan menanyakan dimana ruangan milik sang pemilik perusahaan.

“Maaf pak, apa bapak sudah membuat janji dengan tuan Rasi?” tanya sang Resepsionis.

“Sudah, tuan Rasi sendiri yang meminta saya untuk datang ke sini,” jawab Sadam dengan wajah meyakinkan.

“Baik, apa bapak boleh menunjukan bukti perjanjiannya?” tanya sang resepsionis yang membuat Sadam sedikit kelabakan.

Jika ia menunjukan bukti chatting-nya dengan Rasi maka nama baik Rasi bisa-bisa akan tercemar karena ia menyewa seorang untuk menjadi sugar baby.

“Saya dengan Rasi sudah membuat janji kemarin,” ucap Sadam mencari akal agar ia tidak menyerahkan bukti janji pertemuan.

“Maaf pak, jika anda tidak membuat janji maka-”

“Dia tamu saya,” ucap Rasi yang mendadak hadir membuat resepsionis mendadak terkejut lalu memberi hormat kearah sang pemegang perusahaan.

Sadam yang melihat sang resepsionis yang membungkuk lantas ikut membungkuk kearah Rasi meski gerakannya cenderung terlihat agak kaku.

“Selamat malam pak, baik pak saya akan arahkan pria ini menuju ruang bapak,” ucap resepsionis sopan setelah membungkuk hormat.

“Tidak perlu, biar saya sendiri,” ucap Rasi kepada sang resepsionis. Kepalanya kemudian menoleh kearah Sadam, lelaki berzodiak aries itu lantas memberikan kode agar lelaki tinggi itu mengikutinya.

“Ayo.” Rasi kemudian berjalan pergi meninggalkan tempat itu dengan Sadam yang mengekori dari belakang.

Sepanjang jalan menuju ruangan, mereka hanya diam saling membisu. Tidak ada yang membuka topik obrolan, yang membuat suasana saat ini menjadi sedikit terasa canggung.

“Masuklah,” ucap Rasi sambil membuka pintu ruang kerjanya.

Tempat kerja milik Rasi tampak luas, ruangan itu memiliki dua AC agar ruangan itu tidak pengap dan terasa gerah. Terdapat beberapa hiasan yang memperindah ruangan itu, yang membuat tempat kerja si aries tampak mewah dan elegan. Di tengah ruangan terdapat pula meja kecil panjang dan sofa empuk yang nyaman untuk tamu yang datang.

Sadam masuk kedalam ruangan itu sambil melihat sekelilingnya. Jujur saja, ia belum pernah memasuki tempat seperti ini. Paling mentok ia hanya pernah masuk kedalam ruangan bosnya di pekerjaannya yang lama, yang bahkan ruang tersebut sangat berbeda dengan ruangan milik Rasi.

“Duduk aja, jangan berdiri gitu.” Sadam menoleh kearah Rasi yang habis mengunci pintu.

Rasa gugup mulai menyergap, pikiran-pikiran aneh mulai menyerang kepalanya.

ia tidak akan di apa-apain kan?

“Sadam?” Lelaki leo itu sontak tersadar kala sang aries memanggil namanya. Sadam lantas berjalan mendekati Rasi yang sudah berada disofa dan mendudukan dirinya di sofa lain disebrang Rasi yang membuat Sadam duduk menghadap langsung kearah si aries.

“Bagaimana hari ini? apa semuanya baik?” ujar Rasi membuka topik obrolan.

“Baik, kalau kamu?” ucap Sadam sambil tersenyum, membuat si yang paling tua agak kelabakan melihatnya. Senyum itu memang terlihat sederhana tapi entah kenapa hanya dengan senyuman manis itu Rasi bisa menjadi sedikit salah tingkah.

“Mungkin buruk? Saya capek banget akhir-akhir ini. Urusan kantor buat saya pusing bahkan saya akhir-akhir ini enggak bisa tidur yang berujung membuat saya selalu bergadang.” Rasi menghela napas, tubuhnya kelelahan menerima semua aktivitas ini, ia kerja lembur dari pagi hingga malam tanpa jeda. Membuatnya merasa butuh peralihan dari urusan perusahaan yang membuatnya pusing tujuh keliling.

“Enggak apa-apa. Kamu bisa istirahat dulu hari ini. Jangan paksain tubuh kamu buat kerja terlalu keras, nanti berujung sakit dan kerjaan kamu bakal berujung berantakan,” ucap Sadam yang agak khawatir dengan kondisi Rasi hari ini.

Pria itu tampak kelelahan. Kantung matanya mulai terlihat, rambutnya sedikit acak-acakan, kemeja berwarna putih yang semula tampak mulus dan rapi tampak mulai kusut dan berantakan membuat penampilan Rasi agak mengkhawatirkan.

Rasi menghela napas. Benar, ia harus istirahat sekarang.

“Sadam,” panggil Rasi membuat yang dipanggil melihat kearahnya.

Lelaki berbadan sedikit kecil itu kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Sadam. Sadam yang melihat Rasi sudah berdiri dihadapannya berusaha mengontrol degup jantungnya yang berdetak gila-gilaan. Lelaki itu meneguk ludah kala melihat penampilan Rasi yang tampak sangat ekhem seksi dimatanya.

Rasi kemudian bergerak untuk duduk diatas paha si yang lebih muda. Setelah mendudukan tubuhnya diatas paha Sadam, Rasi mulai menyamankan posisi duduknya kemudian melingkarkan tangannya ke leher lelaki yang kini didudukinya. Membuat kondisi hati pria leo itu terasa berantakan.

Mereka saling bertatapan sebentar. Rasi menatap Sadam dengan jarak yang dekat. Matanya terlihat sayu karena kelelahan, membuat Sadam yang membalas tatapannya menahan napas dan meneguk ludah.

Waktu terus berlalu, hingga pada akhirnya Rasi menggerakkan kepalanya untuk bersandar di dada bidang si agustus untuk mengistirahatkan kepalanya.

“Tolong seperti ini sebentar,” ucap Rasi yang kemudian sedikit mendusalkan wajahnya dan mulai memejamkan mata.

Sadam yang masih sedikit shock akan kejadian ini hanya bisa diam dan menuruti perintah si bos kecil. Otaknya masih mencerna peristiwa yang terjadi sekarang, ia mendadak membeku karena tingkah Rasi yang membuat kupu-kupu diperutnya terasa berterbangan kesana kemari.

Oh tuhan, Sadam sangat berharap Rasi tidak mendengar degup jantungnya yang berdegup kencang seperti sedang menaiki roller coaster.

Tiga puluh menit telah berlalu, kini jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam namun Rasi belum menunjukan tanda-tanda pergerakkan.

Nafas si aries itu terlihat teratur. Matanya masih terpejam dan belum kunjung terbuka.

Sepertinya Rasi sedang tertidur.

Sadam yang melihat Rasi tertidur di pangkuannya tersenyum kecil. Rasi terlihat menggemaskan saat tidur seperti ini. Matanya yang terpejam lucu, punggung kecilnya yang naik-turun teratur, dan tubuh si maret yang lumayan kecil membuat Sadam merasa gemas dan ingin memeluk erat orang yang notabennya adalah sugar daddynya.

Namun Sadam mengurungkan niat itu. Si leo akhirnya memilih untuk menyamankan posisi dudukannya dan menyamankan posisi si bos kecil yang masih tertidur pulas di pangkuannya.

Tangan Sadam kemudian terulur dan mengelus lembut rambut Rasi. Dirinya kemudian mengelus punggung kecil itu yang membuat sang empunya terasa nyaman dan sedikit menggeliat.

Sadam tersenyum melihat Rasi yang tertidur pulas. Dirinya kemudian memeluk tubuh si maret dengan sambil sesekali mengusap punggung kecil dengan lembut supaya Rasi semakin merasa nyaman di pangkuannya.

“Selamat tidur, Rasi,” ucapnya sebelum memejamkan mata dan menyusul Rasi menuju alam mimpi.

• AESTEREID